28 December 2007

Hari Jum'at yang Melegakan

Hari ini, khutbah Jum'at yang disampaikan sang ustadz begitu menarik hatiku. Rasanya begitu lama aku tak pernah mendengar khutbah yang senada seperti hari ini.
Beliau berucap bahwa seluruh hidup sudah ada tuntunannya di Al Kitab. Bisa dilihat pada surat 2 ayat 2.
Menyoroti fenomena yang ada tentang aliran sesat, sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh sang ustadz sungguh membuat aku terhenyak, karena pernyataan yang beliau sampaikan: jangan sampai kita menuduh orang lain sesat, tetapi jangan-jangan kita malah yang sesat. Na'udzubillahi min dzalik.
Padahal penggolongan sesat dan tidak sesat sudah nyata ada dan diatur di dalam Al Kitab. Al Kitab artinya adalah aturan, protokol, tata cara, dan undang-undang. Dalam hal ini Al Kitab adalah Al Qur'an. Dengan demikian siapa yang sesat, siapa yang selamat juga sudah jelas pula.
Maka khutbah hari ini ditutup dengan do'a semoga kita diberikan kekuatan dan keteguhan untuk terus berupaya memperbaiki diri, sehingga yang kita kira amal sholeh yang mampu menyelamatkan, kuatir ternyata tidak ada nilainya, karena adanya bersitan ketidakyakinan akan aqidah yang mesti diikuti dan ditaati.

26 December 2007

Peran Manusia

Rabu ini, 26 Desember 2007, aku sengaja berangkat pagi, sekalian mengantar anakku ke sekolah. Istriku sempat bertanya: “Mau olah raga, Pak?” melihat aku yang hanya memakai kaos dan membawa seperangkat pakaian ngantor. “Iya” aku jawab. Yakin aku, rekan-rekan STT Telkom akan melakukan olah raga badminton yang rutin terjadwal pada Rabu pagi jam 07-10. Ternyata di SC hanya bertemu dengan satu orang dan mengatakan: “Yang lain nggak ada, Pak”

Aku jawab: “Ah, masa sih…”

Sejak beberapa penyakit orang yang kurang olah raga menempel di diriku aku memang sudah mencanangkan untuk rutin berolah raga, namun pekerjaan kadangkala membuat aku kesulitan melakukan aktifitas ini.

Rekan tersebut keluar dari SC, sedangkan aku kan sudah mencanangkan untuk olah raga. Ya sudah, aku lari saja keliling lapangan basket SC, lumayanlah dapat sekitar 20 menit.

Yah, nafas yang sudah terganggu sejak masih SMP membuat sulit bagiku untuk berlari sprint, nafas pun harus melalui hidung dan mulut. Lumayan sekitar 30 putaran lapangan basket. Tangan sudah terasa kesemutan, begitupun daerah perut kiri terasa tertarik ototnya, membuat aku harus mengurangi gerakan berlari, semakin pelan dan ditutup dengan jalan kaki sekitar 2-3 putaran.

Tak ketinggalan senam ringan, mulai dari kepala, tangan, pinggul, kaki (tendangan), sit up, lawan sit up, dan push up. Lumayan keringat berkucur dengan deras, dan sudah aku hafal pula, pastilah keringat ini agak lama untuk berhenti mengalir, bisa 30 menit sendiri sejak berhenti olah raga sampai keringat betul-betul berhenti.

Markas Astacala yang terasa begitu lama aku tak masuk, aku masukin, tembus ke belakang melihat kolam yang diisi ikan mas yang masih berukuran kecil, pohon-pohon yang rindang, dapur dan bau ikan yang sedang digoreng. Mereka telah melaksanakan acara jalan-jalan ke Kepulauan Seribu dan mendapatkan ikan dari hasil memancing.

Sambil mengobrol bagaimana masa depan dan apa yang mesti dilakukan oleh Astacala. Ideku: Astacala harus bermain sebagai Club Pecinta Alam yang mengkaitkan dengan teknologi informasi yang dikuasainya, mestinya Astacala mengambil peran sebagai Pusat Informasi Mapala, mengingat latar belakang keilmuan yang dimilikinya sebagai tenaga ahli di bidang ICT. Contoh nyata yang bisa dilakukan adalah membuat peta digital yang diisi dengan berbagai informasi tentang situasi daerah pendakian, baik yang menyatakan jalur pendakian, daerah berbahaya yang mungkin muncul, ketinggian lereng pendakian, pusat air untuk keperluan pendakian. Bahkan bisa pula diisi informasi tentang reboisasi yang ingin dilakukan mereka, sehingga terdokumentasi dengan baik dan pihak lain bisa mengetahui informasi tersebut.

Astacala harus bisa mengembangkan domain yang telah ada selama ini menjadi semakin baik lagi, semakin penuh informasi yang bermanfaat. Cobalah buka www.astacala.org

Yah, bagiku hidup bukanlah hanya sekedar memikirkan caranya hidup, tetapi lebih jauh lagi, kita harus memikirkan untuk apa hidup ini? Bagiku olah raga adalah salah satu upaya untuk menjawab pertanyaan ini. Hidup tidak cukup hanya sekedar bagaimana kita mendapat dana, namun juga mulai bagaimana bisa memperoleh dana dengan kesehatan yang mendukungnya.

