31 December 2006

Iedul Adha 1427H

Allahu akbar
Allahu akbar
Allahu akbar
Laa ilaha illa Allah
Allahu akbar
Allahu akbar
Walillahil hamd

Alahamdulillah, akhirnya pada tahun ini, saya dapat melaksanakan sholat ied di STT Telkom. Kondisi hujan, menyebabkan sholat tidak dilaksanakan di lapangan depan gedung D, namun dilaksanakan di Masjid Syamsul Ulum.

Sholat yang dilaksanakan sekitar jam 06 lebih 15 menit, rasanya masih terlalu pagi, apalagi suasana gerimis, yang membuat dingin suhu udara dan membuat suasana semakin malas untuk berbuat.

Padahal hari raya ini, didasarkan atas ibrah Nabi Ibrahim AS, seorang nabi yang istimewa, yang telah teruji kemampuan dan juga kesabarannya, sehingga digolongkan ke dalam nabi Ulul Azmi.

Langkah-langkah beliau menjadi suri tauladan semua manusia yang ingin selamat dunia dan akhirat, kisah-kisahnya begitu memenuhi lubuk hati yang paling dalam, untuk terus mengikutinya, untuk terus membangun kesadaran diri, agar kita mampu selamat dunia akhirat.

Ketika muda, beliau telah membuat gempar, namun membuat orang-orang di sekelilingnya mengembangkan cara berfikir mereka. Dihancurkannya ratusan patung berhala dan ditinggalkan utuh satu saja, yang terbesar, dari yang lainnya. Masyarakatnya kaget, gempar, tergoncang, dan mereka pun sepakat untuk curiga hanya pada satu orang saja, yaitu Ibrahim, karena perilakunya yang tidak suka terhadap berhala-berhala.

Pengadilan kilat di hadapan langsung ratusan orang dan di depan patung nan kokoh, dan indah, teguh laksana tak mampu dirubuhkan, Ibrahim diadili. Di hadapan sekian banyak orang ada juga rasa gentar di hati Ibrahim (laksana Nabi Musa AS yang tergetar karena ahli sihir telah menjatuhkan ular-ular yang berbisa), namun Nabi Ibrahim bukan orang sembarangan, dengan ketenangannya beliau menyatakan: "Tanyakan pada patung yang besar ini!".

Ributlah khalayak ramai. Benar, patung ini demikian besar, demikian kokoh, tak mudah dihancurkan, namun dia tak dapat berbicara, bahkan untuk membela diripun tak sanggup dilakukannya, kalaulah dia tidak rubuh, bukan karena kesanggupannya membela diri, namun memang tidak dirubuhkan. Orang-orang berpikir, untuk apa menyembah sesuatu yang tak mampu memberi petunjuk? Untuk apa menyembah sesuatu yang tak mampu membela diri? Beberapa saat mereka terkesima dengan jawaban Nabi Ibrahim AS.

Terkesimaan itu dialami juga oleh para penguasa, namun para penguasa yang takut kehilangan jabatan, para penguasa yang takut kehilangan pengaruh, para penguasa yang takut harta kekayaan, telah menutupi dirinya dengan tabir, untuk memperoleh jawaban yang benar. Maka dengan bersegara mereka menyatakan: "Bakar Ibrahim! Dia telah menghancurkan sesembahan kita, dia tidak menghormati budaya dan adat istiadat kebiasaan nenek moyang kita!"

Tentunya kisah ini, bukan hanya sekedar membuat tertidur para anak-anak yang kesulitan tidur sehingga harus didongengin, tetapi lebih jauh dari itu, mestinya membawa kesadaran diri kita, agar kita tak menyembah, tidak tunduk pada benda-benda yang dikiranya mampu menyelamatkan diri kita di dunia dan akhirat. Mungkinkah kita telah melakukannya? Na'udzu billahi min dzalik!

Dikisahkan lain. Siti Hajar dan bayinya yang bernama Ismail, diantar oleh suami dan bapaknya, yaitu Ibrahim AS, ke suatu lembah yang suatu saat nanti akan berubah nama menjadi Mekkah. Saat itu, lembah ini tidak ada pohon-pohonan, yang ada hanya hamparan batu dan pasir belaka, panasnya pastilah menyengat di siang hari. Di tempat seperti inilah Ibrahim AS, hendak meninggalkan Istri kedua dan bayinya. Sungguh secara rasio, hal ini tidak masuk akal, mana tega seorang suami yang telah lama mengidamkan mempunyai generasi pelanjut, dan ketika telah berhasil mendapatkan anak, generasi pelanjutnya, kemudian istri dan bayinya ditinggalkan di tempat yang sedemikian gersang, tak ada teman, tak ada makanan? Manusia jenis apa ini? Kegundahan ini pun menggelayut juga pada pikiran istrinya, tak mampu pula sang istri menahan keheranan: "Wahai, suamiku Nabi Ibrahim yang aku sayangi, apakah Kakanda meninggalkan diriku dan bayiku di tempat yang seperti ini karena perintah Allah?". Nabi Ibrahim pun ada rasa tak sanggup melaksanakannya pula. Namun dengan ketegaran seorang Nabi yang telah terpilih, beliau menjawab: "Benar, ini adalah perintah Allah". Jawaban sang suami meneguhkan dirinya untuk bersegera mematuhinya.

Sungguh ketaatan kepada siapa lagi yang mesti diikuti? Jika bukan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah? Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah, yang tak ada sekutu bagi-NYA, yang tak ada saingan bagi-NYA, yang tak ada yang menyerupai-NYA. Yang janji-NYA tak pernah diingkari-NYA, selalu tepat dan dipenuhi-NYA. Lantas, mengapa kita kadang kala enggan mengikuti perintah-NYA, dan menjauhi larangan-NYA?

Allah tempat bergantung segala makhluk, segala yang diciptakan, baik kebergantungan karena keterpaksaan, maupun kerelaan. Tak ada yang berkuasa secara hakiki kecuali hanya Beliau saja. Tak ada yang memiliki kejayaan yang hakiki kecuali hanya Beliau saja.

Karena itulah dengan rela hati Siti Hajar menerima keputusan ini. Keinginan untuk taat dan patuh, serta tunduk kepada-NYA saja, tak ada keinginan untuk menolaknya.

Pelaksanaan tugas, tentunya membawa konsekwensi. Tidak, tidak ada kemudahan yang bersegera ketika kita telah menyatakan hendak dan mau melaksanakan perintah Allah. Hadangan pertama mulai dirasakan Siti Hajar, tatkala air susunya sudah tak sanggup lagi mengurangi haus sang bayi. Menangislah sang bayi menuntut haknya, tangisnya begitu keras terdengar. Sang Ibu, bukanlah seorang wanita, yang lemah karena tangis, namun dengan bersegera tanggap atas keluhan sang bayi. Maka dilihatlah disekelilinginya, barangkali ada air yang dapat diminumkannya untuk sang bayi. Ooo di sana di bukit itu, bukit Shofa, tampak air beriak, larilah sang Ibu, namun ternyata air yang tampak di pandangan itu tak ada, ketika sampai di bukit. Maka kembali sang Ibu memandang sekeliling, wah, alhamdulillah sepanjang mata memandang di bukit Marwa terlihat riak air, demi sang anak yang telah kehausan, sang Ibu kembali berlari untuk mendapatkan air. Tujuh kali bolak-balik berlari dari satu bukit ke bukit yang lain, dalam rangka mendapatkan air bagi sang bayi yang menjadi tanggung jawabnya, dalam udara yang amat panas, membuat dirinya tak sanggup lagi. Maka mengalirlah air di lubang tanah yang terkena sentuh sang bayi, alhamdulillah, perjuangan untuk mengantarkan generasi penerus, pelanjut risalah, mendapatkan sedikit kemudahan, mata air ini, suatu saat diberi nama Air Zam-zam, mata air yang tak surut setelah kian ribu tahun, hingga hari ini, masih mengalirkan air dengan jernih dan nikmat, inilah kelebihan hasil dari derap langkah para pejuang di jalan Allah, menyenangkan dan menggembirakan semua pihak, baik yang kufur dengan malu-malu, kufur dengan terang-terangan maupun yang taat hanya kepada Allah semata-mata.

Tahun berganti tahun. Usia sang bayi telah menginjak 11 tahun, sang ayah datang berkunjung. Rasa sayang, rasa kangen, sang ayah, yang menginginkan generasi pelanjut, generasi penerusnya, sehingga mampu mendhohirkan din yang haq di seluruh muka bumi, ditumpahkan. Namun kembali perintah Allah mengumandang melalui mimpi seorang Nabi, yang pasti syaithan tak mampu memasukinya. Perintah itu tak tanggung-tanggung, yaitu: menyembelih pewaris dan pelanjut risalah. Allahu akbar!

Keraguan? Jelas ada, karenanya ditunggu sampai tiga kali, sehingga keyakinan sang Nabi mantap, dan tak ada lagi keraguan. Apakah sang anak yang telah menginjak remaja sanggup melaksanakan perintah ini?

"Wahai, Bapakku, ketika perintah Allah telah berkumandang, mana lagi yang sanggup menahannya, manalah mungkin saya mengingkarinya? Saya ingin selamat di dunia dan selamat di akhirat. Wahai, Ayahanda, laksanakanlah perintah Allah itu. Supaya Ayahanda tidak menghentikan perintah Allah, janganlah aku ditelentangkan, jangan pula dimiringkan, namun telungkupkanlah aku, sehingga wajahku tak terlihat oleh Ayahanda, kuatir hal itu akan menghalangi Ayahanda dalam melaksanakan perintah-NYA. Lantas tutuplah mulutku, sehingga suaraku tak keluar, yang akan menyebabkan Ayahanda menghentikan melaksanakan perintah-NYA. Dan ikatlah tangan dan kakiku dengan kuat, sehingga aku tak meronta yang menyebabkan Ayahanda urung melaksanakan perintah-NYA"

Keikhlasan seorang anak yang telah terdidik dengan sempurna, tak ada syirik di dalam dirinya, tak ada keraguan dalam melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla.

Lantas, dimanakah aku? Apakah aku bersegera melaksanakan perintah Allah, ataukah masih ada keraguan untuk melaksanakannya? Ya, Allah, bersihkanlah diriku dari sifat egois, dari sifat ingin dipuji dan dipuja, dari sifat angkuh (bukan karena perintah-MU), dari sifat selalu mengukur keberhasilan hanya dari bendawi, materialisme, sosialisme. Mudahkanlah kami dalam melaksanakan taat. 'Ati'ullaha, wa 'ati'u rasul, wa ulil amri minkum.

19 December 2006

Diskusiku dengan TW

Benar, apa yang TW tulis. Inilah keseimbangan yang ingin dilakukan terhadap pembinaan kemahasiswaan. Dalam kondisi saat ini, saya melihat terlalu sedikit yang aktif di aktifitas selain yang wajib (kuliah, praktikum), karenanya untuk saat ini yang didorong dilakukan adalah yang penting mau beraktifitas dulu.

Coba TW bayangkan, orang yang mengantar proposal ke BKA adalah mahasiswa baru (angkatan 2006 atau yang jika angkatan cukup usia, mereka nggak ngerti isi proposal), akibatnya jika ditanya proposal ini apa isinya, mau kemana kegunaannya apa, bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilannya? Mereka nggak bisa menjawab, dan jika ada yang bisa menjawab: yang muncul adalah pokoknya begini! lho kalau nggak ngerti isi proposal kok mau presentasi isi proposal? Opo ora lucu?

Keyakinan saya saat ini, masih dalam tahap dorongan untuk berakfitas selain yang wajib, karena dimanapun tempatnya, baik sebagai pemilik perusahaan, ataupun sebagai pekerja (seperti saya) tidak cukup pengetahuan akademik saja.

Nah, nanti (saya belum bisa memprediksi) jika sebagian besar mahasiswa telah ikut serta dalam kegiatan di luar akademik, kita melangkah ke tahap seleksi yang lebih bermakna.



http:\\mahmud-imrona.blogspot.com
-------Original Message-------

From: tw yunianto
Date: 19/12/2006 12:13:15
To: Mahmud 'Imrona
Subject: Re: mohon klarifikasi

maksud saya tidak untuk mematikan kreativitas mhs.
memang harus didorong, tapi setidaknya juga harus diarahkan.
memang antara membuat orang cerdas dan mengerti itu hampir sama. tapi keduanya memiliki substansi yang berbeda.
saya kira filosofi 'mengerti' akan sangat terkait dengan nilai dan pemahaman.
sedangkan membuat orang 'cerdas' hanyalah dibutuhkan usaha untuk membuat orang mau melaksanakan sesuatu tanpa mengerti substansinya.
saya kira, dalam pembinaan pun kita juga harus efektif, efisien, dan sistemik.
tidak hanya membuat orang untuk sekedar banyak bekerja, tetapi tidak memiliki pemahaman akan ekspektasi hasil kerja.
hasilnya, ya boleh dikatakan itulah nantinya yang akan menjadi orang2 pragmatis.
membuat orang pinter dan paham dibutuhkan sebuah sentuhan tersendiri.
banyak aktivitas yang memiliki tujuan yang sama, namun memiliki jalur yang berbeda-beda dalam mencapainya.
bagaimanapun, menurut saya, membuat orang mengerti itu lebih utama dari pada membuat orang pinter.
begitu pula jika hal itu kita terapkan dalam pembinaan kemahasiswaan di kampus ini.


