24 November 2006

Bersepeda


Pagi hari ini, Jum'at 24 Nopember 2006, di radio juru bicara Presiden si Andi Kumis menghadiri event tentang sepeda tak bermotor, dan mengusulkan agar Pemerintah Daerah melirik untuk membuat jalur khusus sepeda, mengingat sepeda bekerja tanpa polusi dan menyehatkan.

Ide ini adalah ide yang baik dan sudah sewajarnya dipikirkan, direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi dengan baik. Sepeda akan menyebabkan pengendaranya mengeluarkan keringat, keringat yang dikeluarkan akan mengeluarkan pula sisa-sisa kotoran, sehingga kebersihan bukan hanya sekedar fisik yang tampak, melainkan fisik yang tak nampak, seperti jantung, akan terpacu dengan baik, begitupun zat-zat tak baik dalam tubuh, akan keluar bersamaan dengan keringat. Sehingga sehatlah secara fisik manusia yang bersepeda.

Dari sisi waktu tempuh, dengan bersepeda tidak akan jauh berbeda dengan bermobil, dengan mengingati di daerah perkotaan sdah terkenal macet, sedangkan bersepeda akan mampu melaju dengan melalui jalur-jalur yang sempit.

Memang ada kekurang yang tampak jika pengendara sepeda tidak diberi jalur khusus, pengendara akan menghirup asap knalpot secara langsung, beda sekali dengan pengendara mobil yang akan difilter dulu melalui mesin AC, karenanya harus dibuatkan jalur khusus sepeda onthel.

Pembuatan jalur khusus sepeda onthel tidaklah mudah, di daerah Bekasi pengendara sepeda motor sedemikian banyak, ketika lampu merah terjadi, maka rasanya seperti melihat sekawanan burung yang berjumlah ribuan berkerumun, kemudian begitu lampu hijau pyuuuung ribuan sepeda motor bergerak ke kanan dan ke kiri mencari sela diantara mobil-mobil, akibatnya tentu jika tidak didesain dengan baik, jalur sepeda onthel akan dipakai oleh pengendara sepeda motor.

Sepeda onthel dengan sepeda motor, dari sisi lebar, hampir mirip seukuran, namun dari sisi lebar ban, tentunya sepeda onthel lebih kecil. Dengan mendasarkan pada ukuran ban inilah, kita dapat mendesain jalur jalan yang hanya cocok untuk sepeda onthel. Dibuat jalur yang mulus dengan ukuran selebar ban sepeda onthel, sedangkan diluar jalur itu dibuat menggunakan batu-batu kerikil, sehingga jika diluar jalur sempit tersebut akan berada pada daerah kerikil, sehingga tidk nyaman untuk menggunakan jalur tersebut. Tentunya agar tidak terlalu membahayakan kerikil yang digunakan yang cukup kecil saja, sekitar diameter 5 cm dan ditanam sekitar 3cm, sehingga cukup kokoh untuk tidak mudah terkeluarkan dari badan jalan.

Selain itu adalah hal yang biasanya dibuatkan rambu lalu lintas yang menyatakan jalur tersebut khusus untuk sepeda onthel, bukan diluarnya.

Harapannya orang-orang yang tidak menyumbang polusi leih dihargai dibanding para penyumbang polusi yang tak sedikit jumlahnya, namun pemilik uang sehingga dapat merasa sebagai penguasa jalanan. Wajarnya penguasa jalanan adalah orang-orang yang dengan rela hati lebih menyukai kondisi udara yang bersih dan sehat.

Selamat bagi pesepeda onthel!

22 November 2006

Indonesia Importir

Nasib petani di Indonesia tidak ada yang membela, bahkan pemerintah sekalipun.

Ada dua tulisanku tentang nasib petani, yang satu menceritakan petani bawang merah dan yang keduanya petani garam, di akhir bagian pasti menyatakan betapa diantara kesenangan karena panen raya, ternyata membawa petaka, karena harga yang langsung anjlok. Sehingga biaya produksi tak mampu tertutupi dengan menggunakan penghasilan yang didapat dari panen.

Tadi pagi atau malam aku dengar di televisi akan ada blunder baru yang akan ditetapkan oleh pemerintah. Petani beras yang juga mengalami nasib yang sama dengan petani di atas dalam hal menjual hasil panen yang tak sepadan dengan biaya produksi, akan segera bertambah duka citanya. Selain impor beras terus berlangsung, yang katanya diakibatkan oleh sedikitnya produksi beras dalam negeri, maka akan ditambah penderitaannya dengan rencana pemerintah menaikkan harga pupuk, padahal yang harga eceran yang ditetapkan pemerintah saat inipun tidak bisa petani membeli pupuk dengan harga sesuai aturan pemerintah tersebut, pasti lebih tinggi, apalagi dengan wacana akan dinaikkannya harga pupuk.

Cara berfikir IMF yang akan menghilangkan subsidi memang akan menguntungkan secara selintas pada pemerintah, beban yang ditanggung pemerintah akan berkurang, namun dibalik itu akan menghadapi masalah lebih besar di kemudian hari.

