30 August 2006

Kaum Terjajah

Waktu yang sangat panjang 350 tahunan, jika kita andaikan seseorang menikah dan punya anak rata-rata usia 25 tahun, maka setiap 25 tahun terjadi generasi baru. Artinya 350/25= 14 generasi. Biasakah dibayangkan, bagaimana mampunya seseorang atau suatu kaum dicekoki dengan ideologi oleh orang lain yang menjajahnya selama 14 generasi.

Sungguh luar biasa, dan rasanya selalu kita akan temui perubahan yang drastis, karena ideologi ditanamkan oleh kaum penjajah kepada yang terjajah, lebih dari 14 generasi. Bukankah ideologi yang lama akan tercabut? Saya yakin, sudah pasti! Jika tidak ada pengolahan yang mumpuni dan pengolahan yang benar. Larut, pasti larut.

Maka hebatlah HOS Cokroaminoto yang mampu mendidik dan mengajari murid-muridnya, hingga bergeloralah keinginan untuk merdeka dari penjajah. Sungguh beliau yang mencanangkan kemerdekaan dalam tiga tahap:
1. Merdeka dari penjajah asing
2. Merdeka dari penjajah dalam negeri
3. Merdeka dunia

Keinginan luhur yang pertama tercapai melalui sebuah hadiah yang teramat istimewa, Jepang dibom atom oleh Sekutu. Jelas sekutu sangat kejam membunuh orang tanpa peduli, tanpa seleksi, namun saat ini begitu banyak yang mendambakan untuk bercengkrama dengannya.

Yah, itulah salah satunya orang Indonesia yang mempunyai cita-cita yang berbeda dengan kaum terjajah. Kaum terjajah itukan ada dua kemungkinan, jika di bawah, maka dia akan menjadi cecunguk terus ke bawah tak berani dia mendongakkan kepala, apalagi begitu melihat kondisi di luar yang menurut ukuran materi sangat mewah langsung akan semakin, merasa inilah yang hebat, tanpa mengerti esensi dan situasi yang sebenarnya, yang dipujanya adalah kaum penjajah, kaum penjajah-lah yang pasti lebih baik dari kaumnya, munduk terus, tak ada perlawanan, tak ada keinginan untuk menyatakan saya lebih baik dari dia.

Di lain pihak, jika dia atas, maka akan selalu menjelekkan orang-orang yang di bawah dia. Jika dia bisa menindas, maka itu yang dilakukakannya. Tidak boleh orang lain melebihi dirinya. Maka dibayarnya anak buahnya jauh dari pendapatan yang ia dapatkan dari keringat bawahannya, tak imbang dan tak ada perimbangan.

Lain dengan orang merdeka, jika di bawah maka dia berani mendongak ke atas. Ketika kaum penjajah mengangkat kaki (nyingkrang) maka dia angkat kaki (nyingkrang) pula. Tidak terlalu kagum dengan kondisi orang yang diatasnya, biasa saja, kekaguman yang tak berlebihan. Dan jika dia di atas, dia akan tahu diri, manusia itu sama saja, bukan dibedakan dari kekayaan, bukan dibedakan dari warna kulitnya, bukan dibedakan dari kemampuan berfikirnya. Kelebihan kemampuan hanyalah karunia dari Yang Maha Kuasa, yang harus dipakainya untuk mengajak orang lain untuk tunduk hanya kepada Yang Maha Menundukkan. Tunduk patuh pada tempat yang semestinya dan sewajarnya, yaitu: Allah SWT.

29 August 2006

Sedih

Ini bukan tulisanku, tetapi aku respek terhadapnya.

From: Munawar Kholil
To: Milis KG17 ; Milis GAMAIS
Sent: Tuesday, August 29, 2006 12:57 AM
Subject: [AlumniMuslimITB] Isi Ceramah Pak Amien di ITB

Assalaam wr. wb.

Isteri saya yang sedang merantau di MACAU, memaksa-maksa saya untuk mengirim email ceramah pak Amien di ITB kepadanya. Untuk menghibur dia yang jelas kesepian, saya tuliskan isi ceramah pak Amien sebagaimana yang saya tangkap.. Dan dari pada cuma dikirm ke isteri, saya juga sampaikan kepada rekan-rekan.. Tentu saja isi tulisan ini sudah tidak sama persis dengan ceramah beliau. Mungkin ada yang terlupa atau malah ketambahan.
Isi Ceramah Pak Amien di depan Mahasiswa Islam ITB.