On 12/19/06, Mahmud 'Imrona < mhd@stttelkom.ac.id> wrote:
Saya pikir tidak begitu cara berfikirnya. Antisipasi keadaan sudah dilakukan, sekecil apapun itu. Sudah diminta mereka untuk tidak membawa sponsor alat kontrasepsi, itu pu telah dilakukan, jika ada di luar kampus, maka kemudian ditarik, dst. Kalau tanggung menanggung, hal itu sudah pasti pula dilakukan, siapa berbuat harus berani bertanggung jawab. Tetapi kalau kemudian mematikan kreatifitas mahasiswa yang ingin rasanya kok tidak pada tempatnya. Yang harus dilakukan adalah mendorong mahasiswa yang hanya kutu buku, kutu kuliah, kutu rumah, tidak bisa bergaul, tidak mengerti kemana hendak melangkah selain kuliah-rumah-kantin, didorong agar berani membuka diri untuk membuat aktifitas yang lain.

http:\\mahmud-imrona.blogspot.com
-------Original Message-------

From: tw yunianto
Date: 19/12/2006 11:28:34
To: Mahmud 'Imrona
Subject: Re: mohon klarifikasi

saya tahunya juga baru tadi pagi ketika ngobrol dgn pemuda pga.
mereka menyesalkan tragedi itu.
mengevaluasi kegiatan semacam konser band kok banyak yang bikin kita susah.
kalaupun ada konser musik, mending diganti saja dgn musik yg lebih 'intelek'.
saya juga denger dr kawan2 katanya ada dari personel band yang manggung kemarin mengeluarkan kata2 kotor yang nggak pantas.
wuh.. bikin pusing saja.
ditambah lagi, satpam yang nggak salah harus kena batunya (batu beneran....).
saya kira stt juga harus bertanggung jawab dgn meminta 'pertanggungjawaban' panitia.
paling tidak mengevaluasi untuk selanjutnya mengeluarkan kebijakan yang sekiranya mampu menjadi solusi bagi semua, bagi kita mhs, warga kampus dan masy sekitar.

--
TW Yunianto
Mobile Comm Researcher
Telkom School of Technology
E Buildings Kav. 203
Telekomunikasi, Dayeuhkolot, Bandung 40257
Ph. +62-22-7564108
Mob. +62-8562231510/+62-22-91293382
www.twyunianto.co.nr

Kematian Artis Alda Risma

Artis menjadi amat terkenang oleh diriku, bukan menjadi idola, tetapi membuat selalu ingat, karena kasus-kasus yang menyertainya.

Pelantun lagu 'Aku Tak Biasa' yang bernada melankolis, romantis, dan dinyanyikan dalam video klipnya, dinyanyikan di atas kasur dengan latar belakang air terjun. Sungguh suasana di video klip tersebut amat dan sangat sesuai. Belum lagi ditambah dengan pakaian yang dikenakannya yang memang cukup menonjolkan bentuk tubuhnya.

Aku tak biasa ... ne ne ne ne ... aku tak biasa ...

Suatu saat dia tampil menyanyi dan temanku yang saat itu belum menikah (mungkin saat itu sekitar tahun '92-an), melihat ada keanehan di daerah perutnya. Walaupun dia (temanku) belum menikah, tetapi amat dan sangat yakin bahwa si Alda seperti pernah hamil atau bahkan sedang hamil, padahal kami tahu dia belum menikah.

Entah mengapa sejak saat itu, aku terus ingat.

Heh... kemudian ada acara ulang tahun dirinya yang dirayakan di rumah orang tuanya, rasanya seperti aku masih ingat dia diwawancara di sekitar rumahnya tetapi di latar belakang tanah kosong (atau mungkin lapangan). Di acara ini dia memakai kerudung (jilbab) dan acaranya pun pengajian ibu-ibu. Sungguh aku kaget, di satu sisi temanku mengatakan jika dia seperti wanita yang pernah hamil atau sedang hamil, tetapi dia memakai kerudung, yang berkesan orang sholehah.

Kepenasaranku atas pernyataan temanku bahwa dia begitu, akhirnya terjawab, ketika kemunculan berikutnya adalah berita Alda menikah, padahal dari sisi usia saat itu Alda masih terhitung amat muda, sehingga berita menikahnya tentunya mengundang kontroversi juga. Begitupun kasus Alda memakai kerudung saat acara ulang tahunnya.

Lama aku tidak memperhatikan lagi kiprahnya, bahkan yang katanya dia mengeluarkan album kedua, aku nggak tahu juga.

Tadi pagi (13 Desember 2006) aku lihat di TV si Alda meninggal, dengan luka-luka lebam, dan ada beberapa titik bekas suntik di tangannya. Kontroversinya yang dibuatnya ternyata belum berakhir juga, apalagi ketika berita tentang Alda ditambah dengan kasus tabrakan yang dia lakukan, sehingga BMW warna merah yang ditumpanginya rusak parah.

Inilah kenyataan hidup yang harus dijalani oleh para artis, di persimpangan jalan, padahal kata Ibunya, Alda pernah ingin pulang ke rumah orang tuanya.

Selamat jalan Alda, semoga aku dan keturunanku tidak menjalani hidup sepertimu, na'udzu billahi min dzalik, hidup penuh kontroversi, penuh lika liku.

18 December 2006

Bandung - Jakarta - Balikpapan

Masih terasa mengantuk, walaupun waktu tidur rasanya sudah cukup, wong tidur sekitar jam 22. Alarm yang aku isi dgn suara anakku yang kelima Ayyida Aini Rahmah: Pak Janjian Pak janjian ... terus berulang ditambah dengan istriku membangunkanku, membuat aku memaksakan diri bangun juga.

Aku ingat mesti mengambil file dari notebook. Aku ambil file Data Pa Mahmud yang dibuat oleh Pak Tatang. Sementara istriku membuat air panas untuk mandi. Dan mandilah aku dengan air hangat.

Persiapanku rasanya sudah cukup. Dan Usman pun telah hadir. Aku mencoba mengingat apa saja yang aku butuhkan, cukup.

Mobil bergerak dengan gaya Usman, agak pelan, karena aku mewanti agar mencari ATM Mandiri dulu, uang SPPD belum cair. ATM ditemukan di jalan Pasteur.

Aduh, Man, aku mengantuk, aku tidur ya ... Aku mempunyai kebiasaan sulit tidur di kendaraan, namun dengan usaha memaksakan diri, aku tertidur pula. Tol Cipularang yang kondisi jalannya memang kurang rata, menggoncang-goncang diriku. Terasa ada kemacetan yang cukup membuat aku terbangun di tol Jakarta-Cikampek, ada tiang lampu penerangan yang sedang diperbaiki.

Sampai tempatnya Adam Air pas jam 05. Check in selesai, dapat boarding pass, dan duduk di ruang tunggu. Baca koran sambil mengingat dan berfikir, bagaimana caranya sholat subuh. Lihat kondisi sekeliling dan ... oh diantara jeruji tangga kutemukan petunjuk musholla. Sholat dan ah... rasanya tenang.

Saat itu jam menunjukkan angka 05.38 ketika ada pemberitahuan untuk masuk pesawat. Lama pesawat Boeing 737 seri 400 berjalan pelan menuju landas pacu. Di belakang beberapa pesawat, Garuda, Merpati (kalau tidak salah ingat), dan Philipines ikut antri, ikut mengiringi langkah Adam Air untuk take off.

Suara mesin bergerak mengeras, dan berlari semakin lama semakin kencang ... wuih ... naik sedikit demi sedikit, suara gesekan roda dengan landas pacu pun menghilang ... naik dan naik dan naik sambil berbelok ke kanan, tol telah di bawah, rumah-rumah, kotak-kotak sawah, garis pantai, gerombolan awan putih, pulau-pulau kecil, ombak laut yang laksana rambut ikal dan posisi pesawat pun mendatar.


Perjalanan yang mungkin akan terasa membosankan, karena hanya melihat awan di bawah, dan bentuk gulungan kapas, eh lebih tepatnya arum manis yang berwarna putih.

Aku mencoba mengoreksi UTS yang sudah lama nyaris terlupakan oleh kegiatan berkomunikasi dengan mahasiswa, merencanakan dan melaksanakan executive gathering, temu alumni, mengurai masalah beasiswa, dll Ah ternyata tidak ada soal, nasib, nggak mungkin aku bisa mengoreksi tanpa lembar soal, karena di lembar soal aku cantumkan nilai maksimal setiap soal.

Suara lirih dari pramugari melalui speaker terdengar tidak jelas, kalau dengan suara mesin pesawat, AC, dan entah suara apalagi di pesawat ini. Aku habiskan segera makanan yang disajikan, roti dan air minum.

Garis pantai pulau Kalimantan terlihat jelas. Awan terlihat bertumpuk berlapis selang beberapa meter atau puluh meter 'kali. Garis-garis yang tersusun dengan baik, lurus dan membentuk kotak-kotak dengan bagus, aku tidak tahu apa itu sebenarnya, kalau sawah, rasanya nggak mungkin. Jauh di bawah awan terlihat putih, silau memantulkan sinar matahari. Kalau tidak salah pramugari atau kapten pesawat menyatakan akan terbang dengan ketinggian 33ribu kaki. Sungai lebar terbentang dengan lekuk gaya laksana ular meliuk, hutan hijau Kalimantan yang amat terkenal itu terlihat jauh di bawah, aku seperti mengingati Google Earth dalam posisi stabil ketinggian.

Rasa bosan mulai menghinggapiku, ngantuk agak terasa, namun tidak terlalu kuat, orang-orang rasanya tertidur semua, tak ada suara orang berbicara, bahkan suara anak kecil yang tadi menangis sejak di ruang tunggu bandara pun tak terdengar, sakit 'kali dia. Ada juga suara bicara terdengar lirih, seperti berbisik, nggak jelas suara gaduh di pesawat ini memang luar biasa. Kadang bergetar menumbuk awan, atau ruang kosong hampa udara. Wow ... sepanjang mata pemandang hanya putih yang terlihat, menyilaukan, karena pantulan sinar matahari, sakit di mata.

Rasa ingin buang air kecil, aku tahan, susah lewat, karena orang disampingku tertidur sejak naik pesawat, bahkan saat take off pun.

Suara pramugari seperti biasa tidak terdengar dengan baik. Pesawat bergetar, bunyi deritan kursi terdengar berkali-kali. Kadang getarannya agak keras. Telinga mulai kusadari ada rasa sakit. Ngantuk menyerang sekali, tetapi memang sulit aku tidur... aku ingin menulis.

Aku menulis sejak koreksian aku tutup. Silau putih kehijauan yang terbayang, sejauh mata memandang putih melulu, kadang awan tipis dilewat, bawah pun tak terlihat.

Wow jauh di bawah awan-awan kecil terlihat seperti kapas yang disebar, hijau hutan Kalimantan beberapa terlihat kosong, ada aliran sungai, oh... apa itu guratan berwarna kuning kemerahan.








Ada pemberitahuan pramugari untuk menata tempat duduk, mungkin mau turun. Wus dingin. Jalan-jalan tanah terlihat jelas. Hijau itu tak merata ada muda, tua. Di seberang depan terlihat air dalam skala, danau mungkin. Tanah terlihat dan bulatan, seperti tandon minyak ada 7 jumlah, 5 besar, 2 lebih kecil. Aku di atas air terlihat kapal-kapal kecil seperti tak bergerak, padahal riak air ada di belakang kapal itu. Aku tdk tahu apakah danau atau laut, aku hanya bisa melihat dari sisi pesawat, tetapi kalau danau betapa besarnya. Warna air pun berbeda, walaupun sama-sama hijau. Terasa roda pesawat dikeluarkan, suara desing terdengar, berbelok ke kiri, pesawat miring. Maka terlihatlah sekarang ternyata laut, bukan danau. Mana bandaranya aku cari, belum ketemu juga. Oh ... itu ...

Warna genting rumah berganti. Dan ... goncangan roda menyentuh landasan. Ada rasa takut juga. Alhamdulillah, pesawat berjalan pelan, berbelok menuju peron. Aku ingat Lion AIr ngejungkel saat seperti ini.










Sepinggan International Airport menyambut dengan tulisan yang besar, pesawat pun berlagu, setelah tadi hanya mendengungkan suara yang tidak nyaman. Jam 08:10 masuk ke peron.

Naik taksi dengan driver Weli, sopir taksi yang ramah, sehingga dengan mudahnya menceritakan kondisi keluarganya: anak 8 (5 dari istri pertama Dayak, 2 dari istri kedua yang berasal dari Buton, 1 dr istri ketiga yang berasal dari Batak), istri 3 (1 cerai yang mempunyai darah Batak). No HP Weli 081520377487.

Hotel Grand Tiga Mustika cukup kecil, jika dibanding dengan Novotel yang berdiri megah di depan seberang atau Hotel Gran Senyiur tepat persis di depannya. Suasana nyaman yang penuh keramahan menyergapku, yang membuatku terasa menyukainya. Panitia pun sudah standy by, walaupun seperti biasa aku kesulitan menerangkan bahwa STT Telkom menghendaki menggunakan kwitansi yang bermeterai, tetapi untuk sementara rasanya tidak ada masalah, begitu kantukku hilang, aku ingin jalan-jalan mencari kwitansi dan meterai.

12 December 2006

Executive Gathering STT Telkom 2006



Dalam rangka mendapatkan masukan dari industri, STT Telkom mengadakan acara executive gathering, beberapa pejabat dari industri jasa dan manufaktur hadir dalam acara ini, tercatat sekitar 8 perusahaan hadir (ada Telkom, Telkomsel, ZTE, Indosat, Microsoft, Lintas Arta, Gratika, Bakrie Telkom). Dengan total 30 orang yang hadir.




Acara diawali dengan sambutan dari Ketua STT Telkom, yang memberikan gambaran akan kedudukan STT Telkom dan apa-apa yang akan dilakukan oleh STT Telkom. STT Telkom telah menghasilkan 8000-an alumni yang bergerak di berbagai bidang pekerjaan, beberapa telah mampu tampil sebagai middle manager.