Biaya produksi yang tinggi di dalam negeri tak mampu menghasilkan pendapatan para produsen dalam negeri akan menyebabkan masyarakat tak mau mengambil resiko untuk berperan di bidang produksi ini. Jika hal ini terjadi maka semua yang ada hanyalah impor semata, akibatnya harga akan ditentukan dari pihak luar, tingkat kebergantungan msyarakat Indonesia akan amat dan sangat tinggi, sehingga jika terkena embargo, sudah terbayang oleh saya, pastilah banyak manusia Indonesia yang kelabakan, yakin dehh....

Maka cita-cita beberapa orang masa lalu yang selalu ingin agar masyarakat dapat mandiri rasanya akan semakin jauh dengan policy pemerintah yang demikian absurd.

Selamat menikmati produk impor...

21 November 2006

Coba lagi

Saya sedang mencoba mengisi blog lagi setelah nyaris bingung mau diapaain.

Akhirnya aku tahu masalahnya, yaitu: internet explorer tidak support editor dari blogger beta. Tahunya ini setelah berkunjung di ruang DPM STT Telkom. Ruangan yang bernuansa rapat dan rapat ini, menyediakan satu dan dua komputer untuk mendukung kegiatan ketuanya. Nah, saat itu ternyata sang ketua sedang browsing menggunakan firefox mozilla. Ternyata berhasil menampilkan editor dengan baik. Jadi, hati-hati menggunakan internet explorer.

Seminar TRANS TV

Tulisan ini belum sempat saya edit, yang teringat dan langsung saya tulis, jadi seandainya tidak enak untuk dibaca ya harap maklum. Menceritakan tentang Seminar TRANS TV pada hari Sabtu, 18 Nopember 2006:

Peserta mahasiswa dan alumni ternyata benar memenuhi kursi yang disediakan, walaupun tak semua kursi terisi, namun 99% kursi terisi. Dunia televisi memang menarik orang.

Persaingan yg amat ketat di dunia TV menyebabkan bersegera berubah kondisi yang ada, hal ini membutuhkan orang-orang muda yang masih mudah bersegera berubah.

Pembuatan program yang hanya satu jam ternyata membutuhkan waktu dari jam 12 siang s/d jam 01 malam.

Industri TV padat modal dan padat karya (banyak orang yg dilibatkan).

Seniman tetapi seragam, bentuk seragam yg menunjukkan keuletan kerja, pekerja keras, kompak.

Industri TV berkultur barat, yang serba cepat, sehingga tidak boleh terlalu lama ada

Iklan 30 detik utk program Ramadhan harganya 100juta Rp

Rating yg bagus menentukan harga jual, jika rating turun harga iklan turun. Presenter ditentukan oriental look, mojang priangan, atau yang ekstrim sekalian, dll ditentukan oleh penonton, yg biasa saja nggak kepakai.

Dinilai setiap hari Rabu, melalui AC Nielsen

Creative:
- melampaui batas
- gunakan yg ada
- bernilai jual

Pak Ishadi tidak hadir, saya belum tahu kenapanya

AC Nielsen menguasai perusahaan peratingan TV di seluruh dunia, TRANS TV bayar 1,5M setahun.

Program TRANS TV: 80% dibuat sendiri

beli 1 jam ~ 40menit (karena diselang sama iklan) paling murah 250juta Rp.

Investasi hardware 20-35juta$ US utk tingkat regional

HRD:

total 1500 orang, turn over 250 orang termasuk amat tinggi, dianggap sesuatu yg normal saja, bukan hal yg buruk

300orang yg diterima di TRANS TV dari 30000-an, yg gagal karena:
1. Generale Knowledge pdhl What you see what you get
2. Bahasa Inggris ==> SMA
3. Psikologi ==> tidak menjadi diri sendiri
4. Wawancara: news, produksi, transmisi, dll

Yg dicari multi talent©©Alumni STT Telkom: bbrp yg menjadi pejabat transmisi di daerah

Sikut menyikut adalah hal yg biasa di JKT, jadi jangan takut, yg terpenting menjadikan hal itu menjadi tantangan

3 Desember ada rekrutmen di Bandung, mulai www.transtv.co.id

Fans bisa bergabung di Fans TRANS TV

60M, 160M, 300M, 600M, 1T pendapatan

Tidak boleh ada pembatasan utk berpindah/ keluar dari TRANS TV, malah hal ini menjadi kebanggaan, karena harganya naik. Persaingan dgn mantan pegawai TRANS TV.

7 Desember akan dilaunch logo baru

PARA Group (Chairul Tanjung, Wiranto) akan diubah menjadi TRANS CORPORATE utk bermain di media

TV 7 diambil karena kesamaan visi yaitu Nasionalisme

Magang ada, ttp hanya dibatasi 40orang utk satu bulan

17 November 2006

Peminat acara TRANS TV Luar Biasa

Sejak diumumkan secara terbuka, bahwa TRANS TV akan menyelenggarakan seminar tentang Broadcasting di STT Telkom, peminat mulai berdatangan, baik secara lisan, tulisan dan datang langsung.

