24 August 2006

Pertanggungjawaban

Sengaja atau tidak hidup sudah dan sedang dijalani. Di sisi Allah, maka kehidupan tidak ada yang dinyatakan sebagai tak disengaja, semua dalam kondisi disengaja dan ada nilainya, baik nilainya positif maupun bernilai negatif. Ukuran positif atau negatif, mestinya tidak sembarangan ditentukan, harus mempunyai alat ukur yang kokoh, yaitu alat ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pertanggungjawaban ini, tentunya tidak sembarangan, pertanggungjawaban yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya sekedar dapat dipertanggungjawabkan karena penyidik tidak mampu mengungkap bagian-bagian yang tak mampu diungkapkannya. Dengan demikian pastilah pertanggungjawaban ini bernada pertanggungjawaban di dunia dan di akhirat. Pertanggungjawaban di dunia dapatlah dibohongi, bahkan dapat pula membuat pertanggungjawaban yang sebenarnya nyata dan real, namun karena ketakmampuan si yang disebut tak bisa bertanggungjawab mengungkapkan bukti (secara lisan atau alat bukti), menjadi terperosok tak bisa dipertanggungjawabkan. Karena kemampuan berbicara, karena kemampuan massa yang mendukungnya, karena kemampuan pem-backing-nya, maka seseorang dapat lolos dari pertanggungjawaban di dunia. Lain benar, untuk kasus pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Pertanggungjawaban di akhirat kelak, tidak akan banyak hal yang dapat dibuat sepertinya benar, namun salah. Mengapa? Karena saat penyidik di alam akhirat kelak, tidak akan ada kebohongan yang tak terbantahkan. Masing-masing bagian tubuh akan saling memberikan kesaksian yang sebenar-benarnya. Begitupun anggota geng akan memberikan kesaksian dengan benar. Semua dilakukan, baik secara terpaksa, dipaksa maupun sukarela.
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS. 6:130)

Dilain pihak, para Rasul dan mukmin menjadi saksi pula:
Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (QS. 4:41)

Mana yang bisa lolos dari hadapan orang-orang mukmin dan para Rasul? Karena sebelum mereka menjadi saksi Allah, telah mengambil janji dari mereka untuk tidak berbohong.

Keyakinan adanya hari akhirat atau kehidupan setelah meninggalkan dunia fana ini, akan menjadi penentu seseorang selamat di hadapan mahkamah keadilan semesta. Mahkamah keadilan yang adil dan tak ada cacat dalam merunut dan menyidik setiap pertanggungjawaban. Dan akan membuat seseorang selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Namun ketidakyakinan akan hal ini, akan membuat seseorang bermain seindah mungkin, walaupun sebenarnya buruk.

Dan kebertanggungjawaban itu bersifat pribadi:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (QS. 74:38)

No comments:

Post a Comment