(a) Dalam pergaulan intenasional, saat ini Indonesia itu dalam kedudukan seperti pepatah melayu : masuk tidak menggenapkan, keluar tidak mengganjilkan. Artinya nggak dianggap lagi. Ukurannya sederhana, Indonesia jarang muncul di koran International Herald Tribune. Jauh dibandingkan Malaysia, Thailand, Singapura, apalagi Cina. Kalaupun muncul, biasanya masalah bencana tsunami, gempa, longsor, penyebaran flu burung, hingga korupsi. Pokoknya yang jelek-jelek lah. Dalam berbagai kesempatan perjalanan ke luar negeri, beliau juga merasakan betapa sebagai anak bangsa sering kesal dan terkadang jadi agak minder karena kenyataan itu.

(b) Salah satu penyebab keadaan di atas adalah karena tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih tertinggal dibanding negara lain. Sebagai contoh, penguasaan teknologi nuklir kita masih tertinggal satu generasi dibanding Pakistan. Padahal justru hal inilah yang paling menentukan daya saing bangsa saat ini. Pak Amien memberikan contoh kota Shanghai. Kepada pak Amien, walikota Shanghai mengatakan bahwa 70 persen pendidikan tinggi adalah politeknik. Dan secara umum, RRC memang memprioritaskan penguasaan teknologi ini. Hasilnya? Akhir tahun lalu, cadangan devisa RRC sudah melampaui 1 milyar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa RI yang berkisar 30 juta dolar! Dengan landasan berpikir seperti itu, maka pak Amien menkankan pentingnya peran para mahasiswa ITB ini di kemudian hari.

(c) Ada logika sederhana disampaikan pak Amien. Pemerintah kita selalu beralasan ketiadaan dana sebagai sebab tidak berhasil maju seperti negara lain. Mau meningkatkan anggaran pendidikan, tidak ada uang. Mau meningkatkan kekuatan militer, tidak ada uang. Singkatnya, ketiadaan uang adalah alasan bagi seluruh kegagalan bangsa untuk bisa bersaing. Lha lalu di mana kekayaan negara yang berlimpah dari karunia Allah itu? Paling banyak dikeruk oleh perusahaan-perusahaan asing. Akibatnya kita tidak punya uang, lalu terpaksa utang. Sudah begitu, lebih sial lagi, utang itu dikorupsi pula oleh elit-elit pemimpin.

(e) Selain rendahnya penguasaan teknologi, sola mentalitas juga sangat besar pengaruhnya.Sebagai bangsa saat ini kita sudah kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri, jadi bangsa sontoloyo menurut SUkarno. Lalu beliau menceritakan sebuah anekdot tentang SI AMAT MENCARI CINCINNYA YANG HILANG.

Alkisah ada seorang bernama Amat. Suatu hari ia kehilangan cincinnya. Begitu pentingnya cincin itu, maka ia segera mencarinya. Ia keluar rumahnya, mencari di halaman dan kebun. DIbolak-balik di sana sini tidak juga ketemu. Hal ini menarik perhatian tetangganya : ada apa gerangan si Amat kebingungan mutar-muter di kebun. Si tetanggal bertanya T : Ada apa sih pak AMat kok kelihatan bingung A : Saya mencari concin saya yang hilang T : Lho emangnya hilangnya di mana? A : Seingat saya, cincin saya itu hilang di dalam rumah saya. T : Lalu mengapa pak AMat mencarinya di luar rumah? A : Soalnya di dalam rumah saya gelap, jadi saya cari di luar yang lebih terang.