Kemudian Pak Suryatin Setiawan membawakan keynote speech, yang sungguh membuat para hadirin terperangah. Pertumbuhan industri ICT akan pesat hingga tahun 2010, bahkan tahun-tahun ini disebut sebagai golden year. STT Telkom pun mempunyai keuntungan dengan mengambil fokus pada dunia IT saja, sehingga amat dan sangat jelas aktifitas yang akan dilakukannya. Namun beliau mengungkapkan harapan agar STT Telkom mampu menghasilkan calon-calon leader di dunia IT, mengingat saat ini kebanyak leader diambilkan dari LN, seperti Thailand, Taiwan, China, Malaysia, dan Singapore. Hal ini disebabkan orang-orang Indonesia belum mampu mengambil peran yang setara dengan hal itu.

Di lain pihak, persaingan di dunia seluler, amat dan sangat tinggi, sehingga ada berani bermain dengan harga Rp7,- per 30 detik. Melihat ini berarti margin yang didapat amat kecil, nah, agar mampu mengambil keuntungan yang cukup besar harus bermain pada skala besar.

Untuk tahun 2007 ini dibutuhkan 1000 orang new profesional untuk menangani kebutuhan pendirian sekitar 15ribu BTS.

Kekosongan tenaga kerja:
1. RF Planning
2. Radio Network Optimization
3. Operator High Level
4. Network and service more IP

Selain itu, diharapkan STT Telkom dapat semakin dekat dengan industri, sehingga konsep link and match yang sejak tahun 1990-an namun gerakan ini belum tampak dengan lebih jelas. STT Telkom harus mampu memanfaatkan peluang yang amat besar ini.

Sedangkan dari perwakilan industri masalah-masalah yang muncul (kekurangan dari alumni) adalah:
1. Communication skill (contohnya dalam berbahasa Inggris, dan cara menyampaikan pendapat dengan tidak menjatuhkan orang lain)
2. Kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang baru
3. Pendekatan ke Industri Telekomunikasi untuk mendekatkan calon alumni dengan kondisi real world (dunia kerja), jangan hanya ke PT Telkom saja
4. Kurang mandiri (jika diberikan pekerjaan masih terlalu banyak bertanya, namun hasil masih kurang, ini dibandingkan dengan lulusan dari satu perguruan tinggi yang lebih lama hadir di Indonesia)
5. Kurang mampu bersegera untuk tune in
6. Beberapa alumni tak lulus seleksi karena masalah kesehatan (seperti kolesterol, asam urat, dan fungsi hati)
7. Kurang Percaya Diri untuk menjadi leader
8. Tidak siap menghadapi kondisi darurat (24 jam on call, kerja shift)
9. Budaya kuliah masih melekat dengan erat, sehingga mengganggu kondisi kerja
10. Kegiatan Kerja Praktek ternyata terlalu banyak yang berorientasi pada nilai saja (bukan kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti mengenal dunia kerja, dll)
11. Sikap yang kurang matang: misalkan angkuh atau sombong

Kelebihan dan usulan:
1. Ada satu alumni STT Telkom yang menjadi Kakandatel di PT Telkom yang termasuk terbaik.
2. Untuk tahun 2006 ini, STT Telkom menduduki tempat pertama jumlah alumni yang diterima di PT Telkom, walaupun jumlahnya sama dengan UGM, namun STT Telkom fokus pada Teknik, sedangkan UGM tersebar pada berbagai bidang ilmu, teknik dan non teknik
3. Perusahaan-perusahaan yang hadir menyanggupi untuk menerima KP, Tugas Akhir, Coop, dll yang mampu mendekatkan mahasiswa (calon alumni) ke dunia kerja
4. Pinter-pinter dan mudah diajari
5. Kualitas lulusan harus tetap dipertahankan
6. Di Telkomsel dari 10 sarjana, satu dari STT Telkom. Saat ini alumni STT Telkom di PT Telkomsel ada sebanyak 237 orang dari 4000 orang karyawan, dan 34 diantaranya menduduki posisi struktural. Di Telkomsel ada alumni STT Telkom yang selalu dibawa direksi untuk melakukan presentasi (terpakai)
7. Sekitar 30 orang/ tahun alumni STT Telkom masuk ke Telkomsel
8. STT Telkom melakukan road show tentang kemampuannya ke industri telekomunikasi
9. Dosen terjun langsung ke industri untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, membagi masalah menjadi sesuatu yang dapat dipecahkan, dan mahasiswa dengan bimbingan dosenlah yang membuat solusi dari masalah-masalah yang telah terbagi tersebut.

Jawaban dari Pak Husni (Ketua STT Telkom):
1. Dosen akan dikirim ke industri atau mendatangkan orang-orang yang berkompeten di industri untuk memberikan matakuliah
2. Akan dikembangkan language center
3. Penambahan fasilitas olah raga

04 December 2006

Audensi Ikatan Alumni STT Telkom 2006


Alhamdulillah, setelah berkali-kali bertemu dengan alumni, baik yang ingin menyelenggarakan temu alumni maupun yang ingin memberikan andil dalam membentuk Ikatan Alumni, maka hari ini Senin 4 Desember 2006 pukul 9-13 STT Telkom kehadiran Pengurus Inti Ikatan Alumni STT Telkom, yaitu:
1. Tri Wiyasa (TI'91) sebagai Presiden Ikatan Alumni STT Telkom
2. Imam Suhadi (TE'91) sebagai Sekjen Ikatan Alumni STT Telkom
beserta rombongan total sebanyak 9 orang.

Mereka mengadakan musyawarah pada hari Sabtu 2 Desember 2006 di Jl. R Rapat Sabilululang, PT Telkom MCC, Jl. Cisanggarung.

Sehingga tersusun struktur organisasi sementara, sebagai berikut:

Presiden

Bendahara

Sekjen

Deputi Bidang Konsolidasi Internal

Deputi Bidang Pemberdayaan Alumni

Deputi Bidang Pengembangan Almamater

Deputi Bidang Pengembangan Masyarakat



Struktur ini masih memungkinkan untuk diperbaiki dan masih mungkin pula mendapatkan masukan siapa-siapa yang akan mengisi kotak-kotak yang ada. Perkiraan waktu struktur organisasi dapat tetap adalah 2 minggu sejak tanggal 2 Desember 2006.

Pak Husni, selaku Ketua STT Telkom memperkenalkan tentang rencana ke depan STT Telkom dalam menghadapi situasi yang selama ini ada. Diantaranya STT Telkom akan membangun fasilitas fisik berupa: Gedung Asrama, Training Centre, Rektorat, dan Perpustakaan.

Kerjasama dengan perusahaan internasional dari China yaitu ZTE, dan nantinya kerjasama internasional akan diperbanyak. Pada tanggal 18 Desember 2006 akan berkunjung ke Malaysia untuk menjajaki kerjasama dengan Telkom Malaysia, UMM, Universitas Negeri Malaysia dan jika memungkinkan akan melakukan kerjasama dengan Nanyang University Singapore.


Dalam membuat program kerja, Ikatan Alumni STT Telkom akan membuat workshop untuk bisa mendapatkan masukan dari seluruh warga STT Telkom, baik mahasiswa, alumni, dosen dan karyawan STT Telkom.

Banyak program yang dibicarakan dalam pertemuan ini, seperti riset, pelatihan, dll. Untuk itu Ketua STT Telkom mengharapkan agar dibuat MOU antara STT Telkom dengan Ikatan Alumni STT Telkom.

Sekretariat Ikatan Alumni akan disediakan di STT Telkom. Ikatan Alumni mengharapkan sekretariat ini dapat mudah diakses oleh Alumni sendiri maupun mahasiswa. Alternatif ruangan: ruang KIKK yang saat ini belum digunakan secara maksimal, atau menggunakan ruangan yang ada di Students Centre (untuk ini harus dibicarakan dengan pihak pengelola teknis, yaitu BEM STT Telkom).

Alumni menginginkan adanya upacara pelantikan Pengurus Ikatan Alumni, perkiraan waktu 2 minggu sejak 4 Desember 2006 ini.

Di struktur Ikatan Alumni, selain ada di pusat (Bandung) yang berdasarkan fungsional, terdapat kepengurusan di wilayah (daerah).

Bagi Ka. BKA semoga kepengurusan Ikatan Alumni STT Telkom yang sekarang dapat bekerja dengan baik, sehingga Ikatan Alumni dapat eksis di dunia Pendidikan Tinggi dan tempat yang lain di Indoensia ini. Setelah begitu lama, Ikatan ALumni hanya terdengar kabarnya tanpa aktifitas yang nyata. Selamat berkiprah IKatan Alumni STT Telkom!

Kegiatan Mahasiswa STT Telkom

Dari survei yang Diterbitkan oleh National Association of Colleges and Employers, USA, 2002 (disurvei dari 457 pimpinan). Dengan menggunakan skala 1-5, didapat data sebagai berikut:

1 Kemampuan Komunikasi 4.69
2 Kejujuran/Integritas 4.59
3 Kemampuan Bekerja Sama 4.54
4 Kemampuan Interpersonal 4.5
5 Beretika 4.46
6 Motivasi/Inisiatif 4.42
7 Kemampuan Beradaptasi 4.41
8 Daya Analitik 4.36
9 Kemampuan Komputer 4.21
10 Kemampuan Berorganisasi 4.05
11 Berorientasi pada Detail 4
12 Kepemimpinan 3.97
13 Kepercayaan Diri 3.95
14 Ramah 3.85
15 Sopan 3.82
16 Bijaksana 3.75
17 Indeks Prestasi (>=3.0) 3.68
18 Kreatif 3.59
19 Humoris 3.25
20 Kemampuan Berwirausaha 3.23

Dari 20 item tersebut, ternyata yang benar-benar menunjukkan kemampuan akademik hanya satu item saja itupun pada urutan ke-17, sebuah urutan yang jauh di bawah.

Karena itu kemampuan akademik saja tidak cukup (hal ini bukan berarti, mengecilkan arti IPK), tetapi kemampuan mahasiswa (alumni) haruslah ditambah dengan sekian kemampuan yang lain.

Kemampuan-kemampuan yang lain dapat diperoleh baik di tengah masyarakat, maupun saat mengikuti kegiatan akademik dan non akademik.

Di STT Telkom organisasi mahasiswa yang dapat menunjang kegiatan non akademik ada sekitar 36 organisasi mahasiswa. Sebuah jumlah yang cukup banyak. Sebagiannya berkegiatan hanya bersifat rutin semata, latihan dan latihan, contohnya: Hikmatul Iman (tenaga dalam), Kei Shin Kan (karate), Tae Kwon Do, USBM (Minang), dan beberapa yang lain. Namun ada juga yang kiprah di STT Telkom kurang menonjol tetapi di tempat lain cukup menonjol seperti Judo yang malah mahasiswa menjadi atlet dari dojo yang lain.

Beberapa yang lain amat aktif. Salah satunya BEM yang saat ini menyelenggarakan kegiatan Olimpiade Mahasiswa STT Telkom, banyak cabang yang dipertandingkan diantaranya: Tenis Lapangan, Bulutangkis, Bola Basket, Futsal (di tahun-tahun sebelumnya rawan terhadap perkelahian), Tarik Tambang, dll.

Pada hari Jum'at yang lalu (1 Desember 2006) saya diminta membuka Warung Komputer HMTI (Himpunan Mahasiswa Teknik Industri), mereka memberi nama warung tersebut: Mc S (wah aku lupa singkatannya, kalau nggak salah S-nya berarti Solution). Sebuah upaya baru dari organisasi mahasiswa untuk mendapatkan dana dan juga kemampuan berwirausaha. Semoga mereka sukses!

Sabtu malam (2 Desember 2006) di GSG dilakukan Grand Opening Genia Returns, dari sisi nama Genia sebenarnya sudah pula diselenggarakan pada tahun 2006 ini, namun dengan pertimbangan penyebaran waktu yang terlalu mepet dengan Himpunan yang lain, maka HMIF menggeser waktunya menjadi bulan Desember ini. Banyak kegiatan dalam Genia Returns, ada Telkom Cyber Cup, Who wants to be Rich ST2 Telkom, Telkom Programming Contest, dan yang kemungkinan terbesar adalah XL Jambore IT. Genia Returns termasuk sukses dalam menghimpunan pendanaan, banyak sponsor yang ikut serta dalam kegiatan ini.

Tanggal 29 Nopember 2006 mahasiswa yang berasal dari UKM Basket menyelenggarakan STT Telkom Againts AIDS sebuah upaya untuk membukakan mata mahasiswa dan masyarakat umum tentang HIV/ AIDS. Kegiatan yang dilakukan adalah Kampanye Simpatik di dalam kampus dn di luar kampus, Seminar tentang AIDS pada hari Rabu (6 Desember 2006) dan pertandingan persahabatan Basket antara tim STT Telkom dengan Aspac.

Begitu banyak kegiatan mahasiswa, begitu padat kegiatannya sehingga diharapkan mereka (para mahasiswa) dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari keseluruhan kegiatan ini. Mengasah softskill, menambah kemampuan/ wawasan, dll sehingga mereka meningkat dalam berbuat yang positif bagi diri mereka sendiri dan bagi masyarakat pada umumnya. Harapan pula mereka tidak hanya capek dalam mengurus yang bersifat keduniaan semata, namun lebih jauh lagi dengan kegiatan-kegiatan ini merangsang kemampuan dan upaya mereka untuk terus mencapai kesejatian hidup yang sejati, yaitu kehidupan di akhirat nanti. Amiin.

