26 September 2006

Oh, Indonesia...

Negeri ini begitu kaya raya, apapun yg anda minta di negeri selalu ada. Dari flora, berbagai bunga selalu ada di negeri ini, buah-buahan tak sedikit yg dapat ditanam di negeri ini, tanam pangan, apa yang anda minta? Beras? Ada. Sagu? Ada. Jagung? Ketimun? Bawang? Sungguh semua ada. Betapa kaya negeri dengan tetumbuhan, baik yang dapat dimakan, maupun yang nyaman untuk dilihat. Ribuan, bahkan ratusan ribu jenis flora dapat tumbuh dengan subur.

Dari sisi fauna, tak sedikit, yang hidup dengan baik di negeri ini. Ada hewan yang amat besar, seperti gajah, atau hewan yang amat tinggi, Jerapah, namanya, bahkan hewan besar yang aslinya dari sungai Nil, yaitu kuda nil, dapat hidup di negeri ini, di kebun binatang. Hewan yang mirip kerbo, tak sedikit jumlah dan jenis, ada sapi, kuda, anoa, badak, tapir, dan beberapa yang tak mampu disebut. Hewan merangkak pun tak sedikit yang paling besar, tentulah buaya, ada pula komodo, kadal, cicak, dll. Hewan yang melata, ular, ulat, kaki seribu, wow, banyak pula keberadaannya. Binatang yang ganas, atau karnivora, begitupun ada juga, mulai singa, harimau, macan tutul, macan hitam (panther). Beratus jenis burung-burungan pun hidup subur di negeri ini, ayam kampung, ayam negeri, ayam hutan, ayam buras, burung bangao, burung nuri, burung betet oh, begitu banyaknya jenis dan jumlahnya, rasanya seperti tak terhitung. Lantas, hewan apa yang kau minta? Rasanya ada dan selalu ada. Hewan di air? Berbagai jenis ikan, beranak pinak di perairan di negeri ini, mulai ikan yang amat besar, macam paus dan hiu atau ikan arwana yang katanya mengundang keberuntungan, bahkan ikan dari negeri lain pun mampu hidup dengan baik. Ikan mujair yang begitu mudah beranak pinak tumbuh dengan subur. Atau ikan warna-warni yang enak dan menambah semangat untuk dinikmati dan ditonton. Ya, berbagai fauna hidup subur di negeri ini.

Kebutuhan pertambangan pun ada berbagai macam, emas ada, platina ada, uranium ada, batubara, bahkan nyaris tak mampu diurus saking banyaknya, pasir besi begitu terhampar luas di pantai-pantai negeri ini. Tembaga, alumunium, nikel, bauksit, atau tambang yang berbentuk gas dan cair, semacam minyak tanah, gas (LNG), bensin, solar. Begitu mudah untuk diambil, sepanjang ada keinginan dan kemauan.

Tenaga kerja, begitu membludak jumlahnya, mulai dari yang skillnya pas-pasan hingga yang pendidikan hanya dikuasai orang-orang tertentu saja. Negeri ini mengekspor tenaga kerja kasar ratusan ribu setiap tahun. Di lain pihak, yang mempunyai kemampuan tinggi, yang menguasai teknologi tinggi, tak sedikit jumlahnya juga. Beberapa bahkan tak mau balik lagi ke negeri ini, bukan karena ketakmampuannya, tetapi bahkan karena kemampuannya yang jarang dimiliki di seluruh dunia. Jadi, kalau disebut negeri ini kekurangan tenaga kerja? Rasanya kok mengada-ada saja. Tidak! Tentu tidak sedikit, baik jenis maupun kualifikasi tenaga kerja di negeri ini.

Lantas? Lantas mengapa negeri ini begitu terpuruk? Hutang yang menumpuk, hutang tak mampu dibayar oleh generasi yang bersangkutan, yang harus diwariskan ke generasi berikutnya. Tak tahu malu!

Kenyataan memang begini, sedikit orang begitu kaya raya, bahkan oleh Forbes dimasukkan ke dalam orang terkaya sedunia, atau se asia-pasifik. Namun banyak orang yang tak sanggup makan dengan normal, hidup di gubuk-gubuk di bawah jembatan-jembatan, di bantar-bantar sungai, tak layak pandang. Tiba-tiba sawah-sawah di desa-desa tak layak ditanami, tak menguntungkan!

Tiba-tiba sumber air bersih berkurang dengan cepat, air tanah yang keluar, adalah air yang keruh yang berwarna kekuningan, jika ditaruh di ember dalam beberapa saat akan mengendapkan kuning kecoklatan, laksana besi. Tak layak direbus untuk diminum, bahkan sekedar untuk dipakai mencuci baju.

Mengapa? Mengapa negeri begitu kaya raya berubah menjadi begitu merana-rana? Tidak adakah kita sempat berfikir? Tak adakah kita ingin mengubah nasib? Ataukah kemeranaan ini akan kita bawa kepada anak cucu kita? Ketika Allah, telah memberikan karunia yang luar biasa, yaitu terusirnya penjajah dari negeri asing, mengapa kita tak meneruskan perjalanan negeri ini dengan mengusir penjajah dalam negeri? Untuk apa kita menggelayutinya, jika hanya akan menyebabkan semakin merananya kita?

Sudah saatnya kita berubah!

No comments:

Post a Comment