Apa moral cerita ini? Wong jelas tahu cincinnya hilang di dalam rumah, tapi kok dicarinya di luar rumah. Hanya karena di dalam rumah gelaap! Bego kan?
Kita sebagai bangsa seperti pak AMat itu. Sesungguhnya para cerdik pandai yang menjunjung tinggi nurani sudah tahu problema negara ini dan bagaimana mengatasinya. Namun penyelesaian itu tidak diambil oleh para elit politik karena mereka malas. Mereka enggan berpikir kreatif dan semata-mata memasrahkan urusan kepada para penasihat asing!
(f) Seperti biasa, soal pertambangan juga menjadi tema besar pak Amien. Di ceramahnya pak AMien sudah menyebut bahwa korupsi terbesar adalah di sektor pertambangan. Kalau korupsi markup harga helikopter, atau calau urusan haji, itu ecek-ecek saja dibanding besarnya kerugian negara akibat pengambilan kekayaan tambang kita secara ugal-ugalan oleh korporasi internasional. Beliau mengambil contoh Freeport. Tailing (limbah tanah yang diambil bersama emas/perak/tembaga lalu dipisah) yang digelontor dari pegunungan Jaya Wijaya ke selat Arafura itu sudah sangat besar. Kalau volume tailing itu di gelontorkan ke Jabotabek, maka Jabotabek akan tenggelam terurug sedalam 10 meter. Ironisnya, proses pengambilan kekayaan tambang itu sama sekali tidak bisa kita periksa. Prof Subroto (Menteri Pertambangan Era Suharto) pernah memberitahu paka AMien bahwa ada pasal-pasal dalam perjanjian kotrak karya dengan Freeport yang dirahasiakan. DPR pun tidak boleh mengetahui! Lebih ironis lagi karena kontrak karya itu berakhir tahun 2040-an. Pada waktu itu, kata pak AMien, beliau, SBY, atau Jusuf kalla insya Allah sudah di alam baka. Lalu anak cucu kita tinggal mendapatkan bumi yang telah dirusak oleh perusahaan asing itu tanpa memberikan keuntungan yang layak untuk bangsa kita. Bisa-bisa anak cucu itu akan melaknat kita.

Kejadian serupa Freeport itu juga terjadi di Newmont hingga berbagai kontrak karya bidang perminyakan. Termasuk yang paling akhir di blok Cepu. Ikatan ahli geologi bahkan protes keras karena sebuah tambang yang sudah produktif dan gampang ngurusnya kok malah dikasih ke perusahaan asing.

Masih soal yang sejenis, beliau bercerita ketika jadi ketua MPR pernah berdialog dengan Goh Cok Tong. Pak Amien bertanya kepada Goh : Mengapa SIngapura tega mencuri pasir laut dari Riau untuk mereklamasi pantai mereka hingga bertambah seluas 200 km2? Goh menjawah : Kami tidak mencuri kok, kami membeli pasir dari pasar internasinal. Pak Amien menukas : Tapi Anda tahu bukan bahwa asal-usul pasir itu dicuri dari pulau-pulau Indonesia? Gok Cok Tong tidak lagi menjawab dan secara demokratis mengatakan akan mendikusikan hal itu dengan rekan-rekannya di Singapura. Kepada saya dan adik-adik GAMAIS beberapa waktu lalu beliau juga berkata bahwa untuk reklmasi pantai singapura itu, 3 pulau sudah lenyap dari peta Indonesia. Tenggelam, habis diangkut ke negeri tetangga kita yang kaya raya itu.

(g) Salah satu pertanyaan paling menarik diajukan salah seorang kader GAMAIS. Kalau (sekali lagi kalau) Pak Amien diberi kesempatan mengurus negara ini, apa yang dilakukan pertama kali?
Dengan mantap Pak AMien menjawab : Meski tidak persis, yang akan dilakukan mirip apa yang dilakukan Hugo Chavez (Venezuela) dan Morales (Bolivia). Pada hari-hari pertama pemerintahan, angkatan bersenjata akan menduduki seluruh pertambangan yang dikelola pihak asing, menghentikan seluruh operasional. Lalu para pemimpinnya dipanggil presiden dan diberi pilihan dua hal : (1) tinggalkan negeri ini, seluruh investasi yang telah ditanam akan dibayar oleh pemerintah, (2) mari kita negosiasikan lagi kontrak karya menjadi lebih adil dan masuk akal, untuk sebesar mungkin kepentingan bangsa. Pak Amien yakin, mayoritas perusahaan asing itu akan bertindak sama seperti yang terjadi di Venezuela : memilih pilihan kedua.
Nah dengan menghentikan perampokan kekayaan alam oleh pihak asing ini, maka Insya Allah sedikit demi sedikit kita akan mempunyai biaya untuk bangkit sebagai bangsa! Semua hadirin tepuk tangan. yang paling keras di antaranya pak rektor yang kebetulan duduk dua kursi di kiri saya. Beliau berkomentar : saya nggak habis pikir, kalau bangsa ini beres dalam berpikir, mestinya pak Amien yang harus memenangkan pemilihan presiden! (f) Bagian penutup ceramah pak Amien selalu mirip. Beliau menyanyikan sebuah lagu tradisional Amerika yang isinya bahwa kami selalu siap untuk maju, lalu anak kami lebih maju, lalu cucu kami lebih maju, dan seterusnya. Semuanya untuk bangsa yang besar ini (USA).. Dan yang lebih akhir lagi tentu lagu Ibu Pertiwi : (karena suara pak AMien sudah hampir habis, beliau tidak lagi menyanyi, cuma dibacakan)
Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati Air matanya berlinang Emas intannya terkenang Gunung sawah serta lautan timbunan kekayaan Kini ibu sedang lara Merintih dan berdoa.