01 December 2006

Sudah Desember 2006

Tak terasa waktu terus berlalu, sekarang sudah tanggal 1 Desember 2006.
Luar biasa...
Aku nggak merasa menghitung hari
Ketika hari ini sudah bulan Desember 2006
Apa yang telah aku lakukan?
Apakah aku semakin mendekati jannah?
Ya, Allah aku takut jika hari-hariku hanya sia-sia belaka

24 November 2006

Bersepeda


Pagi hari ini, Jum'at 24 Nopember 2006, di radio juru bicara Presiden si Andi Kumis menghadiri event tentang sepeda tak bermotor, dan mengusulkan agar Pemerintah Daerah melirik untuk membuat jalur khusus sepeda, mengingat sepeda bekerja tanpa polusi dan menyehatkan.

Ide ini adalah ide yang baik dan sudah sewajarnya dipikirkan, direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi dengan baik. Sepeda akan menyebabkan pengendaranya mengeluarkan keringat, keringat yang dikeluarkan akan mengeluarkan pula sisa-sisa kotoran, sehingga kebersihan bukan hanya sekedar fisik yang tampak, melainkan fisik yang tak nampak, seperti jantung, akan terpacu dengan baik, begitupun zat-zat tak baik dalam tubuh, akan keluar bersamaan dengan keringat. Sehingga sehatlah secara fisik manusia yang bersepeda.

Dari sisi waktu tempuh, dengan bersepeda tidak akan jauh berbeda dengan bermobil, dengan mengingati di daerah perkotaan sdah terkenal macet, sedangkan bersepeda akan mampu melaju dengan melalui jalur-jalur yang sempit.

Memang ada kekurang yang tampak jika pengendara sepeda tidak diberi jalur khusus, pengendara akan menghirup asap knalpot secara langsung, beda sekali dengan pengendara mobil yang akan difilter dulu melalui mesin AC, karenanya harus dibuatkan jalur khusus sepeda onthel.

Pembuatan jalur khusus sepeda onthel tidaklah mudah, di daerah Bekasi pengendara sepeda motor sedemikian banyak, ketika lampu merah terjadi, maka rasanya seperti melihat sekawanan burung yang berjumlah ribuan berkerumun, kemudian begitu lampu hijau pyuuuung ribuan sepeda motor bergerak ke kanan dan ke kiri mencari sela diantara mobil-mobil, akibatnya tentu jika tidak didesain dengan baik, jalur sepeda onthel akan dipakai oleh pengendara sepeda motor.

Sepeda onthel dengan sepeda motor, dari sisi lebar, hampir mirip seukuran, namun dari sisi lebar ban, tentunya sepeda onthel lebih kecil. Dengan mendasarkan pada ukuran ban inilah, kita dapat mendesain jalur jalan yang hanya cocok untuk sepeda onthel. Dibuat jalur yang mulus dengan ukuran selebar ban sepeda onthel, sedangkan diluar jalur itu dibuat menggunakan batu-batu kerikil, sehingga jika diluar jalur sempit tersebut akan berada pada daerah kerikil, sehingga tidk nyaman untuk menggunakan jalur tersebut. Tentunya agar tidak terlalu membahayakan kerikil yang digunakan yang cukup kecil saja, sekitar diameter 5 cm dan ditanam sekitar 3cm, sehingga cukup kokoh untuk tidak mudah terkeluarkan dari badan jalan.

Selain itu adalah hal yang biasanya dibuatkan rambu lalu lintas yang menyatakan jalur tersebut khusus untuk sepeda onthel, bukan diluarnya.

Harapannya orang-orang yang tidak menyumbang polusi leih dihargai dibanding para penyumbang polusi yang tak sedikit jumlahnya, namun pemilik uang sehingga dapat merasa sebagai penguasa jalanan. Wajarnya penguasa jalanan adalah orang-orang yang dengan rela hati lebih menyukai kondisi udara yang bersih dan sehat.

Selamat bagi pesepeda onthel!

22 November 2006

Indonesia Importir

Nasib petani di Indonesia tidak ada yang membela, bahkan pemerintah sekalipun.

Ada dua tulisanku tentang nasib petani, yang satu menceritakan petani bawang merah dan yang keduanya petani garam, di akhir bagian pasti menyatakan betapa diantara kesenangan karena panen raya, ternyata membawa petaka, karena harga yang langsung anjlok. Sehingga biaya produksi tak mampu tertutupi dengan menggunakan penghasilan yang didapat dari panen.

Tadi pagi atau malam aku dengar di televisi akan ada blunder baru yang akan ditetapkan oleh pemerintah. Petani beras yang juga mengalami nasib yang sama dengan petani di atas dalam hal menjual hasil panen yang tak sepadan dengan biaya produksi, akan segera bertambah duka citanya. Selain impor beras terus berlangsung, yang katanya diakibatkan oleh sedikitnya produksi beras dalam negeri, maka akan ditambah penderitaannya dengan rencana pemerintah menaikkan harga pupuk, padahal yang harga eceran yang ditetapkan pemerintah saat inipun tidak bisa petani membeli pupuk dengan harga sesuai aturan pemerintah tersebut, pasti lebih tinggi, apalagi dengan wacana akan dinaikkannya harga pupuk.

Cara berfikir IMF yang akan menghilangkan subsidi memang akan menguntungkan secara selintas pada pemerintah, beban yang ditanggung pemerintah akan berkurang, namun dibalik itu akan menghadapi masalah lebih besar di kemudian hari.

Biaya produksi yang tinggi di dalam negeri tak mampu menghasilkan pendapatan para produsen dalam negeri akan menyebabkan masyarakat tak mau mengambil resiko untuk berperan di bidang produksi ini. Jika hal ini terjadi maka semua yang ada hanyalah impor semata, akibatnya harga akan ditentukan dari pihak luar, tingkat kebergantungan msyarakat Indonesia akan amat dan sangat tinggi, sehingga jika terkena embargo, sudah terbayang oleh saya, pastilah banyak manusia Indonesia yang kelabakan, yakin dehh....

Maka cita-cita beberapa orang masa lalu yang selalu ingin agar masyarakat dapat mandiri rasanya akan semakin jauh dengan policy pemerintah yang demikian absurd.

Selamat menikmati produk impor...

21 November 2006

Coba lagi

Saya sedang mencoba mengisi blog lagi setelah nyaris bingung mau diapaain.

Akhirnya aku tahu masalahnya, yaitu: internet explorer tidak support editor dari blogger beta. Tahunya ini setelah berkunjung di ruang DPM STT Telkom. Ruangan yang bernuansa rapat dan rapat ini, menyediakan satu dan dua komputer untuk mendukung kegiatan ketuanya. Nah, saat itu ternyata sang ketua sedang browsing menggunakan firefox mozilla. Ternyata berhasil menampilkan editor dengan baik. Jadi, hati-hati menggunakan internet explorer.

Seminar TRANS TV

Tulisan ini belum sempat saya edit, yang teringat dan langsung saya tulis, jadi seandainya tidak enak untuk dibaca ya harap maklum. Menceritakan tentang Seminar TRANS TV pada hari Sabtu, 18 Nopember 2006:

Peserta mahasiswa dan alumni ternyata benar memenuhi kursi yang disediakan, walaupun tak semua kursi terisi, namun 99% kursi terisi. Dunia televisi memang menarik orang.

Persaingan yg amat ketat di dunia TV menyebabkan bersegera berubah kondisi yang ada, hal ini membutuhkan orang-orang muda yang masih mudah bersegera berubah.

Pembuatan program yang hanya satu jam ternyata membutuhkan waktu dari jam 12 siang s/d jam 01 malam.

Industri TV padat modal dan padat karya (banyak orang yg dilibatkan).

Seniman tetapi seragam, bentuk seragam yg menunjukkan keuletan kerja, pekerja keras, kompak.

Industri TV berkultur barat, yang serba cepat, sehingga tidak boleh terlalu lama ada

Iklan 30 detik utk program Ramadhan harganya 100juta Rp

Rating yg bagus menentukan harga jual, jika rating turun harga iklan turun. Presenter ditentukan oriental look, mojang priangan, atau yang ekstrim sekalian, dll ditentukan oleh penonton, yg biasa saja nggak kepakai.

Dinilai setiap hari Rabu, melalui AC Nielsen

Creative:
- melampaui batas
- gunakan yg ada
- bernilai jual

Pak Ishadi tidak hadir, saya belum tahu kenapanya

AC Nielsen menguasai perusahaan peratingan TV di seluruh dunia, TRANS TV bayar 1,5M setahun.

Program TRANS TV: 80% dibuat sendiri

beli 1 jam ~ 40menit (karena diselang sama iklan) paling murah 250juta Rp.

Investasi hardware 20-35juta$ US utk tingkat regional

HRD:

total 1500 orang, turn over 250 orang termasuk amat tinggi, dianggap sesuatu yg normal saja, bukan hal yg buruk

300orang yg diterima di TRANS TV dari 30000-an, yg gagal karena:
1. Generale Knowledge pdhl What you see what you get
2. Bahasa Inggris ==> SMA
3. Psikologi ==> tidak menjadi diri sendiri
4. Wawancara: news, produksi, transmisi, dll

Yg dicari multi talent©©Alumni STT Telkom: bbrp yg menjadi pejabat transmisi di daerah

Sikut menyikut adalah hal yg biasa di JKT, jadi jangan takut, yg terpenting menjadikan hal itu menjadi tantangan

3 Desember ada rekrutmen di Bandung, mulai www.transtv.co.id

Fans bisa bergabung di Fans TRANS TV

60M, 160M, 300M, 600M, 1T pendapatan

Tidak boleh ada pembatasan utk berpindah/ keluar dari TRANS TV, malah hal ini menjadi kebanggaan, karena harganya naik. Persaingan dgn mantan pegawai TRANS TV.

7 Desember akan dilaunch logo baru

PARA Group (Chairul Tanjung, Wiranto) akan diubah menjadi TRANS CORPORATE utk bermain di media

TV 7 diambil karena kesamaan visi yaitu Nasionalisme

Magang ada, ttp hanya dibatasi 40orang utk satu bulan

17 November 2006

Peminat acara TRANS TV Luar Biasa

Sejak diumumkan secara terbuka, bahwa TRANS TV akan menyelenggarakan seminar tentang Broadcasting di STT Telkom, peminat mulai berdatangan, baik secara lisan, tulisan dan datang langsung.

Saat ini dunia pertelevisian memang sedang naik daun. Peminat di bidang ini meningkat dengan pesat terus berkembang dan banyak jumlahnya. Hal ini pun patut dimengerti karena stasiun TV berdiri dengan gagahnya dan langsung banyak jumlahnya, baik bersiaran tingkat nasional, maupun lokal/ regional. TV lokal Bandung pun tak sedikit ada TVRI Bandung, Bandung TV, STV, dll. Belum lagi di kota lain, di Malang pun yang termasuk kota tidak sebesar Bandung sudah berdiri TV lokal Malang. Artinya begitu gegap gempita dunia televisi di Indonesia.

Belum lagi, dengan dibukanya kran untuk menayangkan siaran televisi tanpa batasan waktu. Beberapa bulan yang lalu ketika Indonesia merasa engap-engapan dengan energi listrik dan BBM, presiden pernah meminta secara langsung, agar siaran televisi dan radio dibatasi waktunya. Namun ternyata pemilik stasiun televisi mulai sadar, nggak cukup lagi waktu yang sediakan, sehingga akhirnya 24jam nonstop televisi melakukan siaran. Memang beberapa stasiun TV mematikan siarannya pada jam-jam tertentu.

Dengan kondisi yang demikian, pantas saja peminat acara seminar TRANS TV, begitu membludak. Pendaftaran yang dilakukan di BKA saja sudah menembus angka 450 orang pada hari Rabu, dan akhirnya dibebaskan kembali, sehingga langsung tembus 500 orang. Itupun dengan keterbatasan ruangan nggak mungkin ditambah lagi, sehingga berpuluh kali menolak mahasiswa yang ingin ikut.

Beberapa sempat saya beritahu: "Silakan saja datang, jika ruangan masih kosong pada waktu tertentu, maka anda bisa masuk. Jika tidak ada, ya di luar saja".

Di STMB Telkom pun cukup banyak, ada sekitar 65 orang.

Beberapa kali kegiatan mahasiswa di STT Telkom begitu banyak pendaftarnya namun saat pelaksanaan langsung turun drastis. Saya mengharapkan terjadi perubahan perilaku mahasiswa, tidak hanya sekedar gembira mendaftar tetapi langsung pula menetapi komitmennya.

Semoga acara besok mahasiswa komitmen dengan pendaftarannya.

Butiran Putih

Di daerah kelahiranku banyak tanah yang dibuat kotak-kotak, tanah-tanah ini amat dekat dengan laut, yang biasa kita sebut pantai. Di sekeliling kotak-kotak tersebut biasanya diberi saluran air. Biasanya terdapat kincir air skala kecil atau pompa air yang akan memindahkan air dari saluran ke dalam kotak-kotak tersebut. Terdapat pula diantara pojok-pojok hamparan sawah tersebut rumah-rumah kecil yang beratap rumbia ataupun genteng, berdinding anyaman bambu, biasanya dinding dibuat amat rendah, rumah-rumah kecil ini dipakai untuk istirahat para penunggu sawah. Di lain pihak terkadang terdapat pula rumah-rumah semacam itu, tetapi dalam bentuk yang lebih besar dan berderet, biasanya dipakai untuk gudang atau lumbung.

Di daerahku sawah-sawah ini terletak sebelum masuk ke Juwana sebelum jembatan yang membagi jalan menuju dua tempat yang berbeda, satu menuju terminal Juwana dan satu lagi menuju alun-alun Juwana. Dan setelah kota Juwana menuju Rembang.