Saat ini dunia pertelevisian memang sedang naik daun. Peminat di bidang ini meningkat dengan pesat terus berkembang dan banyak jumlahnya. Hal ini pun patut dimengerti karena stasiun TV berdiri dengan gagahnya dan langsung banyak jumlahnya, baik bersiaran tingkat nasional, maupun lokal/ regional. TV lokal Bandung pun tak sedikit ada TVRI Bandung, Bandung TV, STV, dll. Belum lagi di kota lain, di Malang pun yang termasuk kota tidak sebesar Bandung sudah berdiri TV lokal Malang. Artinya begitu gegap gempita dunia televisi di Indonesia.

Belum lagi, dengan dibukanya kran untuk menayangkan siaran televisi tanpa batasan waktu. Beberapa bulan yang lalu ketika Indonesia merasa engap-engapan dengan energi listrik dan BBM, presiden pernah meminta secara langsung, agar siaran televisi dan radio dibatasi waktunya. Namun ternyata pemilik stasiun televisi mulai sadar, nggak cukup lagi waktu yang sediakan, sehingga akhirnya 24jam nonstop televisi melakukan siaran. Memang beberapa stasiun TV mematikan siarannya pada jam-jam tertentu.

Dengan kondisi yang demikian, pantas saja peminat acara seminar TRANS TV, begitu membludak. Pendaftaran yang dilakukan di BKA saja sudah menembus angka 450 orang pada hari Rabu, dan akhirnya dibebaskan kembali, sehingga langsung tembus 500 orang. Itupun dengan keterbatasan ruangan nggak mungkin ditambah lagi, sehingga berpuluh kali menolak mahasiswa yang ingin ikut.

Beberapa sempat saya beritahu: "Silakan saja datang, jika ruangan masih kosong pada waktu tertentu, maka anda bisa masuk. Jika tidak ada, ya di luar saja".

Di STMB Telkom pun cukup banyak, ada sekitar 65 orang.

Beberapa kali kegiatan mahasiswa di STT Telkom begitu banyak pendaftarnya namun saat pelaksanaan langsung turun drastis. Saya mengharapkan terjadi perubahan perilaku mahasiswa, tidak hanya sekedar gembira mendaftar tetapi langsung pula menetapi komitmennya.

Semoga acara besok mahasiswa komitmen dengan pendaftarannya.

Butiran Putih

Di daerah kelahiranku banyak tanah yang dibuat kotak-kotak, tanah-tanah ini amat dekat dengan laut, yang biasa kita sebut pantai. Di sekeliling kotak-kotak tersebut biasanya diberi saluran air. Biasanya terdapat kincir air skala kecil atau pompa air yang akan memindahkan air dari saluran ke dalam kotak-kotak tersebut. Terdapat pula diantara pojok-pojok hamparan sawah tersebut rumah-rumah kecil yang beratap rumbia ataupun genteng, berdinding anyaman bambu, biasanya dinding dibuat amat rendah, rumah-rumah kecil ini dipakai untuk istirahat para penunggu sawah. Di lain pihak terkadang terdapat pula rumah-rumah semacam itu, tetapi dalam bentuk yang lebih besar dan berderet, biasanya dipakai untuk gudang atau lumbung.

Di daerahku sawah-sawah ini terletak sebelum masuk ke Juwana sebelum jembatan yang membagi jalan menuju dua tempat yang berbeda, satu menuju terminal Juwana dan satu lagi menuju alun-alun Juwana. Dan setelah kota Juwana menuju Rembang.

Di awal pengerjaan tanah akan diratakan menggunakan roda yang didorong, kemudian diberi alur aliran air sehingga dapat tersebar merata. Kotak-kotak yang berbentuk mirip sawah ini, akan diisi air dan didiamkan saja, sehingga air menguap dan meninggalkan butiran-butiran kecil yang berwarna putih, yaitu garam. Jika sudah menghasilkan maka terlihat hamparan putih meluas, bau asin tersebar setiap hari. Garam-garam ini akan dikeruk dikumpulkan dan dibawa ke lumbung atau langsung dibawa ke pabrik untuk dipacking/ cetak dan ditambahi Yodium. Yodium dimaksudkan untuk mengurangi penyakit gondok.

Saat ini di seluruh negeri, sedang musim kemarau yang amat panjang, sehingga para petani yang mengerjakan sawah-sawah garam ini sedang panen raya. Mereka bergembira, karena hasil yang melimpah ruah.

Pagi ini saya lihat di TV yang sedang menyiarkan berita, di daerah Indramayu, beberapa orang menuangkan karung-karung yang berisi butiran garam ke jalan raya. Hal ini membuat para pengendara kendaraan mengurangi kecepatan. Sedang apa mereka? Apakah ingin menggarami jalan raya? Apakah selama ini aspal sudah terlalu manis? Ataukah supaya warna jalan menjadi putih?