Ini bagian pertama lagu Ibu pertiwi. Ada bagian kedua yang juga dibaca pak Amien, tapi aku nggak hapal. Intinya kira-kira bahwa kami ini putra pertiwi, akan selalu menyerahkan seluruh daya tenaga untuk ibu pertiwi. Jad ibu pertiwi jangan menangis lagi. Kalau rekan-rekan ada yang hapal, mohon diupload secara lengkap lagu itu.
Cukup sekian dulu.

Wassalaam.


M. Kholil

28 August 2006

MABIM 2006

Rasanya anak-anak Informatika sudah mulai membuka diri, mereka tidak lagi kena sebutan sebagai anak yang kurang, atau bahkan yang lebih ekstrim lagi: autis. Hal ini saya lihat dengan mata kepala sendiri ketika hadir dalam acara Opening Ceremony Mabim 2006.

Acara ini dikemas dengan cara yang sangat istimewa dari sudut pandang anak (mahasiswa Teknik), susunan acara, tampilan dan tata cahaya yang menarik menjadi satu bentuk aktualisasi diri, bahwa mahasiswa Informatika mengenal pula acara yang berbau
Entertaint.

Satu layar besar dipasang di panggung GSG dengan menggunakan LCD Proyektor ditampilkan berbagai hal dari acara ini. Tata cahaya yang dibuat gelap pun menjadi satu protes awal yang diungkapkan oleh Kajur IF, mengapa bergelap-gelap? Namun protes ini terjawab saat acara berlangsung.

Yel-yel yang biasa mengumandang untuk membangunkan dari kemalasan dan kelelahan berbagai kali diudarakan: Put in The Black BOX, MABIM 2006, Salam Mahasiswa, dll. Semarak ya acara semalam memang semarak.

Perkenalan kepanitiaan tidak seperti biasanya, panitia berulah dengan aneka cara. Mulai dari turun tembok bergaya repling (bener nggak? Nulisnya?), hingga berlari dengan diiringi tepuk tangan membahana dan berirama. Belum lagi ada acara kembang api. Acara yang mengambil ide mirip dengan Mission Imposible beserta sound tracknya yang cukup menggugah nalar dan rasa.

Ketua HMIF yang memang menarik setiap tampil memberikan sambutan, yang tidak biasa, dia masuk ke panggung bukan dari kursi tamu yag disediakan tetapi dari belakang, dengan bertepuk tangan dan bernyanyi. Bahkan sebelum memberi sambutan bernyanyi tentang Mabim 2006.

Sambutan tentang sedikit sejarah STT Telkom dan HMIF disampaikan oleh Pak Kajur IF (Pak Dhinta).

Sedangkan Ka.BKA yang disebut oleh Ketua HMIF: “Bapaknya Mahasiswa STT Telkom” memberikan wejangan: “Kuliah di STT Telkom harus bangga, karena berbagai prestasi telah diraih oleh mahasiswa STT Telkom, bahkan menjadi peringkat pertama PTS seluruh Indonesia dalam ajang bergengsi PIMNAS 2006. Dan kuliah di STT Telkom tidak hanya mengedepankan akademik, tetapi juga aspek soft skill, yang meliputi: leadership, life skill, dan communication. Life skill berarti mahasiswa mengerti, memahami dan menjalani: tujuan, proses dan dasar hidup yang benar.