Di awal pengerjaan tanah akan diratakan menggunakan roda yang didorong, kemudian diberi alur aliran air sehingga dapat tersebar merata. Kotak-kotak yang berbentuk mirip sawah ini, akan diisi air dan didiamkan saja, sehingga air menguap dan meninggalkan butiran-butiran kecil yang berwarna putih, yaitu garam. Jika sudah menghasilkan maka terlihat hamparan putih meluas, bau asin tersebar setiap hari. Garam-garam ini akan dikeruk dikumpulkan dan dibawa ke lumbung atau langsung dibawa ke pabrik untuk dipacking/ cetak dan ditambahi Yodium. Yodium dimaksudkan untuk mengurangi penyakit gondok.

Saat ini di seluruh negeri, sedang musim kemarau yang amat panjang, sehingga para petani yang mengerjakan sawah-sawah garam ini sedang panen raya. Mereka bergembira, karena hasil yang melimpah ruah.

Pagi ini saya lihat di TV yang sedang menyiarkan berita, di daerah Indramayu, beberapa orang menuangkan karung-karung yang berisi butiran garam ke jalan raya. Hal ini membuat para pengendara kendaraan mengurangi kecepatan. Sedang apa mereka? Apakah ingin menggarami jalan raya? Apakah selama ini aspal sudah terlalu manis? Ataukah supaya warna jalan menjadi putih?

Entah mengapa negeri ini? Hidup para petani sudah terbiasa dengan kondisi miskin, tak ada petani yang hidup dengan baik di negeri ini. Mereka memang sudah biasa hidup di gang-gang sempit dan rumah berdinding anyaman bambu. Padahal kalau melihat dari hasil panen pastilah ada sedikit kemampuan untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.

Petani garam di Indramayu tersebut ternyata sedang melakukan protes yang cukup keras, mengingat harga garam jatuh, meloncat dari harga Rp300,-/ kg menjadi hanya Rp 50,-/ kg. Harga yang jauh-jauh dan amat jauh dari kondisi biasa. Tentunya akan membuat para petani amat dang sangat kecewa. Setelah petani bawang melakukan hal yang sama, membuang bawang merah ke jalanan.

Entah mengapa para pemilik modal kuat dan juga para penguasa membuat kebijakan yang amat merugikan para petani?

16 November 2006

Temu Alumni STT Telkom

Mestinya alumni mandiri, tidak terkooptasi oleh yang institusi STT Telkom ataupun oleh institusi yang lainnya.

Yang ada, adalah kesetaraan organisasi, bukan oposisi, bukan bawahan, sehingga mampu memberikan penilaian pada STT Telkom dengan baik dan objektif. Suara yang disuarakan adalah suara alumni STT Telkom.

Jika kemudian STT Telkom menghendaki agar para alumni dapat bertemu, dapat berkumpul, dapat berkonggres, dst, karena ikatan alumni belum berjalan sebagaimana mestinya, bahkan terlihat seperti ogah bertemu sesama alumni. Kondisi ini tentunya terasa aneh bagi institusi pendidikan. Bagaimana mungkin alumni yang jumlahnya tak sedikit dan mempunyai peran diberbagai bidang kehidupan tak mampu menjalin komunikasi dengan lebih baik dan bisa terlihat oleh banyak orang lain yang lain?

Memang sudah wajar dan sewajarnyalah alumni membangun wadah sendiri, wadah yag bercirikan kemandirian, dan kebebasan dari segala institusi yang ingin mengukungnya. Maka saya (sebagai Ka. BKA) menghendaki alumni berbuat dengan motto: dari, oleh, dan untuk alumni. Semuanya demi kebaikan alumni sendiri.

Ayo, jangan mundur lagi!! Datanglah saat konggres alumni pada tanggal 18 Nopember 2006.

13 November 2006

The Real Terorism

Atas nama PBB, walaupun tidak ada suara bulat untuk mendukung tindakannya, Amerika tetap saja menyerang Irak dengan tuduhan menyimpan senjata pemusnah massal, dan hingga saat ini tidak terbukti tuduhan tersebut.

Anehnya PBB tidak berani memberikan sanksi kepada Amerika atas tindakan gegabah tersebut. Sanksi dapat diberikan kepada Amerika sebuah negara atau diberikan kepada pribadi George W Bush, sebagai penjahat perang, karena begitu banyak manusia yang mati akibat kekejamannya.

Bagaimanapun perlu pula dilakukan pengadilan atas apa yang disebut sebagai tahanan Amerika yang salah satunya dilakukan Guantanamo, tetapi hingga saat inipun tidak ada upaya pengadilan yang adil atas mereka. Mereka ditahan dengan tingkat pengamanan yang ekstra bahkan amat ketat. Ketika kemudian ada berita bahwa Umar Al-Faruq mampu melepaskan diri dari kungkungan penjara Guantanamo, banyak orang yang mencibir, tidak mungkin hal itu terjadi atau pendapat yang lain menyatakan seketat-ketatnya pengamanan yang dilakukan, ternyata masih ada juga celah untuk lolos.

Amerika sebagai negara pengadil yang dianggap paling adil, yang dianggap mampu menegakkan demokrasi dengan seimbangan antar pihak, ternyata tak terbukti. Bohong belaka. Kebebasan yang selama ini ditawarkan pun ternyata hanya kebohongan. Bohong dan bohong, itu yang selalu ditampilkan olehnya.

Kebohongan itu laksana apa yang ditunjukkan oleh film-film action Hollywood, yang berkesan hebat, yang berkesan luar biasa, namun tak terbukti bahwa hal itu menjadi kenyataan dan bisa dilakukan. Manalah mungkin hanya dengan seorang Rambo mampu mengobrak-abrik lawan-lawan di Vietnam, yang jadi kenyataan adalah lari tunggang langgangnya tentara-tentara Amerika terbirit-birit meninggalkan medan laga.

Apakah mimpi-mimpi ini yang kita ikuti? Apakah khayalan sebagai Pengadil Yang Maha Adil yang kita ta'ati? Ataukah kita sudah tersihir oleh tukang sihir? Apakah setuju kita menjadi pendukung, baik langsung maupun tak langsung 'The Real Terorism'? Ataukah kita hanya ketakutan terhadap bayang-bayang Raksasa yang seolah-olah Menjamin Keamanan Dunia?

Tentunya tak boleh kita balas dendam, karena Islam mengharamkan balas dendam, ayo mari kita bangun dunia ini berdasarkan kenyataan yang adil dan menentramkan. Ayolah kita bersama membawa kehidupan di dunia ke dalam kehidupan Yang Adil dengan Senyata-nyata, sesuai Keadilan yang Haq, yang memang harus diwujudkan, Keadilan yang akan membawa setiap manusia sesuai denga Fungsi dan Perannya, keadilan seperti yang digambarkan oleh Rasul-NYA, jikalau anakku Fatimah berbuat kesalahan dan sesuai aturan Ilahi Rabbi, harus dipotong tangannya, maka akan aku potong tangannya. Samanya kedudukan di depan Maha Pengadilan, dan sederajatnya manusia di hadapan Pengadilan yang memang adil. Keadilan yang tidak lagi diukur oleh kepentingan, hasrat dan nafsu hewani, tetapi keadilan yang jelas dan sah tolak ukurnya. Keadilan yang pemimpinnya sendiri siap diambil nyawanya jika melakukan kesalahan! Keadilan yang bukan ditentukan oleh bukti fisik semata, namun niat dan hal-hal yang ada di balik itu harus terungkap pula, tidak cukup dengan bukti bahwa seseorang telah mencuri, namun mengungkap pula, mengapa dia mencuri, maka yang menyebabkan dia mencuri itulah yang terkena hukuman.

Ketika kemudian tuduhan tidak terbukti, mengapa kita mesti takut, ta'at kepadanya? Bukankah kekuatannya pun hanya sebuah fatamorgana, hanya tampaknya saja besar dan kuat, bukankah kenyataannya tidak begitu? Kenapa mesti takut dengan kekuatan yang bersifat khayalan saja? Ketidaktakutan itu bukan dinyatakan dalam bentuk balas dendam, namun dengan menggiring diri menuju keadilan yang sejati.

10 November 2006

Presdir TRANS TV ke STT Telkom

Sebuah kehormatan bagi saya dan juga para civitas academica STT Telkom, ketika San Zendith, mantan mahasiswaku yang pernah menjadi finalis Srikandi pajak, menghubungi via telepon.

Dia minta waktu agar direksi stasiun TV tempat dia bekerja, yaitu: TRANS TV, dapat menyampaikan wawasan tentang Broadcasting kepada mahasiswa dan komponen yang lain di STT Telkom. Ya... saya setuju banget...

Akhirnya setelah kontak dengan Puket 3 dan Ketua Temu Alumni, ditetapkan tanggalnya 18 Nopember 2006 09.00 sampai dengan 12.00.

Harapan saya dengan turun langsungnya Direksi TRANS TV civitas academica STT Telkom memperoleh wawasan yang mencukupi tentang Dunia BroadCasting, yang saat ini pun cukup mendominasi kehidupan keseharian kita.

Jadi? Siapa saja yang mau hadir? Silakan, mumpung gratis.

O, ya, direksi TV 7 pun akan hadir pula pada acara ini.

Pahlawan

Hari ini 10 Nopember 2006, hari peringatan para pahlawan. Sesuatu yang terasa lebih berbeda dibanding biasanya. Sejak kemarin malam telah aku dengar di radio Elshinta 89,3 untuk Bandung, tentang himbauan dari pihak yang berkompeten, yaitu dalam rangka memperingati hari Pahlawan. Caranya sangat mudah: bagi para pengendara dihimbau untuk menghentikan kendaraannya pada pukul 08.15 selama 60 detik.

Saya harus mengantar keponakan balik dari Bandung menuju Serang Banten hari ini. Kalau berangkat terlalu pagi saya pikir, kasihan pada keponakan, hingga diambil keputusan berangkat jam 07. Dan alhamdulillah, perjalanan ke Terminal Leuwi Panjang cukup lancar. Beberapa kemacetan terjadi di sekitar MTC, karena sebuah partai berkostum merah mengadakan acara di sana, mungkin acaranya pengobatan gratis.

Berikutnya kemacetan terjadi di lampu merah Samsat, kalau di sini sih sudah biasa, setiap pagi selalu macet. Karena jalan tak mampu menampung jumlah kendaraan.

Ketika balik dari terminal Leuwi Panjang, sekitar jam 08.14 sampai di perempatan Buah Batu-Soekarno Hatta. Ternyata polisi yang bertugas di tempat tersebut cukup melaksanakan tugas dengan baik. Semua arah dihentikan. Maka beberapa bel pun berbunyi, ah, untuk menambah suasana peringatan ini, aku pencet bel juga bersamaan dengan lampu Hazard. Ramai ....

Inilah hari pahlawan, mengenang kejadian 10 Nopember 1945, yang dipicu oleh matinya Brigjen Mallaby, entah oleh peluru atau oleh bambu runcing. Anekdot pernah diungkapkan berkaitan dengan kejadian tersebut. Mallaby merasa dielu-elukan oleh masyarakat Surabaya. Mereka membawa tongkat-tongkat yang digerak-gerakkan ke atas. Dengan penuh suka cita Mallaby merasa disanjung. Namun apa yang terjadi ternyata tongkat bambu itu ternyata ditusukkan ke badannya. Karenanya matilah dia...

Sesudah kejadian 10 Nopember 1945 itu yang menelan korban yang tidak sedikit, beberapa orang sempat ragu: apakah jika mati karea perjuangan yang demikian ini dapat diterima oleh Yang Maha Kuasa?

09 November 2006

Pembangunan SME (UKM)

Kebutuhan UKM (SME):
1. Ilmu ttg pembuatan produk
2. Ilmu ttg bagaimana produk tersebut dibuat secara ekonomis sehingga layak jual (ilmu kewirausahaan)
3. Modal (dana) awal
4. Modal (dana) operasional
5. Tempat/ Ruangan/ Gedung

Untuk nomor 1 didapat dibangku kuliah dengan menggabungkan beberapa mata kuliah. Dan mestinya para mahasiswa atau alumni sudah memiliki. Tinggal masalah bakat yang memang mampu mendorong muncul inovasi baru.

Untuk no 2 bisa didapat di matakuliah kewirausahaan dan belajar dari pengetahuan yang bisa diperoleh secara umum.

Untuk no 3 dan 4 STT Telkom dapat berperan sebagai perantara atau malah menanamkan sebagian dana yang ada. Jika menjadi perantara, maka pihak pemilik modal adalah bank (STT Telkom berperan sebagai penjamin), CSR industri IT (STT Telkom sebagai perantara atau semacam holding company dari beberapa SME), dan BTC, Departemen Koperasi atau pihak lain (STT Telkom hanya sebagai pembuka wawasan kepada Mahasiswa atau alumni tentang tata cara pendanaan).

Pendanaan yang sudah pasti adanya, yaitu dari PKMK (Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan). Dengan PKM ini mahasiswa mulai belajar untuk membentuk usaha. Besaran dananya tidak begitu besar, namun cukup untuk membentuk usaha kecil, yaitu sebesar 6juta Rupiah.