Entah mengapa negeri ini? Hidup para petani sudah terbiasa dengan kondisi miskin, tak ada petani yang hidup dengan baik di negeri ini. Mereka memang sudah biasa hidup di gang-gang sempit dan rumah berdinding anyaman bambu. Padahal kalau melihat dari hasil panen pastilah ada sedikit kemampuan untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.

Petani garam di Indramayu tersebut ternyata sedang melakukan protes yang cukup keras, mengingat harga garam jatuh, meloncat dari harga Rp300,-/ kg menjadi hanya Rp 50,-/ kg. Harga yang jauh-jauh dan amat jauh dari kondisi biasa. Tentunya akan membuat para petani amat dang sangat kecewa. Setelah petani bawang melakukan hal yang sama, membuang bawang merah ke jalanan.

Entah mengapa para pemilik modal kuat dan juga para penguasa membuat kebijakan yang amat merugikan para petani?

16 November 2006

Temu Alumni STT Telkom

Mestinya alumni mandiri, tidak terkooptasi oleh yang institusi STT Telkom ataupun oleh institusi yang lainnya.

Yang ada, adalah kesetaraan organisasi, bukan oposisi, bukan bawahan, sehingga mampu memberikan penilaian pada STT Telkom dengan baik dan objektif. Suara yang disuarakan adalah suara alumni STT Telkom.

Jika kemudian STT Telkom menghendaki agar para alumni dapat bertemu, dapat berkumpul, dapat berkonggres, dst, karena ikatan alumni belum berjalan sebagaimana mestinya, bahkan terlihat seperti ogah bertemu sesama alumni. Kondisi ini tentunya terasa aneh bagi institusi pendidikan. Bagaimana mungkin alumni yang jumlahnya tak sedikit dan mempunyai peran diberbagai bidang kehidupan tak mampu menjalin komunikasi dengan lebih baik dan bisa terlihat oleh banyak orang lain yang lain?

Memang sudah wajar dan sewajarnyalah alumni membangun wadah sendiri, wadah yag bercirikan kemandirian, dan kebebasan dari segala institusi yang ingin mengukungnya. Maka saya (sebagai Ka. BKA) menghendaki alumni berbuat dengan motto: dari, oleh, dan untuk alumni. Semuanya demi kebaikan alumni sendiri.

Ayo, jangan mundur lagi!! Datanglah saat konggres alumni pada tanggal 18 Nopember 2006.

13 November 2006

The Real Terorism

Atas nama PBB, walaupun tidak ada suara bulat untuk mendukung tindakannya, Amerika tetap saja menyerang Irak dengan tuduhan menyimpan senjata pemusnah massal, dan hingga saat ini tidak terbukti tuduhan tersebut.

Anehnya PBB tidak berani memberikan sanksi kepada Amerika atas tindakan gegabah tersebut. Sanksi dapat diberikan kepada Amerika sebuah negara atau diberikan kepada pribadi George W Bush, sebagai penjahat perang, karena begitu banyak manusia yang mati akibat kekejamannya.

Bagaimanapun perlu pula dilakukan pengadilan atas apa yang disebut sebagai tahanan Amerika yang salah satunya dilakukan Guantanamo, tetapi hingga saat inipun tidak ada upaya pengadilan yang adil atas mereka. Mereka ditahan dengan tingkat pengamanan yang ekstra bahkan amat ketat. Ketika kemudian ada berita bahwa Umar Al-Faruq mampu melepaskan diri dari kungkungan penjara Guantanamo, banyak orang yang mencibir, tidak mungkin hal itu terjadi atau pendapat yang lain menyatakan seketat-ketatnya pengamanan yang dilakukan, ternyata masih ada juga celah untuk lolos.

Amerika sebagai negara pengadil yang dianggap paling adil, yang dianggap mampu menegakkan demokrasi dengan seimbangan antar pihak, ternyata tak terbukti. Bohong belaka. Kebebasan yang selama ini ditawarkan pun ternyata hanya kebohongan. Bohong dan bohong, itu yang selalu ditampilkan olehnya.

Kebohongan itu laksana apa yang ditunjukkan oleh film-film action Hollywood, yang berkesan hebat, yang berkesan luar biasa, namun tak terbukti bahwa hal itu menjadi kenyataan dan bisa dilakukan. Manalah mungkin hanya dengan seorang Rambo mampu mengobrak-abrik lawan-lawan di Vietnam, yang jadi kenyataan adalah lari tunggang langgangnya tentara-tentara Amerika terbirit-birit meninggalkan medan laga.

Apakah mimpi-mimpi ini yang kita ikuti? Apakah khayalan sebagai Pengadil Yang Maha Adil yang kita ta'ati? Ataukah kita sudah tersihir oleh tukang sihir? Apakah setuju kita menjadi pendukung, baik langsung maupun tak langsung 'The Real Terorism'? Ataukah kita hanya ketakutan terhadap bayang-bayang Raksasa yang seolah-olah Menjamin Keamanan Dunia?