Semoga mahasiswa semakin maju dalam segala bidang.

Salam Mahasiswa!

24 August 2006

Pertanggungjawaban

Sengaja atau tidak hidup sudah dan sedang dijalani. Di sisi Allah, maka kehidupan tidak ada yang dinyatakan sebagai tak disengaja, semua dalam kondisi disengaja dan ada nilainya, baik nilainya positif maupun bernilai negatif. Ukuran positif atau negatif, mestinya tidak sembarangan ditentukan, harus mempunyai alat ukur yang kokoh, yaitu alat ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pertanggungjawaban ini, tentunya tidak sembarangan, pertanggungjawaban yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya sekedar dapat dipertanggungjawabkan karena penyidik tidak mampu mengungkap bagian-bagian yang tak mampu diungkapkannya. Dengan demikian pastilah pertanggungjawaban ini bernada pertanggungjawaban di dunia dan di akhirat. Pertanggungjawaban di dunia dapatlah dibohongi, bahkan dapat pula membuat pertanggungjawaban yang sebenarnya nyata dan real, namun karena ketakmampuan si yang disebut tak bisa bertanggungjawab mengungkapkan bukti (secara lisan atau alat bukti), menjadi terperosok tak bisa dipertanggungjawabkan. Karena kemampuan berbicara, karena kemampuan massa yang mendukungnya, karena kemampuan pem-backing-nya, maka seseorang dapat lolos dari pertanggungjawaban di dunia. Lain benar, untuk kasus pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Pertanggungjawaban di akhirat kelak, tidak akan banyak hal yang dapat dibuat sepertinya benar, namun salah. Mengapa? Karena saat penyidik di alam akhirat kelak, tidak akan ada kebohongan yang tak terbantahkan. Masing-masing bagian tubuh akan saling memberikan kesaksian yang sebenar-benarnya. Begitupun anggota geng akan memberikan kesaksian dengan benar. Semua dilakukan, baik secara terpaksa, dipaksa maupun sukarela.
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS. 6:130)

Dilain pihak, para Rasul dan mukmin menjadi saksi pula:
Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (QS. 4:41)

Mana yang bisa lolos dari hadapan orang-orang mukmin dan para Rasul? Karena sebelum mereka menjadi saksi Allah, telah mengambil janji dari mereka untuk tidak berbohong.

Keyakinan adanya hari akhirat atau kehidupan setelah meninggalkan dunia fana ini, akan menjadi penentu seseorang selamat di hadapan mahkamah keadilan semesta. Mahkamah keadilan yang adil dan tak ada cacat dalam merunut dan menyidik setiap pertanggungjawaban. Dan akan membuat seseorang selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Namun ketidakyakinan akan hal ini, akan membuat seseorang bermain seindah mungkin, walaupun sebenarnya buruk.

Dan kebertanggungjawaban itu bersifat pribadi:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (QS. 74:38)

22 August 2006

Arti Kemerdekaan

Ini bukan tulisan saya, tetapi saya respek dengan tulisan ini:


From: roni ahmad
To: AlumniMuslimITB@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, August 22, 2006 8:29 AM
Subject: Re: [AlumniMuslimITB] Merdeka (?!)

Merdeka ? apa ya.... kata ini muncul setelah lama suatu negaradi jajah atau di duduki oleh penjajah/ negara lain dan diatur menurut aturan yang dimaui negara penjajah. Lha setelah negara lain tersebut pergi, tidak mengaturlagi, tidak campur tangan lagi, maka setelah itu muncul kata Merdeka.

Eh.. tidak cukup ditinggal penjajah saja, karena itu namanya vacum of power. Negara tersebut harus Mendeklarasikan diri membentuk suatu negara. Jadi kalau negara sudah ditinggal penjajah dan membentuk negara sendiri, ya disebut merdeka, masalahnya n
egara kita masih terlalu banyak ketergantungan lebih tepatnya kekangan dari negara super power. Sehingga meminjam istilahnya mas Toto, sudah merdeka secara fisik namun belum merdeka secara esensi. Terkait dengan jiwa merdeka ? setuju sekali dengan uraian cak dola. Hanya jiwa yang terikat dengan Allah-lah (aturan, perintah, larangan, dll) yang merupakan jiwa merdeka. Mana mungkin jiwa merdeka bisa tenang di dalam negara yang terjajah ?