Untuk no 5, berarti STT Telkom menyediakan lahan dan bangunan yang representatif untuk digunakan sebagai kantor, tempat memproduksi/ pabrik, toko, dll. Dan ini yang sebenarnya mudah dilakukan STT Telkom, karena lahannya masih luas dan juga akan mendekatkan STT Telkom dengan industri. Dari sisi lokasi STT Telkom sangat dekat pusat uang (sekitar 80% uang beredar di sini) dan aktifitas di Indonesia, yaitu: Jakarta, perjalanan ke pusat kota tersebut hanya butuh waktu 2 jam, sehingga terhitung sangat dekat. Apalagi dengan diperbaikinya fasilitas akses jalan di gerbang tol Buah Batu. Yang agak mendesak untuk dilakukan tentang akses jalan ini adalah memperlebar ruas jalan dari pertigaan Bojong Soang ke gerbang tol Buah Batu, sehingga mengurangi kemacetan, setelah ruas tol.

Keuntungan dengan adanya SME di sekitar lahan STT Telkom:
1. Lebih memudahkan untuk mewujudkan link and match antara industri dan dunia pendidikan tinggi. Kalau awal berdirinya STT Telkom hanya sekedar di-sounding-kan saja istilah link and match, saatnya mewujudkannya. Tentunya dengan perwujudan link and match ini akan banyak keuntungan lain yang bisa didapat oleh STT Telkom.
2. Mempercepat waktu tunggu lulusan.
3. Pengajaran lebih membumi, tidak hanya sekedar teoritis
4. Menumbuhkan ekonomi Indonesia dengan industri kecil dan menengah yang tangguh
5. Mendorong mempercepat pergerakan ilmu-ilmu baru di bidang rekayasa
6. Menambah pendapatan STT Telkom selain tuition fee

Kunjungan Bush

Rencana kunjungan dedengkot teroris dunia (berdasarkan buku Choam Nomsky) saat ini begitu marak diperbincangkan di tanah air. Tak sedikit elemen masyarakat yang menolak rencana kunjungan ini. Namun pemerintah masih dengan tegas dan kuat menyatakan untuk tetap menghadirkan Bush di Istana Bogor.

Presiden dari negara adidaya ini memang luar biasa banyak musuhnya, baik di dalam negerinya sendiri maupun di luar negerinya. Bagaimana tidak sedikit wong negara Irak dijajah dengan alasan menyimpan senjata pemusnah masal, walaupun sampai saat ini tidak terbukti senjata tersebut ditemukan.

Begitupun Afghanistan dengan alasan menyembunyikan tokoh Al-Qaeda. Padahal banyak orang yang tahu pula, bahwa Al-Qaeda awalnya adalah dibangun oleh Amerika juga, yang kemudian membelot, ganti melawan Amerika, senjata makan tuan. Yang katanya di Afghanistan saat itu, banyak menghasilkan heroin, dkk, ternyata malah sebaliknya badan bentukan PBB yang mengurusi heroin di Afghanistan merasa terancam kehilangan pekerjaan, karena heroin menurun drastis.

Belum lagi negara lain yang banyak juga didzalimi oleh Amerika, sehingga sewajarnya oleh Ayatullah Imam Khomeini negara ini disebut sebagai Setan Besar.

Untuk berkunjung selama sekitar 6 sampai 10 jam itu pemerintah mengeluarkan dana tak kecil jumlahnya sekitar 8Milyar Rupiah (sumber Liputan 6 pagi SCTV tanggal 9 November 2006). Belum lagi dana yang harus ditanggung oleh masyarakat kecil yang terkena dampak dari kunjungan tersebut, lapak yang tergusur, HP yang akan nge-jam, arus lalu lintas yang harus diubah, jalur angkot yang akan menerima akibatnya.

Padahal saat ini telah diketahui Bush kalah dalam Pemilu yang sedang berlangsung di sana.

Yah, bingung juga aku dengan negara ini.

Kekecewaanku

Nggak tahu apa yang harus aku ucapkan atau apa yang harus aku perlu dilakukan. yang jelas aku marah, kesal, campur aduk jadi satu. Namun utk apa marah dan kepada siapa?

Mobilku di parkir yang memang tempat parkir mobil antara gedung K dan A-B, tetapi dicoret-coret dengan benda tajam atau tumpul tetapi keras, shg catnya terkelupas.

Padahal di tempat parkir tsb ada yang jaga ataukah ada penjaga yang tidak menjaga? Hanya diam terbisu di tempat duduknya? Ya, Allah, tak ingin aku ber-su'udzon.

Lingkungan STT Telkom memang berat dari sisi keamanan, terlalu terbuka dan bahkan mahasiswa beserta para karyawan dan dosen memang mengharapkan terbukanya STT Telkom.

Keinginan mahasiswa untuk dengan rela hati menginginkan orang sekitar masuk ke dalam STT Telkom dengan alasan kemanusiaan, lantaran kemiskinan, kebodohan, dsb, karenanya perlu dikasihani. Tentunya keinginan bergaul para mahasiswa dengan penduduk itu baik, namun jelas harus pula ada batasnya. Karena rasa kasihan mestinya ada tempat,
ada batasannya.

Kemelaratan, kemiskinan, kebodohan itu mestinya ada yang sudah pasti mengurusnya, karena di Undang-Undang Dasar '45 maupun amandemennya hal itu pun sudah diatur, sehingga mahasiswa harusnya tidak menunjukkan peri kasihanan dengan tanpa batas. Harus ada pengaturan yang lebih baik lagi.

08 November 2006

Kompilasi Pulang Kampung

Wah, mahasiswa STT Telkom memang luaaaar biasa, terutama mahasiswa yang berasal dari Pati, mereka menyatakan namanya: Kompilasi (KOmunitas Mahasiswa PILihan ASal patI). Bayangkan ada 26 orang mahasiswa yang berasal dari Pati.


Bis Pahala Kencana yang membawa ke Pati





Rombongan Kompilasi, Kumpul di Bawah Bendera










Dan ketika ada di Pati pun mereka sempat berkumpul. Dan salah satu acaranya sungguh di luar dugaan, yaitu selama seminggu mereka akan keliling Pati untuk mempromosikan STT Telkom pada saat liburan pergantian Semester.


Kumpul di rumah Etty, nasi Gandulnya enak

Sajian TV

Sakit itu memberikan diriku manfaat yang lain, berjam-jam selama 2 hari aku membuka semua saluran TV, pagi, siang dan malam aku tonton semua saluran TV. Secara acak ataupun sistematis aku buka semua saluran TV.

Maka aku dapatkan sesuatu yang mengejutkan diriku. Stasiun TV yang fokus pada hiburan akan menyajikan siaran-siaran tentang: humor, gosip selebritis, hantu-hantuan, action, dan kuis. Sedangkan untuk sajian informasi beberapa stasiun T menyajikannya dengan gaya cerdas.

Tayangan yang berbau pendidikan masih amat dan sangat sedikit.

Dari tayangan yang bersifat hiburan amat banyak yang menampilkan bagaimana caranya berantem, baik berantem secara fisik, perang yang disajikan secara jelas dan nyata, pesawat mengebom, orang membunuh lawan dengan keji, tidak cukup hanya sekedar mati yang disajikan dalam sinetron maupun movie, tetapi disajikan pula dalam bentuk news (berita). Bahkan ada pula berantem dalam bentuk adu suara dan argumentasi, yang disajikan secara blak-blakan menggunakan tayangan infotaintment. Gosip, gosip dan gosip...

Rasanya seperti tidak ada kedamaian di bumi ini. Semua orang berantem, baik melalui sinetron (yang sudah pasti bohongnya, namun ditampilkan seperti benar adanya), maupun dalam bentuk news (berita, yang mestinya benar adanya).
Balas dendam itu intinya!

Oh, tidakkah ada tujuan yang lebih mulia?

Saat ini semua produk yang ada memang hanya sekedar mengejar duit dan duit, maka masyarakat yang sakit, tidaklah mungkin mendapatkan obat. Yang didapat adalah bagaimana sakit itu menjadi-jadi. Jika anda sakit jiwa dalam makna kehilangan atau tidak mendapatkan tujuan hidup yang benar, maka jangan menonton TV, karena pasti malah salah orientasi hidup.

07 November 2006

Geliat Raksasa China

Saat masih ada Uni Soviet, negara ini terkesan terseok di bidang ekonomi, apalagi di bidang teknologi luar angkasa. Amerika telah mengirimkan pesawat luar angkasa, bahkan sebelumnya sudah pernah mengirim manusia untuk menginjakkan kaki di bulan, begitupun Uni Soviet mengirimkan Yuri Gagarin ke bulan, sekalipun misinya gagal. Namun tonggak teknologi telah pula mencapai kondisi khusus dengan adanya kegiatan tersebut.

Di sisi ekonomi pun saat itu Amerika telah mampu menjadi salah satu barometer ekonomi dunia, negara-negara di dunia cenderung lebih suka menjalin kerjasama dengannya di bidang ekonomi. Begitupun Uni Soviet. Dua kutub yang menyatakan dua kubu yang saling berhadapan, sehingga dikenal dengan istilah perang dingin.

Kemudian Jepang menunjukkan kedigdayaannya di bidang ekonomi, dengan mengekspor barang elektronik dan otomotif tak sedikit jumlahnya. Disusul kebangkitan Korea dengan mengusung produk-produk kendaraan roda empat, dan kendaraan berat untuk peralatan ke-PU-an.

Saat ini China begitu melejit dengan membanjiri Asia dan Eropa dengan barang-barang elektronik, dan tekstil. Harga yang ditawarkannya pun amat dan sangat murah. Sehingga para pesaing bisa-bisa gigit jari jika berkompetisi dengan produk China dengan kriteria harga.

Kondisi yang demikian itu membuat didekati oleh ASEAN dengan membuat Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-China di negara China, bahkan Indonesia pun membuat semacam pameran di negara tirai bambu tersebut. Ternyata tak juga ASEAN, Afrika pun turut mendekati pula, bahkan China menawarkan pinjaman lunak ke negara-negara di benua Afrika. Sebuah upaya China (Timur) untuk membuat bayangan Amerika (Barat).

Amerika Serikat dgn sekutunya yg sedang senang menunjukkan kebolehan militer dan peralatan militernya. Menembus batas negara. Negara yg dianggap menentang dirinya ataupun organisasi yang dianggap akan menjatuhkan dan menghancurkannya segera dibumihanguskan dan diduduki, lantas membuat pemerintahan boneka yang harus mengikuti kehendaknya, baik dengan cara menggerakkan mayoritas penduduk negeri tersebut, sehingga berkesan demokratis, jika mayoritas belum siap memilih pemerintahan boneka, maka pemilu sebagai bentuk perwujudan demokrasi akan diundur pelaksanaannya.

Maka Amerika dan sekutunya akan menghadapi tantangan China dengan gerak ekonomi dan perdagangannya. Teknologi tinggi yang telah mampu diubah oleh China menjadi teknologi rumahan, membuat terbelalak mata para ekonom di seluruh dunia, karena mampu menawarkan harga yang jauh lebih murah, nyaris 10% dari harga yang ditawarkan oleh para pemain lama.

PT Telekomunikasi Indonesia tbk, sebuah perusahaan yang menjadi barometer pergerakan saham, baik di BEJ maupun di Surabaya, dan tercantum sebagai perusahaan penjual jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia, pun akhirnya takluk juga untuk menggaet kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi dari China, Huwa wae. Indonesia memang sudah mulai akrab dengannya.

Amerika yang sudah terkenal boros produk-produknya, begitupun Jepang yang sudah senang bermain dengan harga-harga yang lebih mahal, akan mudah terseok-seok dalam perjalanan beberapa tahun mendatang, ketika produk-produk China diterima oleh pasar dunia, walaupun mereka ditahan dengan proteksi yang ketat dari negara yang bersangkutan.

China akan segera menjadi kiblat teknologi dan ekonomi masal.

Apakah karena hal ini Bush menyempatkan diri selama 6 jam ke Istana Bogor?

03 November 2006

Menjual Potensi SDA Daerah

Bertempat di tempat yang nyaman para calon investor yang diharapkan dari luar negeri, dapat beraudensi dengan pemerintah daerah. Otonomi yang digembar-gemborkan saat masa reformasi sedang hangat-hangatnya untuk melawan sentralisasi yang diterapkan rejim Soeharto, saat ini mulai dijual. Maka daerah-daerah pun dengan bebas dapat mempromosikan potensi Sumber Daya Alam yang ada didaerahnya untuk dieksplorasi para pemodal asing. Awal promosi ini telah dibuka oleh Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Presiden Republik Indonesia, di hotel Sangrila.

Potensi Sumber Daya Alam memang sungguh luar biasa, apapun yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan ini amat banyak tersedia, dari bahan tambang, lahan perkebunan, pertanian, pariwisata, perikanan, lautan/ pantai, begitupun dari sumber daya manusia juga tak sedikit tersedia. Amat dan amat banyak tersedia.

Memang yang kurang dari negara ini adalah kurangnya dana cash. Dana cash dimiliki oleh orang per orang, bukan oleh negara. Negara masih merasa kekurangan keberanian untuk menanamkan modalnya (dana cash yang tersedia), karena untuk menjalankan negara ini sudah amat banyak membutuhkan dana cash.

Memang ada pertanyaan yang menggelayut dalam diriku, mengapa pihak swasta mampu? Padahal yang disebut pihak swasta tersebut bukan menggunakan uang pribadinya, tetap saja mereka menggunakan uang yang berasal dari pinjaman, baik bank dalam negeri maupun bank luar negeri.

Kalau demikian, mengapa bukan pemerintah saja yang melakukan upaya peminjaman? Toh, akhirnya sama saja. Karena ketika ada masalah dengan hutang-hutang swasta akhirnya pemerintah pula yang menanggungnya, kita bisa melihat kasus BLBI, bukankah pemerintah yang akhirnya menalangi hutang-hutang swasta?

