17 November 2006

Butiran Putih

Di daerah kelahiranku banyak tanah yang dibuat kotak-kotak, tanah-tanah ini amat dekat dengan laut, yang biasa kita sebut pantai. Di sekeliling kotak-kotak tersebut biasanya diberi saluran air. Biasanya terdapat kincir air skala kecil atau pompa air yang akan memindahkan air dari saluran ke dalam kotak-kotak tersebut. Terdapat pula diantara pojok-pojok hamparan sawah tersebut rumah-rumah kecil yang beratap rumbia ataupun genteng, berdinding anyaman bambu, biasanya dinding dibuat amat rendah, rumah-rumah kecil ini dipakai untuk istirahat para penunggu sawah. Di lain pihak terkadang terdapat pula rumah-rumah semacam itu, tetapi dalam bentuk yang lebih besar dan berderet, biasanya dipakai untuk gudang atau lumbung.

Di daerahku sawah-sawah ini terletak sebelum masuk ke Juwana sebelum jembatan yang membagi jalan menuju dua tempat yang berbeda, satu menuju terminal Juwana dan satu lagi menuju alun-alun Juwana. Dan setelah kota Juwana menuju Rembang.

Di awal pengerjaan tanah akan diratakan menggunakan roda yang didorong, kemudian diberi alur aliran air sehingga dapat tersebar merata. Kotak-kotak yang berbentuk mirip sawah ini, akan diisi air dan didiamkan saja, sehingga air menguap dan meninggalkan butiran-butiran kecil yang berwarna putih, yaitu garam. Jika sudah menghasilkan maka terlihat hamparan putih meluas, bau asin tersebar setiap hari. Garam-garam ini akan dikeruk dikumpulkan dan dibawa ke lumbung atau langsung dibawa ke pabrik untuk dipacking/ cetak dan ditambahi Yodium. Yodium dimaksudkan untuk mengurangi penyakit gondok.

Saat ini di seluruh negeri, sedang musim kemarau yang amat panjang, sehingga para petani yang mengerjakan sawah-sawah garam ini sedang panen raya. Mereka bergembira, karena hasil yang melimpah ruah.

Pagi ini saya lihat di TV yang sedang menyiarkan berita, di daerah Indramayu, beberapa orang menuangkan karung-karung yang berisi butiran garam ke jalan raya. Hal ini membuat para pengendara kendaraan mengurangi kecepatan. Sedang apa mereka? Apakah ingin menggarami jalan raya? Apakah selama ini aspal sudah terlalu manis? Ataukah supaya warna jalan menjadi putih?

Entah mengapa negeri ini? Hidup para petani sudah terbiasa dengan kondisi miskin, tak ada petani yang hidup dengan baik di negeri ini. Mereka memang sudah biasa hidup di gang-gang sempit dan rumah berdinding anyaman bambu. Padahal kalau melihat dari hasil panen pastilah ada sedikit kemampuan untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.

Petani garam di Indramayu tersebut ternyata sedang melakukan protes yang cukup keras, mengingat harga garam jatuh, meloncat dari harga Rp300,-/ kg menjadi hanya Rp 50,-/ kg. Harga yang jauh-jauh dan amat jauh dari kondisi biasa. Tentunya akan membuat para petani amat dang sangat kecewa. Setelah petani bawang melakukan hal yang sama, membuang bawang merah ke jalanan.

Entah mengapa para pemilik modal kuat dan juga para penguasa membuat kebijakan yang amat merugikan para petani?

1 comment:

  1. Saya bingung dengan Blogger Beta ini, saya sudah nulis beberapa paragraph ternyata isinya tidak ada.

    Saya tulis lagi dengan menggunakan notepad, kemudian saya copy paste, ternyata begitu lagi. Sampai tiga kali, tetap saja belum bisa.

    Apakah ada yang bisa memberi penjelasan?

    ReplyDelete