26 December 2007

Peran Manusia

Rabu ini, 26 Desember 2007, aku sengaja berangkat pagi, sekalian mengantar anakku ke sekolah. Istriku sempat bertanya: “Mau olah raga, Pak?” melihat aku yang hanya memakai kaos dan membawa seperangkat pakaian ngantor. “Iya” aku jawab. Yakin aku, rekan-rekan STT Telkom akan melakukan olah raga badminton yang rutin terjadwal pada Rabu pagi jam 07-10. Ternyata di SC hanya bertemu dengan satu orang dan mengatakan: “Yang lain nggak ada, Pak”

Aku jawab: “Ah, masa sih…”

Sejak beberapa penyakit orang yang kurang olah raga menempel di diriku aku memang sudah mencanangkan untuk rutin berolah raga, namun pekerjaan kadangkala membuat aku kesulitan melakukan aktifitas ini.

Rekan tersebut keluar dari SC, sedangkan aku kan sudah mencanangkan untuk olah raga. Ya sudah, aku lari saja keliling lapangan basket SC, lumayanlah dapat sekitar 20 menit.

Yah, nafas yang sudah terganggu sejak masih SMP membuat sulit bagiku untuk berlari sprint, nafas pun harus melalui hidung dan mulut. Lumayan sekitar 30 putaran lapangan basket. Tangan sudah terasa kesemutan, begitupun daerah perut kiri terasa tertarik ototnya, membuat aku harus mengurangi gerakan berlari, semakin pelan dan ditutup dengan jalan kaki sekitar 2-3 putaran.

Tak ketinggalan senam ringan, mulai dari kepala, tangan, pinggul, kaki (tendangan), sit up, lawan sit up, dan push up. Lumayan keringat berkucur dengan deras, dan sudah aku hafal pula, pastilah keringat ini agak lama untuk berhenti mengalir, bisa 30 menit sendiri sejak berhenti olah raga sampai keringat betul-betul berhenti.

Markas Astacala yang terasa begitu lama aku tak masuk, aku masukin, tembus ke belakang melihat kolam yang diisi ikan mas yang masih berukuran kecil, pohon-pohon yang rindang, dapur dan bau ikan yang sedang digoreng. Mereka telah melaksanakan acara jalan-jalan ke Kepulauan Seribu dan mendapatkan ikan dari hasil memancing.

Sambil mengobrol bagaimana masa depan dan apa yang mesti dilakukan oleh Astacala. Ideku: Astacala harus bermain sebagai Club Pecinta Alam yang mengkaitkan dengan teknologi informasi yang dikuasainya, mestinya Astacala mengambil peran sebagai Pusat Informasi Mapala, mengingat latar belakang keilmuan yang dimilikinya sebagai tenaga ahli di bidang ICT. Contoh nyata yang bisa dilakukan adalah membuat peta digital yang diisi dengan berbagai informasi tentang situasi daerah pendakian, baik yang menyatakan jalur pendakian, daerah berbahaya yang mungkin muncul, ketinggian lereng pendakian, pusat air untuk keperluan pendakian. Bahkan bisa pula diisi informasi tentang reboisasi yang ingin dilakukan mereka, sehingga terdokumentasi dengan baik dan pihak lain bisa mengetahui informasi tersebut.

Astacala harus bisa mengembangkan domain yang telah ada selama ini menjadi semakin baik lagi, semakin penuh informasi yang bermanfaat. Cobalah buka www.astacala.org

Yah, bagiku hidup bukanlah hanya sekedar memikirkan caranya hidup, tetapi lebih jauh lagi, kita harus memikirkan untuk apa hidup ini? Bagiku olah raga adalah salah satu upaya untuk menjawab pertanyaan ini. Hidup tidak cukup hanya sekedar bagaimana kita mendapat dana, namun juga mulai bagaimana bisa memperoleh dana dengan kesehatan yang mendukungnya.

Sebagai seorang lelaki aku punya tiga peran sekaligus yang tidak boleh ditinggalkan salah satunya, ketiganya harus dilakukan, seiring sejalan, seimbang, seirama. Ketiga peran itu adalah: Sebagai Suami, Sebagai Bapak, dan Sebagai Makhluk Sosial (yang punya peran dibidang kemasyarakatan, sebagai Agent of Change dari masyarakat. Change di sini tentunya bukan hanya sekedar Berubah tetapi Berubah Menuju Kesempurnaan Hidup). Tidak boleh ada peran yang tertinggal dalam hidup ini, tiga peran tersebu harus jalan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Artinya saya bekerja tidak hanya saya bekerja mencari uang, tetapi bagaimana pula saya mengurus anak-anak saya sebagai kegiatan dalam melakukan peran Sebagai Bapak.

Semoga selamat sampai tujuan. Tujuan itu adalah Selamat di Dunia dan Selamat di Akhirat!

No comments:

Post a Comment