Tentunya tak boleh kita balas dendam, karena Islam mengharamkan balas dendam, ayo mari kita bangun dunia ini berdasarkan kenyataan yang adil dan menentramkan. Ayolah kita bersama membawa kehidupan di dunia ke dalam kehidupan Yang Adil dengan Senyata-nyata, sesuai Keadilan yang Haq, yang memang harus diwujudkan, Keadilan yang akan membawa setiap manusia sesuai denga Fungsi dan Perannya, keadilan seperti yang digambarkan oleh Rasul-NYA, jikalau anakku Fatimah berbuat kesalahan dan sesuai aturan Ilahi Rabbi, harus dipotong tangannya, maka akan aku potong tangannya. Samanya kedudukan di depan Maha Pengadilan, dan sederajatnya manusia di hadapan Pengadilan yang memang adil. Keadilan yang tidak lagi diukur oleh kepentingan, hasrat dan nafsu hewani, tetapi keadilan yang jelas dan sah tolak ukurnya. Keadilan yang pemimpinnya sendiri siap diambil nyawanya jika melakukan kesalahan! Keadilan yang bukan ditentukan oleh bukti fisik semata, namun niat dan hal-hal yang ada di balik itu harus terungkap pula, tidak cukup dengan bukti bahwa seseorang telah mencuri, namun mengungkap pula, mengapa dia mencuri, maka yang menyebabkan dia mencuri itulah yang terkena hukuman.

Ketika kemudian tuduhan tidak terbukti, mengapa kita mesti takut, ta'at kepadanya? Bukankah kekuatannya pun hanya sebuah fatamorgana, hanya tampaknya saja besar dan kuat, bukankah kenyataannya tidak begitu? Kenapa mesti takut dengan kekuatan yang bersifat khayalan saja? Ketidaktakutan itu bukan dinyatakan dalam bentuk balas dendam, namun dengan menggiring diri menuju keadilan yang sejati.

10 November 2006

Presdir TRANS TV ke STT Telkom

Sebuah kehormatan bagi saya dan juga para civitas academica STT Telkom, ketika San Zendith, mantan mahasiswaku yang pernah menjadi finalis Srikandi pajak, menghubungi via telepon.

Dia minta waktu agar direksi stasiun TV tempat dia bekerja, yaitu: TRANS TV, dapat menyampaikan wawasan tentang Broadcasting kepada mahasiswa dan komponen yang lain di STT Telkom. Ya... saya setuju banget...

Akhirnya setelah kontak dengan Puket 3 dan Ketua Temu Alumni, ditetapkan tanggalnya 18 Nopember 2006 09.00 sampai dengan 12.00.

Harapan saya dengan turun langsungnya Direksi TRANS TV civitas academica STT Telkom memperoleh wawasan yang mencukupi tentang Dunia BroadCasting, yang saat ini pun cukup mendominasi kehidupan keseharian kita.

Jadi? Siapa saja yang mau hadir? Silakan, mumpung gratis.

O, ya, direksi TV 7 pun akan hadir pula pada acara ini.

Pahlawan

Hari ini 10 Nopember 2006, hari peringatan para pahlawan. Sesuatu yang terasa lebih berbeda dibanding biasanya. Sejak kemarin malam telah aku dengar di radio Elshinta 89,3 untuk Bandung, tentang himbauan dari pihak yang berkompeten, yaitu dalam rangka memperingati hari Pahlawan. Caranya sangat mudah: bagi para pengendara dihimbau untuk menghentikan kendaraannya pada pukul 08.15 selama 60 detik.

Saya harus mengantar keponakan balik dari Bandung menuju Serang Banten hari ini. Kalau berangkat terlalu pagi saya pikir, kasihan pada keponakan, hingga diambil keputusan berangkat jam 07. Dan alhamdulillah, perjalanan ke Terminal Leuwi Panjang cukup lancar. Beberapa kemacetan terjadi di sekitar MTC, karena sebuah partai berkostum merah mengadakan acara di sana, mungkin acaranya pengobatan gratis.

Berikutnya kemacetan terjadi di lampu merah Samsat, kalau di sini sih sudah biasa, setiap pagi selalu macet. Karena jalan tak mampu menampung jumlah kendaraan.

Ketika balik dari terminal Leuwi Panjang, sekitar jam 08.14 sampai di perempatan Buah Batu-Soekarno Hatta. Ternyata polisi yang bertugas di tempat tersebut cukup melaksanakan tugas dengan baik. Semua arah dihentikan. Maka beberapa bel pun berbunyi, ah, untuk menambah suasana peringatan ini, aku pencet bel juga bersamaan dengan lampu Hazard. Ramai ....

Inilah hari pahlawan, mengenang kejadian 10 Nopember 1945, yang dipicu oleh matinya Brigjen Mallaby, entah oleh peluru atau oleh bambu runcing. Anekdot pernah diungkapkan berkaitan dengan kejadian tersebut. Mallaby merasa dielu-elukan oleh masyarakat Surabaya. Mereka membawa tongkat-tongkat yang digerak-gerakkan ke atas. Dengan penuh suka cita Mallaby merasa disanjung. Namun apa yang terjadi ternyata tongkat bambu itu ternyata ditusukkan ke badannya. Karenanya matilah dia...