Disinilah, ketakutan hal-hal yang demikian ini akan terjadi ketika potensi daerah dijual ke asing. Permasalahan yang muncul pada kasus Freeport yang tak mampu diambil dengan lebih baik untuk kebaikan negara, akan menjalar pula ke daerah-daerah, apa sih kekuatan daerah jika kasus permasalahan ketidakseimbangan pendapatan antara 'pemilik modal' dengan pemilik potensi terjadi? Jangankan daerah, lha negara saja tak mampu berbuat apa-apa terhadap Freeport (90:5:5=pemilik modal asing:pemilik modal dalam negeri:pemerintah, sangat njomplang kan?)?

Melihat begitu amat sedikitnya tenaga ahli yang berada di daerah, ketakutan tersebut adalah sangat beralasan. Kecenderungan pengumpulan dana di kota-kota besar menyebabkan para tenaga ahli, lebih memilih berkiprah di kota-kota dibanding di desa-desa, selain itu ilmu tenaga ahli tersebut juga dicipta untuk mendukung kehidupan di kota, bukan di pedesaan. Inilah penjelasan lebih realitis mengapa tenaga ahli di daerah-daerah amat sedikit.

Dengan kondisi yang demikian ini, adalah amat besar kemungkinan potensi daerah akan diboyong, baik sumber dayanya maupun sumber dananya ke pihak asing.

Sebaiknya pemerintah mampu mendorong pemerataan dan penyebaran tenaga ahli yang sesuai dengan kompetensi dan lapangan kerja yang memang dipelajarinya.

Uang tunai yang saat ini 80% hanya beredar di Jakarta, harus dapat dipecah dan dibagi ke daerah-daerah.

Begitupun sarana dan prasarana yang saat ini amat banyak ada di Jakarta harus bisa dibawa ke daerah. Anda dapat membayangkan betapa murahnya biaya komunikasi di Jabodetabek, sebuah luasan yang jauh amat luas dibanding dengan Kota Bandung, biaya komunikasi di sana dihitung lokal.

Hal ini pula yang cenderung para ahli hanya berkumpul di kota-kota besar saja. Dan promosi penjualan potensi daerah, amat memungkinkan membuat blunder, pengerukan segala sumber daya daerah dibawa ke negara lain.

Bawang Merah

Akhir-akhir ini Brebes sedang panen bawang merah. Sebuah kebiasaan rutin, karena musim kemarau nyaris berakhir. Dan seperti biasa pula harga bawang merah pun segera anjlok di tingkat petani hanya sebesar Rp 2.000,- per kilogram sebuah harga yang lebih dibanding biaya untuk menghasilkan bawang merah yang mencapai Rp 3.000,- per kilogram.

Harga jual yang demikian rendah tentunya mampu membuat para petani hanya sekedar menumpuk hutang saja. Karena biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi bawang merah didapat dari pinjaman. Dan pinjaman ini tak akan mampu dibayar lantaran harga jual lebih rendah dari biaya produksi.

Biaya yang dibutuhkan meliputi: pengolahan tanah, biaya mendatangkan air karena saluran irigasi yang ada sudah tak sanggup mengatur air dengan baik, pemupukan, penyiangan untuk menghilangkan tanaman lain yang menjadi parasit maupun tanaman yang dapat mengurangi jatah makanan dari bawang merah, di lain pihak diperlukan pula obat-obat untuk menghilangkan hama tanaman, mulai ulat, tikus, dan lain-lain.

Dahulu pemerintah sangat tergerak untuk membangun dan memelihara saluran-saluran pengairan: waduk-waduk dibangun dengan tujuan menampung air sehingga air hujan tidak bersegera amblas ke laut, sehingga mampu lebih dimanfaatkan bagi kebaikan petani dan yang lainnya. Dibuat saluran primer sebagai backbone yang mengantar air menuju saluran sekunder maupun tersier. Semenjak negara ini mengubah kecenderungan perilakunya dari negara agraris menjadi negara industri, pengelolaan pengairan ini menjadi kurang diperhatikan lagi.

Padahal di daerah Tasikmalaya petani masih mempunyai kretifittas untuk membangun kincir air sendiri yang mampu menaikkan air sungai mencapai saluran sekunder maupun tersier. Namun pemerintah yang sudah cenderung meninggalkan produksi pertanian menjadikan ide-ide kreatif yang demikian ini tidak lagi didukung, para petani berkreatifitas sendiri.

Di lain pihak, dengan ide yang ketika jamannya rezim Soeharto sangat kencang didengungkan tentang Free Trade Area, baik ASEAN maupun Asia Pasifik, entah masih ada kaitan maupun tidak, begitu mudahnya barang-barang impor membanjiri Indonesia. Barang-barang produk luar tersebut dalam bentuk produk perkebunan, pertanian, teknologi maupun elektronik. Yang menakutkan harga-harga produk impor itu jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. Hal ini turut berperan pula dalam menganjlokkan harga jual bawang merah.

Jika pemerintah tak mampu membantu warga negaranya sendiri, tentunya usaha-usaha produksi tak akan mampu hidup dengan nyaman di negara ini. Akibatnya negara ini hanya akan mampu menjadi pemakai saja, sebagai akibat usaha-usaha hulu akan mati dengan segera, akibat selanjutnya negara ini akan sangat bergantung pada negara-negara produsen, sehingga dapat dipermainkan oleh orang lain.

Cita-cita menjadikan negeri yang mandiri yang mampu mengatur hidup dan kehidupan tanpa campur tangan dari negara lain akan sulit dilakukan. Bukankah yang demikian ini, cita-cita negara merdeka itu? Hidup tak bergantung pada negara lain, tetapi menjadi panutan oleh negara-negara lain. Merdeka!

16 October 2006

Tulisan TW tentang Pendidikan

From: tw yunianto
Date: 14/10/2006 21:25:08
To: bem 03-04; bem 05-06; bem 05-06; kharisma; SMU Kartasura; dosen; karyawan; Mahmud; budi pras; pak hery; pak gharis; tegangan_tinggi@yahoogroups.com
Subject: Kebingungan Seorang Mahasiswa

Kebingungan Seorang Mahasiswa
TW Yunianto**

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah tulisan karya Pak Budi Rahardjo (dosen ITB). Isinya sangat menarik, yaitu tentang kegundahan beliau sebagai seorang dosen. Judulnya pun bagi saya sangat provokatif, sehingga saya terinspirasi untuk membuat judul yang hampir mirip dengan judul yang beliau buat.

Dalam tulisan itu, Pak Budi menyatakan kebingungannya sebagai seorang dosen. Ya.. kebingungan beliau akan apa yang harus diberikannya kepada mahasiswa. llmu apa yang harus diberikan kepada mahasiswanya sehingga para mahasiswanya memang layak disebut sebagai seorang 'mahasiswa'.

Menjadi pertanyaan besar yang ada di benak saya, sebenarnya apa sih mahasiswa, siapa mahasiswa, dan kenapa mau jadi mahasiswa ? Terus terang, saya termasuk orang yang bingung terkait dengan pertanyaan retorik tersebut. Saya bingung terhadap keterkaitan antara orientasi pendidikan dengan eksistensi mahasiswa. Apa yang sebenarnya diinginkan dari dunia pendidikan, dan apa yang sebenarnya diinginkan oleh para pengelola pendidikan di negeri ini sehingga kita (mahasiswa) harus ada ?

Dalam diskusi ringan dengan beberapa rekan, saya mencoba mengorek orientasi-orientasi mereka terkait dengan keinginan mereka menjadi mahasiswa. Ada yang mengatakan untuk mencari kerja (bahkan lebih ekstrim lagi mencari uang dan kedudukan), ada yang mengatakan karena dipaksa oleh orang tua, ada yang mengatakan pingin mencari ilmu (ilmu yang bagaimana maksudnya?), dan ada pula yang sekedar mengikuti formalitas alur ‘kehidupan belajar’ (TK, SD, SMP, SMA, kuliah). Beragam pendapat yang saya dapatkan ternyata membawa saya kepada satu kesimpulan, yaitu tidak adanya orientasi yang tegas terhadap dunia pendidikan, khususnya di negeri kita. Kenapa hal ini bisa terjadi demikian? Ada satu tesis yang menarik yang saya tangkap dari pemikiran Pak Budi, polarisasi orientasi pendidikan di Indonesia lebih disebabkan karena adanya kesemrawutan pola pikir dan orientasi pendidik.
Ketika hal itu saya rasakan, ternyata cukup realistis juga apa yang beliau sampaikan, bahwa pelaku pendidikan di negeri ini, khususnya setelah momentum kemerdekaan, terjadi sebuah tragedi yang dinamakan (menurut saya) instanisasi paradigma pendidikan. Kenapa hal ini terjadi ? Saya merasakan setelah masa kemerdekaan, sepertinya tidak ada lagi sesuatu yang strategis sebagai common vision yang mampu menggerakkan seluruh komponen pendidikan ke arah yang sama. Masing-masing merasa diberikan kebebasan untuk menerjemahkan visi-visinya, sehingga antara visi satu dengan visi yang lain belum tentu searus-sejalan.

Saya masih ingat ketika orde Baru meneguhkan orientasi pendidikan melalui pembangunan sektor teknologi dan industri. Analisa saya, dari adanya sentralisasi isu tersebut, maka paling tidak timbul sebuah pemahaman akan pembangunan dunia pendidikan beserta manusia didiknya untuk mengabdi kepada industrialisasi dan teknologisasi, sehingga ketika orang-orang pendidikan 'pembangkang' (baca: orang yang tidak menganut madzhab industri dan teknologi) dianggap sebagai orang-orang kolot dan ketinggalan zaman. Hasilnya adalah, insinyur menjadi impian setiap orang, bekerja di perusahaan bonafit papan atas menjadi impian setiap orang, posisi direktur menjadi impian setiap orang. Dunia pendidikan seolah hanya ditujukan untuk mencetak ’buruh-buruh teknokrat’. Bahkan yang terjadi juga, menurut saya ini adalah hal yang sangat lucu, ketika tidak menjadi bagian dari masyarakat industri dianggap sebagai masyarakat yang tidak sukses. Ekses yang lain juga terjadi dalam dunia pendidikan itu sendiri, yaitu kecenderungan peserta didik untuk menjadi karyawan perusahaan dari pada menjadi guru/dosen/pengajar. Sepertinya ironis juga dunia pendidikan kita yang mulai sepi peminat.

Kebingungan seorang mahasiswa, dimana letaknya ?
Sampai saat ini, saya masih suka bertanya kepada diri saya, sebenarnya orientasi dari perguruan tinggi itu apa? Apakah mencetak para buruh intelektual (karyawan industri) seperti di atas? Mencetak para pemimpin bangsa yang sekarang sedang mabuk kepayang dengan korupsi? Mencetak para budayawan yang sekarang ini semakin aneh dengan pemikiran-pemikirannya tentang nilai dan norma? Mencetak para ustadz dan kiai yang sekarang kadang membuat bingung jama'ah dengan ideologi-idoelogi liberal mereka? Atau mencetak para tentara yang dari dulu sampai sekarang terkesan angker dan memposisikan dirinya sebagai body guard penguasa?

Mahasiswa, saya kira ada satu hal yang harus menjadi bahan pemikiran bersama. Adakah value added seorang mahasiswa ketika dibanding dengan masyarakat lainnya? Katakanlah para politikus, pedagang, petani, buruh, dan sebagainya. Saya mendapatkan sebuah kosakata yang terkait dengan mahasiswa. Dunia mahasiswa seharusnya identik dengan intellectual power. Ketika militer identik dengan battle power, atau politikus identik dengan political power, maka disinilah kita juga mendapatkan peran yang sepadan dalam diri mahasiswa dengan dunia yang lain. Mahasiswa adalah kekuatan intelektual. Kampus adalah rumah intelektual, atau boleh juga kalau kita mengatakan istana intelektual.

Ketika kita menyadari bahwa mahasiswa memiliki sebuah nilai kekuatan intelektual, maka setidaknya ada sebuah kaidah yang mampu memupuk kekuatan tadi menjadi kekuatan yang sempurna-paripurna. Ilmu yang benar, kalau diaplikasikan secara salah malah dapat lebih berbahaya. Bagaimana kekuatan intelektual tadi mampu menjadi lentera yang mampu menyinari kegelapan malam. Saya mencoba memberikan sebuah gambaran, ketika mahasiswa identik dengan dunia anti-kemapanan, maka sebenarnya disana terdapat banyak sekali dinamisasi atau bahkan tribulasi yang berusaha untuk mematikan lentera itu. Dalam dunia nyata, bolehlah kita mengibaratkan lentera itu sebuah lilin yang disekitarnya banyak hembusan angin yang mampu mematikan nyala apinya. Secara logika, untuk mempertahankan nyala lentera (lilin) itu dari gangguan (angin) tadi adalah dengan memberinya sebuah perisai (shield) transparan yang mampu menghalangi kencangnya tiupan angin namun juga tidak menghalangi cahaya api lilin untuk tetap menerangi sekitar. Untuk itulah (dalam bahasa Jawa) teplok lebih terjamin nyala apinya dari pada lilin, karena teplok memiliki shield dari kaca transparan yang tipis yang mampu menahan gangguan angin terhadap nyala api.

Silogisme shield kaca kalau dalam dunia pendidikan, menurut saya adalah kekuatan moral. Kalau ingin kekuatan intelektual tadi ingin tetap menyala dan mampu menerangi kehidupan kita dan bangsa kita ke depan, maka menurut saya ada satu kekuatan lagi yang kita perlukan, yakni kekuatan moral.
Namun sebelumnya harus dipahami bahwa kekuatan intelektual adalah sesuatu yang bernilai kausalitas, artinya sesuatu yang terjadi karena sebab akibat, yakni adanya sang Pencipta, Allah Rabbul 'Alamin, sehingga mau tidak mau kekuatan 'api' intelektual tadi harus berbahan bakar dari kekuatan spiritual yang identik dengan keimanan.