Sebagai seorang lelaki aku punya tiga peran sekaligus yang tidak boleh ditinggalkan salah satunya, ketiganya harus dilakukan, seiring sejalan, seimbang, seirama. Ketiga peran itu adalah: Sebagai Suami, Sebagai Bapak, dan Sebagai Makhluk Sosial (yang punya peran dibidang kemasyarakatan, sebagai Agent of Change dari masyarakat. Change di sini tentunya bukan hanya sekedar Berubah tetapi Berubah Menuju Kesempurnaan Hidup). Tidak boleh ada peran yang tertinggal dalam hidup ini, tiga peran tersebu harus jalan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Artinya saya bekerja tidak hanya saya bekerja mencari uang, tetapi bagaimana pula saya mengurus anak-anak saya sebagai kegiatan dalam melakukan peran Sebagai Bapak.

Semoga selamat sampai tujuan. Tujuan itu adalah Selamat di Dunia dan Selamat di Akhirat!

12 December 2007

Malam Apresiasi FAST

Setelah pada tahun 2006 terbentuk Forum Alumni STT Telkom yang disingkat dengan FAST untuk menggerakkan alumni sesuai dengan arti Indonesia dari istilah Bahasa Inggris FAST yang berarti CEPAT, setelah sebelum didorong-dorong untuk membuat wadah formal bagi par alumni STT Telkom, semboyan saya dengungkan adalah: dari alumni, oleh alumni dan untuk alumni; jangan dulu memikirkan STT Telkom, yang lebih penting adalah bagaimana memikirkan organisasi alumni yang mumpuni. Sebuah bentuk kegiatan pertama kali yang dapat dilihat publik adalah Malam Apresiasi FAST yang diadakan di sebuah tempat yang amat mewah dan gebyar, yaitu: Ball Room Grand Hyatt pada tanggal 7 Desember 2007.

Acara yang menghadirkan beberapa orang top di dunia Telekomunikasi Indonesia, seperti Bapak Dirjen Aplikasi Telematika Departemen Kominfo, Garuda Sudargo yang mendapatkan penghargaan sebagai pembuat perusahaan teknologi seluler, Dedi Suherman alumni STT Telkom yang bekerja di Telkomsel, Bapak Didit dari Motorolla, dan juga Juru Bicara kepresidenan Andi Mallarangeng. Hadir tak kurang dari 400 orang alumni.

Ketersebaran tempat bekerja alumni membuat gempita malam itu mempunyai arti tersendiri, ada alumni yang bekerja di operator telekomunikasi, industri manufaktur telekomunikasi (ICT), dan juga terdapat alumni yang membuat badan usaha sendiri, mulai dari software house, pembangkit NSP, pengantaran logistik. Bahkan Bapak Dirjen mengatakan 60% aplikasi e-gov yang beredar di Indonesia pasti melibatkan alumni STT Telkom. Keluarbiasaan kembali dari alumni adalah sudah ada juga alumni yang bekerja di pemerintahan. Inilah gebyar dari dunia ICT Indonesia.

STT Telkom pun saat ini telah banyak menjadi acuan dari industri untuk mencari tenaga kerja, tak kurang dari sekitar 20 perusahaan ternama di Indonesia mencari tenaga kerja di STT Telkom. Dan banyak pula industri yang mencoba menjalin kerjasama dengan STT Telkom. Tentunya hal ini akan membuat alumni STT Telkom semakin kinclong di dunia ICT di Indonesia.

Karena untuk hadir dalam acara ini, saya mendompleng mobil Pak Imam, membuat saya tak bisa menolak untuk balik ke Bandung setelah acara eksekutif panelis selesai. Sekitar jam 22.30 kami balik ke Bandung. Padahal ada acara yang cukup seru juga, yaitu pembagian Doorprize.

Selamat! Para alumni membangun Indonesia yang maju, manusiawi, dan semakin mengerti kemana hendak tujuan diraih, bagaimana proses yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, serta dasar berpijak mengangkat diri pribadi dan negeri.

Olah Raga Hari Ini

Alhamdulillah, hari ini Rabu 12 Desember 2007, saya masih mempunyai kesempatan untuk berolah raga. Lumayanlah mampu berlari mengelilingi lingkaran trotoar STT Telkom yang melingkari gedung D, C, E, F, H, dan G. Kata anak Astacala lingkaran ini sekitar 1,2km (heh anak Astacala! Bener gitu jarak ini?). Dengan dua kali lingkaran cukuplah dicapai jarak sekitar 2,4 km dengan waktu sekitar 15 menit.


Tentunya kriteria lari bukan dengan kecepatan yang seperti para atlet yang serius berlari. Saya hanya bisa berlari kecil sepanjang tidak mengubah dari lari menjadi jalan kaki. Inilah target saya. Tidak muluk. Sebenarnya saya masih hutang 15 menit lagi untuk lari-lari kecil ini. Target dari dokter minimal 30 menit.


Karena harus berada di Cipaku untuk menyusun Sistem Mutu Perguruan Tinggi di bawah naungan YPT lah yang membuat konsentrasi kurang baik. Berubah menjadi jalan kaki setelah 2 kali putaran, untuk melihat catatan waktu yang ada. Karena jam 08 harus segera berangkat ke Cipaku.


Kegiatan olah raga ini saya lakukan setelah pada hari Minggu 9 Desember 2008 dilakukan check cholesterol total yang dilakukan secara gratis oleh sebuah perusahaan penjual susu penurun cholesterol, dan menghasilkan data yang membuat saya tercengang, kaget dan gembira, yaitu ternyata di bawah 150, jauh di bawah ketentuan yang 200.