--- dola chariri <dolachariri@yahoo.com> wrote:>
Kagem Sinuwun Raden Mas Heru Prabowo (pakai bahasa indonesia aja ya..nanti ada yg protes)

Membaca tulisan panjenengan, kenapa merdeka itu harus dengan bersorak Bukankah jiwa yang merdeka itu harusnya ditambah syukurnya. Pada kenyataannya memang dalam hidup ini masih banyak jiwa yang belum merdeka dalam arti yang sesungguhnya. Mungkin lahiriahnya sudah merdeka tapi jiwanya belum. Banyak kitab hakekat menguraikan tentang jiwa manusia. Jangankan merdeka.. hiduppun jiwa itu belum alias dalam kehidupan ini kenyataannya banyak manusia hidup berjalan dimuka bumi Allah dengan jiwa yang mati. Akankah kita berharap pada manusia seperti ini untuk menghidupkan agama Allah? padahal dirinya sendiri belum hidup.

Mas Heru ingkang dipun rahmati Gusti Allah..
Jiwa yang hidup itu adalah jiwa yang kenal akan Gustinya. Kenal pada ASMA dan SIFATNYA, juga pada KALAM dan AF'AL nya. Setelah jiwa itu kenal maka jiwa itu akan menuju kepadaNYA. Jiwa itu akan istiqomah berjalan mencari Gustinya walaupun harus menyebrangi samudra hatinya yang lebih luas dari 7 lapisan alam raya ini. Dengan kehendak Allah kalau jiwa itu sudah "ketemu" maka jiwa itu akan menyatu dalam "rahasia" Allah. Orang seperti inilah Mas..yang benar2 merdeka dalam hidupnya. Hati dan pikiranya adalah Allah. Dia menyentuh apapun dengan tangan Allah. kakinya juga kaki Allah yg menghantarkan dia berjalan, berdakwah memakmurkan agama Allah.

Mudah2an Mas Heru sebagai sesepuh KG17 bisa lebih dalam lagi dalam memajukan dakwahnya. Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan innayahnya pada seluruh civitas KG17...Amin

Nyuwun ngapunten menawi kulo wonten lepat
Adimas Abdullah C.Alkaf

"Heru Prabowo " <zhiya@prabowo.info> wrote:
Teman-teman, mungkin saya tak terlalu paham arti kata merdeka, mungkin saya kurang menghargai jerih payah merah darah putih tulang para martir tanah air ini, mungkin saya kurang mensyukuri ni'mat yang Dia limpahkan, mungkin juga saya hanya mengada-ada.

Tapi sudahlah, mari bersorak ramai-ramai
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Surabaya-Pandaan, - hp -

Musim Gugur



Dulu, kita selalu beranggapan bahwa di negeri Eropa dan teman-temannya, yaitu negeri yang jauh dari garis khatulistiwa mengenal empat musim: panas, gugur, salju dan semi. Dan hal itu hanya berlaku di negeri-negeri tersebut saja.

Jika kita teliti lebih lanjut, ternyata Indonesia pun mengenal musim gugur, anda bisa perhatikan pohon-pohon tertentu akan merontokkan daun-daunnya. Di daerah saya, Pati, yang agak ke Utara terdapat hutan jati. Pada bulan tertentu daun-daun jati akan berguguran dengan banyaknya, sehingga akan ramai suara daun kering terinjak oleh kaki, jika kita melewatinya di bawah pohon jati tersebut.

Dan biasanya pula ayam hutan pun berkokok, kecil suaranya (nada tinggi) melengking, jauh berbeda dengan ayam biasa.

Nah, ternyata pada bulan ini Akhir Agustus (sekarang tanggal 22) 2006, di STT Telkom terdapat pula musim gugur, perhatikanlah banyak pohon yang menggugurkan daunnya. Dan warna daunnya pun menarik, kemerah-merahan, kemudian menjelang rontok akan berubah warna menjadi kecoklatan, dan rontoklah mereka. Tersebar di bawah pohon, menyebar di sekitar, suara berisik akan terdengar jika kita menginjaknya.