Sekarang kita memahami ada tiga kekuatan yang seharusnya ada dalam dunia pendidikan, termasuk dunia mahasiswa, yakni kekuatan spiritual, kekuatan intelektual, dan kekuatan moral. Sepertinya inilah yang menurut saya menjadi sebuah komponen penyusuun yang ideal dalam dunia pendidikan. Kekuatan spiritual lebih difokuskan pada pemahaman akan eksistensi manusia terkait dengan tugas dan fungsinya (hakikat penciptaan), dalam hal ini kalau dalam dunia pendidikan maka eksistensi pelaku pendidikan (guru dan peserta didik). Saya kira akan menjadi sesuatu yang harmonis apabila setiap pelaku pendidikan 'menyadari' akan peran dan fungsi mereka. Realita sekarang, memang banyak pelaku pendidikan yang pintar (di Indonesia sudah banyak profesor, doktor), namun masih sedikit dari orang-orang pintar itu 'mengerti'. Mereka sepertinya (maaf) meng-aristokrat-kan diri mereka untuk interest-interest mereka masing-masing. Mereka terlalu asyik dengan teori, sehingga saya khawatir kalau nanti yang terjadi adalah kemunculan para mahasiswa (calon pemimpin bangsa) yang teoretik. Hasilnya adalah orang-orang yang gagap dalam paradigma. Saya kira saya mengambil sampel dalam dunia sosial bahwa satu ditambah satu tidak selalu dua. Dan satu hal lagi terkait dengan masalah teori ilmu dan kekuatan spiritual, bahwa beberapa dari teori ilmu yang dibuat manusia seringkali membuat kondisi chaos (bingung), hal ini dapat kita lihat dari adanya ilmu-ilmu yang malah membuat manusia merasa semakin merasa digdaya sehingga melupakan nilai-nilai Illahiyyah, Godless Paradigm.

Kekuatan intelektual adalah sesuatu yang amat potensial. Dari dunia pendidikan (kampus), akan muncul para pemimpin-pemimpin generasi. Praktisnya, kita dapat mengatakan para presiden, menteri, gubernur, bupati, bahkan camat dan carik (sekretaris desa) adalah orang-orang lulusan dari candradimuka pendidikan (khususnya perguruan tinggi). Berangkat dari statement tersebut, paling tidak kita meyakini bahwa nantinya kekuatan yang akan berpengaruh dalam kebijakan-kebijakan membangun peradaban nantinya adalah kekuatan intelektual. Lantas bagaimana memanifestasikan kekuatan intelektual tersebut menjadi sesuatu yang berdaya guna? Saya kira, tidak ada gunanya kalau kekuatan intelektual digunakan sebagai senjata pemusnah peradaban, atau state realistisnya adalah kekuatan intelektual sebagai kekuatan penjajahan. Bangsa kita sekarang sedang sakit. Seharusnya, ada pemahaman bahwa kekuatan intelektual tersebut mampu menjadi obat untuk mengobati sakitnya bangsa ini. Tidak ada gunanya kalau kekuatan intelektual tadi malah menjadi virus baru yang ternyata lebih mempercepat kematian bangsa kita. Bagaimana kekuatan intelektual ini nanti menjadi obor penyemangat kebangkitan bangsa kita sebagai bangsa yang berdaulat, tidak lagi dijajah, baik secara budaya, ekonomi, bahkan pemikiran. Saya kira (dengan mengambil kasus historis bangsa Jepang), upaya ’restorasi Meiji’ gaya baru perlu digulirkan di kalangan bangsa kita untuk mengakselerasi pemahaman dan kepercayaan diri bahwa kita sebagai bangsa yang berdaulat dan memiliki kepribadian.

Kekuatan moral adalah salah satu faktor panyengkuyung (pendorong) yang mampu memberikan hakikat jiwa pendidikan itu sendiri. Masyarakat tanpa nilai sama saja hutan belantara, yaitu ada kijang dimangsa singa, ada jerapah dimangsa buaya, bahkan ada kera yang tak malu (maaf) menunjukkan coitus dengan sesamanya. Berarti, apabila manusia tidak memiliki kekuatan moral, hal itu sama saja dengan para binatang. Bahkan lebih buas dan bodoh dari pada binatang (contoh : manusia berani membunuh sesama, namun jerapah tidak mau membunuh sesama. Contoh lain : saya kira di dunia ini belum pernah ditemukan kasus binatang homoseksual atau lesbian, namun ternyata manusia lebih maju dengan menjadikan homoseksual dan lesbian sebagai bagian dari gaya hidup). Kasus yang seringkali saya dapatkan di dunia mahasiswa (sebagai golongan masyarakat intelektual) yaitu adanya budaya adu fisik dalam menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya sepele. Contoh lainnya (berdasarkan info dari seorang penduduk) ditemukannya (maaf) alat kontrasepsi di beberapa tempat sampah tempat tinggal (kost) campur, apalagi di lingkungan kost yang tidak ada induk semangnya. Kalau masih menjadi mahasiswa saja sudah seperti itu, lha gimana jadinya nanti kalau sudah jadi pejabat (saya belum dapat membayangkan suatu bentuk penyimpangan moral model baru yang setingkat lebih tinggi dari budaya korupsi yang menjangkiti beberapa pejabat kita).

Kalau sampai saat ini dalam dunia pendidikan kita masih terus menghegemoni dengan kekuatan intelektual saja, maka terus terang saya masih bingung dengan teka-teki nasib bangsa ini ke depan. Dalam benak saya, mungkin tidak hanya Indosat atau Chandra Asri saja yang dijual, tapi juga rakyat atau bahkan harga diri bangsa ini yang nantinya akan dijual. Lantas apa bedanya rakyat dengan para pelacur dan pejabat dengan para germo?

Terkait dengan arah dan tujuan pendidikan, Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadistnya, ”Bersepakatlah dan janganlah berbeda sehingga pendidikan kamu berdua berbeda”. Menjadi sebuah pekerjaan rumah yang besar bagi kita yang secara langsung bersentuhan dengan dunia pendidikan, apalagi dunia pendidikan sebagai unsur sentral pembentuk peradaban.

Saya kok malah jadi bingung. Mungkin ada yang bisa memberi saya pencerahan? Nuhun...

-Bandung, waktu pagi hari dikala kebingungan mengerjakan sebuah karya, Tugas Akhir-

Salam,

twyunianto
Tanggapan atas tulisan Dr. Budi Rahardjo, Kebingungan Seorang Dosen (http://rahard.wordpress.com/2005/12/30/kebingungan-seorang-dosen/)
** Mantan Presiden Mahasiswa BEM KBM STT Telkom, member Forum Telematika Indonesia dan Everlasting Movement Forum


TW Yunianto
Mobile Comm Researcher, E Buildings Kav. 203
Telekomunikasi, Dayeuhkolot, Bandung 40257
Ph. +62-22-7564108
Mob. +62-8562231510/+62-22-91293382
www.twyunianto.co.nr

12 October 2006

Istriku Sakit

Penyakit ini memang penyakit menahun,dulunya setiap kali hendak melahirkan, bukan beberapa hari sebelum melahirkan, tetapi saat-saat menjelang melahirkan selalu terjadi.

Ketika hendak melahirkan anak yang pertama, mulai pembukaan satu, sudah ada tanda-tanda hendak naik. Sampai sesaat sebelum melahirkan, alat untuk mengukurnya sudah disingkirkan karena naiknya sudah sangat di atas wajar.

Setelah lahir anakku yang pertama, sang bidan harus jalan-jalan melepaskan diri dari ketegangan, dia telah meminta suaminya untuk mengajaknya. Melepaskan kepenatan, melepaskan ketegangan yang terjadi, melepaskan diri dari kukungan batas-batas medis. Semua harus dijalaninya, padahal jam menunjukkan waktu 24 lebih. Saya harus melepaskan stress yang menghimpit, katanya. Mau tahu saat itu berapa? 220/140! Alhamdulillah, bayiku selamat begitupun ibunya.

Para dokter spesialis menyatakan bahwa setelah tidak hamil atau hendak melahirkan maka penyakit itu akan hilang dengan sendirinya, namun kenyataan berbicara lain, tekanan darahnya tidak juga normal, kadang naik, kadang sebentar normal.

Untuk kejadian sekarang pemicunya tidaklah sesuatu yang berat hanya sekedar flu, sebenarnya. Dari dokter umum, sampai dokter spesialis Penyakit Dalam menyatakannya dari situ, flu. Namun efek terusan dari flu adalah membuat tekanan darahnya melonjak. Karena flu akan membuat batuk, membuat kurang tidur, dan pikiran kemana-kemana karena sedang kosong aktifitas.

Efek obat dari dokter yang tidak disukai adalah seperti orang bengong, tidak nyaman untuk dipakai berfikir, atau menggerakkan badan sekalipun, melayang rasanya, tidak mantap.

Bagiku sakit adalah menebus dosa-dosa kecil, sehingga kadangkala memang diperlukan sakit. Wajar pula mengharapkan sakit, dengan cara pandang yang benar, maka sakit tersebut menjadi pengurang dosa.

Allah telah berkenan menciptakan sakit, yang karenanya banyak orang yang diselamatkan di dunia maupun di akhirat. Coba jika tidak ada sakit, akan beratlah beban yang ditanggung seseorang, terus bekerja, terus bekerja, tak ada henti, badan perlu dbuat sakit, sehingga bisa istirahat dan merenungi diri: apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai untuk dapat meraih akhirat yang lebih baik.

09 October 2006

Mahasiswa STT Telkom Juara

Sore itu aku masih menunggu istriku yang sedang sakit, tekanan darahnya naik menjadi 200-an hanya gara-gara flu saja.

Seseorang yang bernama Rachmat meng-sms-ku. Ternyata dia mahasiswa STT Telkom yang beberapa hari sebelumnya bertemu denganku untuk minta restu berangkat ke Surabaya untuk bermain di IMCC yang diadakan oleh ITS.

Sms-nya sangat menggembirakan: Ada dua gelar yang disabet dalam event ini, yaitu juara 1 kategori Software mahasiswa dan juara Best Design. Alhamdulillah, inilah kehebatan mahasiswa STT Telkom. Beberapa prestasi telah diraih. Semoga menjadi obat untuk terus maju bersama.

08 October 2006

Negeri Bencana

Negeri bencana 16:112:
Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian[841] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.

[841] Maksudnya: kelaparan dan ketakutan itu meliputi mereka seperti halnya Pakaian meliputi tubuh mereka.


Gempa terus mendera, belum henti satu gempa, segera menyusul gempa yang lain, silih susul, yang berpotensi membawa kerusakan, maupun yang tak membawa kerusakan, namun ada pula yang membawa naik air bah yang menggulung apapun yang mampu digulungnya.

Asap membumbung tinggi tak juga henti, walau bom air telah dikerahkan, garam pun telah ditabur untuk turunkan air yg menguap di atas sana, namun tak juga mampu menghenti hotspot.

Ketika musim hujan pun sudah bersiap, maka berubah menjadi banjir, yang akan mengembalikan berbagai macam penyakit dan derita.

PKL dan satpol PP berdarah lantaran tak sudi lapaknya diberangus. Ketakmauan PKL menetapi aturan yang dibuat untuk pejalan kaki di trotoar, mengundang para penertib, mencoba memperindah wajah kota, wajah yang tampak kumuh, karena bedeng-bedeng tumbuh tak beraturan, plastik berbagai warna bergelanjut, dan pejalan kaki tak punya tempat yang nyaman untuk melenggang.

Mahasiswa pun tak malu bertindak seperti preman, hancurkan gedung tempat menimba ilmu, karena beda pendapat, beda keinginan. Akal budinya sudah diletakkan jauh di bawah sadarnya.

Kebakaran dimana korstleting terjadi, tak sedikit rumah yang luluh lantak, tak berbekas, bahkan beberapa jiwa menjadi korban juga.

Gambut, batubara muda, terbakar tak mampu henti, sebagaimana pohon-pohon rindang di daerah sana pun meranggas tak lagi bersisa, yang tinggal hanya asap membumbung menghalang burung besi terbang, menghalang kendaraan darat melaju dengan sepenuh hati. Terpaksa hidung dan mulut ditutup dengan filter yang membersihkan udara ke paru. Mempersulit diri, tidak mengenakkan diri, tidak menyamankan diri.

Lumpur tak henti muncrat mengotori tanah 400Ha, menenggelamkan sedikit demi sedikit pekarangan, halaman, kebun, dan rumah, meranggaskan pohon-pohon karena hangat suhunya. Dan tanah di atas pun turun 12cm per hari.

Pesawat terbang ambruk, tak mampu mendarat dgn mulus. Ataupun tak mampu lepas landas, tergolek, tergelinicir atau mbledug di langit sana.

Beras impor turut menjadi bencana... ah mengapa? Lantaran petani keteteran, harga impor lebih murah dibanding produk sendiri. Lho kok aneh, wong tak ada ongkos angkut.

Burung pun menebar flunya. Telah banyak manusia mati karenanya, panas tinggi berhari-hari, nafas tersengal, sulit menarik udara bersih. Menyebar flu ini tak tentu arah, lantaran burung terbang meninggi, lantaran burung terbang kemana angin membawa, dan kemana sarang berada.

Kereta api berkali-kali bermasalah, ambruk atap karena penumpang tak sopan duduk, mobil keseruduk, anjlok, atau paling besar tabrakan.

Oh, begitu banyak, begitu banyak bencana menimpa negeri. Sudahkah saatnya merenung diri dan mengubahnya?