Sesudah kejadian 10 Nopember 1945 itu yang menelan korban yang tidak sedikit, beberapa orang sempat ragu: apakah jika mati karea perjuangan yang demikian ini dapat diterima oleh Yang Maha Kuasa?

09 November 2006

Pembangunan SME (UKM)

Kebutuhan UKM (SME):
1. Ilmu ttg pembuatan produk
2. Ilmu ttg bagaimana produk tersebut dibuat secara ekonomis sehingga layak jual (ilmu kewirausahaan)
3. Modal (dana) awal
4. Modal (dana) operasional
5. Tempat/ Ruangan/ Gedung

Untuk nomor 1 didapat dibangku kuliah dengan menggabungkan beberapa mata kuliah. Dan mestinya para mahasiswa atau alumni sudah memiliki. Tinggal masalah bakat yang memang mampu mendorong muncul inovasi baru.

Untuk no 2 bisa didapat di matakuliah kewirausahaan dan belajar dari pengetahuan yang bisa diperoleh secara umum.

Untuk no 3 dan 4 STT Telkom dapat berperan sebagai perantara atau malah menanamkan sebagian dana yang ada. Jika menjadi perantara, maka pihak pemilik modal adalah bank (STT Telkom berperan sebagai penjamin), CSR industri IT (STT Telkom sebagai perantara atau semacam holding company dari beberapa SME), dan BTC, Departemen Koperasi atau pihak lain (STT Telkom hanya sebagai pembuka wawasan kepada Mahasiswa atau alumni tentang tata cara pendanaan).

Pendanaan yang sudah pasti adanya, yaitu dari PKMK (Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan). Dengan PKM ini mahasiswa mulai belajar untuk membentuk usaha. Besaran dananya tidak begitu besar, namun cukup untuk membentuk usaha kecil, yaitu sebesar 6juta Rupiah.

Untuk no 5, berarti STT Telkom menyediakan lahan dan bangunan yang representatif untuk digunakan sebagai kantor, tempat memproduksi/ pabrik, toko, dll. Dan ini yang sebenarnya mudah dilakukan STT Telkom, karena lahannya masih luas dan juga akan mendekatkan STT Telkom dengan industri. Dari sisi lokasi STT Telkom sangat dekat pusat uang (sekitar 80% uang beredar di sini) dan aktifitas di Indonesia, yaitu: Jakarta, perjalanan ke pusat kota tersebut hanya butuh waktu 2 jam, sehingga terhitung sangat dekat. Apalagi dengan diperbaikinya fasilitas akses jalan di gerbang tol Buah Batu. Yang agak mendesak untuk dilakukan tentang akses jalan ini adalah memperlebar ruas jalan dari pertigaan Bojong Soang ke gerbang tol Buah Batu, sehingga mengurangi kemacetan, setelah ruas tol.

Keuntungan dengan adanya SME di sekitar lahan STT Telkom:
1. Lebih memudahkan untuk mewujudkan link and match antara industri dan dunia pendidikan tinggi. Kalau awal berdirinya STT Telkom hanya sekedar di-sounding-kan saja istilah link and match, saatnya mewujudkannya. Tentunya dengan perwujudan link and match ini akan banyak keuntungan lain yang bisa didapat oleh STT Telkom.
2. Mempercepat waktu tunggu lulusan.
3. Pengajaran lebih membumi, tidak hanya sekedar teoritis
4. Menumbuhkan ekonomi Indonesia dengan industri kecil dan menengah yang tangguh
5. Mendorong mempercepat pergerakan ilmu-ilmu baru di bidang rekayasa
6. Menambah pendapatan STT Telkom selain tuition fee

Kunjungan Bush

Rencana kunjungan dedengkot teroris dunia (berdasarkan buku Choam Nomsky) saat ini begitu marak diperbincangkan di tanah air. Tak sedikit elemen masyarakat yang menolak rencana kunjungan ini. Namun pemerintah masih dengan tegas dan kuat menyatakan untuk tetap menghadirkan Bush di Istana Bogor.

Presiden dari negara adidaya ini memang luar biasa banyak musuhnya, baik di dalam negerinya sendiri maupun di luar negerinya. Bagaimana tidak sedikit wong negara Irak dijajah dengan alasan menyimpan senjata pemusnah masal, walaupun sampai saat ini tidak terbukti senjata tersebut ditemukan.

Begitupun Afghanistan dengan alasan menyembunyikan tokoh Al-Qaeda. Padahal banyak orang yang tahu pula, bahwa Al-Qaeda awalnya adalah dibangun oleh Amerika juga, yang kemudian membelot, ganti melawan Amerika, senjata makan tuan. Yang katanya di Afghanistan saat itu, banyak menghasilkan heroin, dkk, ternyata malah sebaliknya badan bentukan PBB yang mengurusi heroin di Afghanistan merasa terancam kehilangan pekerjaan, karena heroin menurun drastis.