Ya, Allah, telah Engkau jadikan musim, sebagaimana Engkau kehendaki, dan telah Engkau putar pula kehidupan manusia, kadang di atas, kadang di bawah. Maka selamatkanlah kami, selamatkanlah kami di dunia dan di akhirat kelak. Kami takut akan siksa-MU, kami takut akan neraka-MU, kami takut gugur dari kehidupan yang menyelamatkan, yaitu gugur dari keimanan. Na'udzu billahi mindzalik. Kuatkanlah kami, teguhkanlah kami dan berilah kami kesabaran untuk terus berusaha menggapai dan mencapai keimanan yang tertinggi. Ampunilah kami.

14 August 2006

Pantai Pangandaran


Perjalanan jauh kami tempuh, perjalanan dari Pasirjati menuju tepat wisata yang disediakan oleh panitia dari PPDU. Waktu yang sempit membuat kami harus berjalan mulai jam 21 malam. Sebelumnya saya harus tidur dulu, akibat sebelumnya harus olah raga. Jam 18-21 dipakai untuk tidur, namun tak juga nyenyak tidurnya, karena beberapa kali dibangunkan oleh panitia melalui HP: “Pak, serius mau ke Pangandaran, sekarang sudah malam. Kalau tidak berangkat kamarnya mau dijual”. Setengah mengantuk aku katakan bahwa aku pasti berangkat. Itu tanggal 17 Januari 2006. Dan alhamdulillah, sekitar jam 02 kami sampai ke Hotel yang sudah dipesan oleh panitia. Jauh dan cukup perjalanan tersebut.

Ini adalah permainan di pantai Pangandaran:
Lihatlah keenam anakku sedang main di pantai. Air jernih dan ombak bergulung. Dasar laut pun terlihat dengan jelas. Maha Besar Allah yang telah menciptakan segenap ciptaan-NYA. Yang menyengkan maupun yang mengharukan.

Lantas, rasanya baru kemarin kami bermain di sana, ternyata kemudian ada bencana yang cukup membuat suasana kacau balau.

Beberapa bulan setelah Aceh diporak-porandakan oleh gelombang gempa dan Tsunami, banyak orang yang ragu untuk bermain di pantai, sehingga sepanjang perjalanan pun selalu dengan memperhatikan kondisi sekitar, kalau-kalau gelombang tsunami menghantam dan ternyata kejadian tsunami terjadi setelah kami meninggalkan acara wisata dengan PPDU. Rasa haru dan biru menggelora pada kami.

Sungguh, apakah kami akan menuntut pada Sang Maha Pencipta atas kejadian ini? Bukankah Beliau lebih memahami, lebih mengetahui, lebih mempunyai rencana, disbanding saya pribadi yang hanya seorang manusia, yang tak kan tahu jika bukan diberitahu?

Sungguh, Engkaulah Ya Allah Yang Maha Mengatur segalanya, maka ampunilah kami, teguhkanlah pendirian kami, hindarkanlah kami dari azab-MU, jauhkan kami dari siksa Api Neraka-MU. Ya, Allah, tambahkanlah keimanan kami. Pandaikanlah kami mengatur diri, mengatur keluarga dan mengatur warga. Dan teruskanlah penambahan keimanan kami, sehingga kami mampu menduduki syurga, jannatun na’im, tempat yang termulia setelah di dunia ini. Amiin.

11 August 2006

Prestasi Mahasiswa STT Telkom

Prestasi mahasiswa STT Telkom ternyata cukup membanggakan. Prestasi ini dibuat, baik yang berkaitan langsung dgn kemampuan akademik maupun yang tak langsung berkait dengan akademik. Mulai dari prestasi tingkat daerah maupun tingkat nasional, bahkan internasional.


Beberapa prestasi tahun 2006 yang dapat disebut yang berkaitan langsung dengan akademik, yaitu: 1 medali Emas, 1 medali Perak, dan 1 medali Perunggu dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa tingkat Nasional (PIMNAS) di Universitas Muhammadiyah Malang, pada bulan Juli ini. Dan atlet STT Telkom yang meraih medali Emas diberikan kesempatan khusus untuk tampil dalam ajang pameran yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dan disokong penuh oleh Dikti untuk mem-paten-kan karya tersebut. Ajang PIMNAS 2006 adalah pertarungan antara lebih dari 5 ribu proposal dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia, yang diikuti pula oleh Perguruan Tinggi ternama, baik negeri maupun swasta, seperti ITB, UI, UGM, IPB, ITS, Unair, Unibraw, dsb. STT Telkom mengungguli perguruan-perguruan Tinggi ternama di Indonesia, seperti ITB, Unpad, dll. Bahkan menduduki ranking pertama untuk Perguruan Tinggi Swasta seluruh Indonesia.


