22 November 2006

Indonesia Importir

Nasib petani di Indonesia tidak ada yang membela, bahkan pemerintah sekalipun.

Ada dua tulisanku tentang nasib petani, yang satu menceritakan petani bawang merah dan yang keduanya petani garam, di akhir bagian pasti menyatakan betapa diantara kesenangan karena panen raya, ternyata membawa petaka, karena harga yang langsung anjlok. Sehingga biaya produksi tak mampu tertutupi dengan menggunakan penghasilan yang didapat dari panen.

Tadi pagi atau malam aku dengar di televisi akan ada blunder baru yang akan ditetapkan oleh pemerintah. Petani beras yang juga mengalami nasib yang sama dengan petani di atas dalam hal menjual hasil panen yang tak sepadan dengan biaya produksi, akan segera bertambah duka citanya. Selain impor beras terus berlangsung, yang katanya diakibatkan oleh sedikitnya produksi beras dalam negeri, maka akan ditambah penderitaannya dengan rencana pemerintah menaikkan harga pupuk, padahal yang harga eceran yang ditetapkan pemerintah saat inipun tidak bisa petani membeli pupuk dengan harga sesuai aturan pemerintah tersebut, pasti lebih tinggi, apalagi dengan wacana akan dinaikkannya harga pupuk.

Cara berfikir IMF yang akan menghilangkan subsidi memang akan menguntungkan secara selintas pada pemerintah, beban yang ditanggung pemerintah akan berkurang, namun dibalik itu akan menghadapi masalah lebih besar di kemudian hari.

Biaya produksi yang tinggi di dalam negeri tak mampu menghasilkan pendapatan para produsen dalam negeri akan menyebabkan masyarakat tak mau mengambil resiko untuk berperan di bidang produksi ini. Jika hal ini terjadi maka semua yang ada hanyalah impor semata, akibatnya harga akan ditentukan dari pihak luar, tingkat kebergantungan msyarakat Indonesia akan amat dan sangat tinggi, sehingga jika terkena embargo, sudah terbayang oleh saya, pastilah banyak manusia Indonesia yang kelabakan, yakin dehh....

Maka cita-cita beberapa orang masa lalu yang selalu ingin agar masyarakat dapat mandiri rasanya akan semakin jauh dengan policy pemerintah yang demikian absurd.

Selamat menikmati produk impor...

2 comments:

  1. pemerintah masih belum serius memikirkan nasib petani, apalagi untuk menerapkan intensifikasi pertanian...
    parahnya lagi semua permasalahan pasti dibebankan kepada petani, contoh kenaikan harga pupuk, penurunan harga gabah, impor produk pertanian (misal beras),...
    kasian petani...
    tapi yang tak kalah kasiannya nasib guru....(lho kok nggak nyambung)..

    ReplyDelete
  2. Masa keemasan petani karena amat dan sangat dibantu pemerintah adalah saat Republik Indoensia dipimpin oleh Bapak Pembangunan H Muhammad Soeharto, pada penggalan awal pemerintahannya, saat itu dibangun saluran air dari hulu sampai hilir, dari saluran tersier sampai primer. Sehingga dalam kondisi kemarau saat ini, air untuk pengairan tidak masalah. Ketika menjelang akhir pemerintahan yang lebih ditonjolkan adalah industri, sehingga sawah-sawah yang tergolong subur diubah menjadi perumahaan dan kawasan industri.

    Dan jadilah kondisi saat ini yang begitu banyak laku pilu para petani.

    Nasib...

    ReplyDelete