Belum lagi negara lain yang banyak juga didzalimi oleh Amerika, sehingga sewajarnya oleh Ayatullah Imam Khomeini negara ini disebut sebagai Setan Besar.

Untuk berkunjung selama sekitar 6 sampai 10 jam itu pemerintah mengeluarkan dana tak kecil jumlahnya sekitar 8Milyar Rupiah (sumber Liputan 6 pagi SCTV tanggal 9 November 2006). Belum lagi dana yang harus ditanggung oleh masyarakat kecil yang terkena dampak dari kunjungan tersebut, lapak yang tergusur, HP yang akan nge-jam, arus lalu lintas yang harus diubah, jalur angkot yang akan menerima akibatnya.

Padahal saat ini telah diketahui Bush kalah dalam Pemilu yang sedang berlangsung di sana.

Yah, bingung juga aku dengan negara ini.

Kekecewaanku

Nggak tahu apa yang harus aku ucapkan atau apa yang harus aku perlu dilakukan. yang jelas aku marah, kesal, campur aduk jadi satu. Namun utk apa marah dan kepada siapa?

Mobilku di parkir yang memang tempat parkir mobil antara gedung K dan A-B, tetapi dicoret-coret dengan benda tajam atau tumpul tetapi keras, shg catnya terkelupas.

Padahal di tempat parkir tsb ada yang jaga ataukah ada penjaga yang tidak menjaga? Hanya diam terbisu di tempat duduknya? Ya, Allah, tak ingin aku ber-su'udzon.

Lingkungan STT Telkom memang berat dari sisi keamanan, terlalu terbuka dan bahkan mahasiswa beserta para karyawan dan dosen memang mengharapkan terbukanya STT Telkom.

Keinginan mahasiswa untuk dengan rela hati menginginkan orang sekitar masuk ke dalam STT Telkom dengan alasan kemanusiaan, lantaran kemiskinan, kebodohan, dsb, karenanya perlu dikasihani. Tentunya keinginan bergaul para mahasiswa dengan penduduk itu baik, namun jelas harus pula ada batasnya. Karena rasa kasihan mestinya ada tempat,
ada batasannya.

Kemelaratan, kemiskinan, kebodohan itu mestinya ada yang sudah pasti mengurusnya, karena di Undang-Undang Dasar '45 maupun amandemennya hal itu pun sudah diatur, sehingga mahasiswa harusnya tidak menunjukkan peri kasihanan dengan tanpa batas. Harus ada pengaturan yang lebih baik lagi.

08 November 2006

Kompilasi Pulang Kampung

Wah, mahasiswa STT Telkom memang luaaaar biasa, terutama mahasiswa yang berasal dari Pati, mereka menyatakan namanya: Kompilasi (KOmunitas Mahasiswa PILihan ASal patI). Bayangkan ada 26 orang mahasiswa yang berasal dari Pati.


Bis Pahala Kencana yang membawa ke Pati





Rombongan Kompilasi, Kumpul di Bawah Bendera










Dan ketika ada di Pati pun mereka sempat berkumpul. Dan salah satu acaranya sungguh di luar dugaan, yaitu selama seminggu mereka akan keliling Pati untuk mempromosikan STT Telkom pada saat liburan pergantian Semester.


Kumpul di rumah Etty, nasi Gandulnya enak

Sajian TV

Sakit itu memberikan diriku manfaat yang lain, berjam-jam selama 2 hari aku membuka semua saluran TV, pagi, siang dan malam aku tonton semua saluran TV. Secara acak ataupun sistematis aku buka semua saluran TV.

Maka aku dapatkan sesuatu yang mengejutkan diriku. Stasiun TV yang fokus pada hiburan akan menyajikan siaran-siaran tentang: humor, gosip selebritis, hantu-hantuan, action, dan kuis. Sedangkan untuk sajian informasi beberapa stasiun T menyajikannya dengan gaya cerdas.

Tayangan yang berbau pendidikan masih amat dan sangat sedikit.

Dari tayangan yang bersifat hiburan amat banyak yang menampilkan bagaimana caranya berantem, baik berantem secara fisik, perang yang disajikan secara jelas dan nyata, pesawat mengebom, orang membunuh lawan dengan keji, tidak cukup hanya sekedar mati yang disajikan dalam sinetron maupun movie, tetapi disajikan pula dalam bentuk news (berita). Bahkan ada pula berantem dalam bentuk adu suara dan argumentasi, yang disajikan secara blak-blakan menggunakan tayangan infotaintment. Gosip, gosip dan gosip...

Rasanya seperti tidak ada kedamaian di bumi ini. Semua orang berantem, baik melalui sinetron (yang sudah pasti bohongnya, namun ditampilkan seperti benar adanya), maupun dalam bentuk news (berita, yang mestinya benar adanya).
Balas dendam itu intinya!

Oh, tidakkah ada tujuan yang lebih mulia?

Saat ini semua produk yang ada memang hanya sekedar mengejar duit dan duit, maka masyarakat yang sakit, tidaklah mungkin mendapatkan obat. Yang didapat adalah bagaimana sakit itu menjadi-jadi. Jika anda sakit jiwa dalam makna kehilangan atau tidak mendapatkan tujuan hidup yang benar, maka jangan menonton TV, karena pasti malah salah orientasi hidup.