Di tingkat wilayah, Kopertis Wilayah IV STT Telkom dikoordinasi oleh Kopertis ini, mahasiswa STT Telkom mendapat penghargaan Juara Tiga Mahasiswa Berprestasi (dulu disebut Mahasiswa Teladan) dan diberi kesempatan untuk hadir pada Upacara 17 Agustus di Istana Negara.


Di bidang komunikasi, English Debate, tim SEC (Student English Club) STT Telkom mendapatkan Juara II tingkat Nasional pada event English Debate at STT AL (Angkatan Laut) Surabaya.


Di bidang olah raga mampu meraih medali Perunggu pada cabang Judo Putri pada Pekan Olah Raga Propinsi Jawa Barat di Kabupaten Karawang pad a bulan Juli yang lalu, padahal UKM Judo berdiri tahun 2003. Saat ini atlet-atlet Judo STT Telkom mempersiapkan diri untuk berlaga di tingkat Nasional, dalam ajang Kejurnas Judo, di Bali pada bulan September 2006.


Sedangkan pada Kejuaraan Futsal Super Soccer Championship 2006 antar Perguruan Tinggi se Bandung Raya mampu meraih Juara IV (Harapan 1), mengalahkan Unpad.


Pada bulan Juni seorang mahasiswa STT Telkom mampu menduduki peringkat 17 dalam ajang Kompetisi Data Mining yang diselenggarakan secara on-line.


Untuk menghasilkan prestasi yang demikian ini, di STT Telkom disediakan fasilitas berupa puluhan laboratorium (lebih dari 30 laboratorium), dan lebih dari 35 organisasi mahasiswa yang diharapkan mampu membantu mengembangkan softskill mahasiswa. Softskill, yaitu skill di bidang: leadership, lifeskill (kemampuan bergaul, bekerjasama, beradaptasi dengan lingkungan masyarakat) dan communication, untuk melengkapi kemampuan hardskill yang disajikan dalam bidang akademik.

03 August 2006

Pimnas XIX tahun 2006



Sesuatu yang mengejutkan dari 9 finalis yang berasal dari STT Telkom, ternyata yang mampu masuk tahap kedua hanya 2 tim saja. Hal ini membuat kami cemberut dan sedikit kecewa.

9 Finalis itupun hasil dari upaya yang sangat berat, 4 tim yang pertama diperoleh dari pengumpulan 70 proposal pada tahun 2004, sehingga masuk ke tahap persetujuan dari Dikti untuk dilanjutkan proposalnya menjadi kegiatan PKM yang sesungguhnya, sebanyak 13 judul, yang kemudian oleh Dikti diberikan ke STT Telkom sebanyak 8 judul dari 3 kategori PKM untuk dipilih masing-masing dua tim per kategori, kecuali PKMI yang hanya satu yang lolos, sehingga ada 5 tim. Sedangkan yang kedua terdapat 5 tim yang langsung dipilih oleh Dikti, dengan catatan 1 tim PKMI ternyata hanya dibiayai oleh Dikti tetapi tidak diikutsertakan di Pimnas, padahal kami sudah mengirimnya.

Kondisi kecewa dan cemberut ini, membawa kami datang ke Pengumuman Pimnas pada 29 Juli 2006 pada malam hari dengan kondisi ogah-ogahan. Tetapi ... sungguh tak dinyana ada telpon dari Pak Imam, ketika menjelang sampai ke UMM, dan beliau memberitahu kalau mahasiswa STT Telkom mendapat emas, satu bis bersyukur. Dan yang lebih hebat lagi, Sang Pemenang ini dipilih oleh Dikti untuk ikut pameran yang diadakan oleh Dikti untuk memamerkan karya-karya penelitian yang dibiayai oleh Dikti, yang tidak hanya dari kalangan mahasiswa tetapi juga dosen. Sebuah prestasi yang membanggakan.

Selamat!