07 November 2006

Geliat Raksasa China

Saat masih ada Uni Soviet, negara ini terkesan terseok di bidang ekonomi, apalagi di bidang teknologi luar angkasa. Amerika telah mengirimkan pesawat luar angkasa, bahkan sebelumnya sudah pernah mengirim manusia untuk menginjakkan kaki di bulan, begitupun Uni Soviet mengirimkan Yuri Gagarin ke bulan, sekalipun misinya gagal. Namun tonggak teknologi telah pula mencapai kondisi khusus dengan adanya kegiatan tersebut.

Di sisi ekonomi pun saat itu Amerika telah mampu menjadi salah satu barometer ekonomi dunia, negara-negara di dunia cenderung lebih suka menjalin kerjasama dengannya di bidang ekonomi. Begitupun Uni Soviet. Dua kutub yang menyatakan dua kubu yang saling berhadapan, sehingga dikenal dengan istilah perang dingin.

Kemudian Jepang menunjukkan kedigdayaannya di bidang ekonomi, dengan mengekspor barang elektronik dan otomotif tak sedikit jumlahnya. Disusul kebangkitan Korea dengan mengusung produk-produk kendaraan roda empat, dan kendaraan berat untuk peralatan ke-PU-an.

Saat ini China begitu melejit dengan membanjiri Asia dan Eropa dengan barang-barang elektronik, dan tekstil. Harga yang ditawarkannya pun amat dan sangat murah. Sehingga para pesaing bisa-bisa gigit jari jika berkompetisi dengan produk China dengan kriteria harga.

Kondisi yang demikian itu membuat didekati oleh ASEAN dengan membuat Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-China di negara China, bahkan Indonesia pun membuat semacam pameran di negara tirai bambu tersebut. Ternyata tak juga ASEAN, Afrika pun turut mendekati pula, bahkan China menawarkan pinjaman lunak ke negara-negara di benua Afrika. Sebuah upaya China (Timur) untuk membuat bayangan Amerika (Barat).

Amerika Serikat dgn sekutunya yg sedang senang menunjukkan kebolehan militer dan peralatan militernya. Menembus batas negara. Negara yg dianggap menentang dirinya ataupun organisasi yang dianggap akan menjatuhkan dan menghancurkannya segera dibumihanguskan dan diduduki, lantas membuat pemerintahan boneka yang harus mengikuti kehendaknya, baik dengan cara menggerakkan mayoritas penduduk negeri tersebut, sehingga berkesan demokratis, jika mayoritas belum siap memilih pemerintahan boneka, maka pemilu sebagai bentuk perwujudan demokrasi akan diundur pelaksanaannya.

Maka Amerika dan sekutunya akan menghadapi tantangan China dengan gerak ekonomi dan perdagangannya. Teknologi tinggi yang telah mampu diubah oleh China menjadi teknologi rumahan, membuat terbelalak mata para ekonom di seluruh dunia, karena mampu menawarkan harga yang jauh lebih murah, nyaris 10% dari harga yang ditawarkan oleh para pemain lama.

PT Telekomunikasi Indonesia tbk, sebuah perusahaan yang menjadi barometer pergerakan saham, baik di BEJ maupun di Surabaya, dan tercantum sebagai perusahaan penjual jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia, pun akhirnya takluk juga untuk menggaet kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi dari China, Huwa wae. Indonesia memang sudah mulai akrab dengannya.

Amerika yang sudah terkenal boros produk-produknya, begitupun Jepang yang sudah senang bermain dengan harga-harga yang lebih mahal, akan mudah terseok-seok dalam perjalanan beberapa tahun mendatang, ketika produk-produk China diterima oleh pasar dunia, walaupun mereka ditahan dengan proteksi yang ketat dari negara yang bersangkutan.

China akan segera menjadi kiblat teknologi dan ekonomi masal.

Apakah karena hal ini Bush menyempatkan diri selama 6 jam ke Istana Bogor?

03 November 2006

Menjual Potensi SDA Daerah

Bertempat di tempat yang nyaman para calon investor yang diharapkan dari luar negeri, dapat beraudensi dengan pemerintah daerah. Otonomi yang digembar-gemborkan saat masa reformasi sedang hangat-hangatnya untuk melawan sentralisasi yang diterapkan rejim Soeharto, saat ini mulai dijual. Maka daerah-daerah pun dengan bebas dapat mempromosikan potensi Sumber Daya Alam yang ada didaerahnya untuk dieksplorasi para pemodal asing. Awal promosi ini telah dibuka oleh Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Presiden Republik Indonesia, di hotel Sangrila.

Potensi Sumber Daya Alam memang sungguh luar biasa, apapun yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan ini amat banyak tersedia, dari bahan tambang, lahan perkebunan, pertanian, pariwisata, perikanan, lautan/ pantai, begitupun dari sumber daya manusia juga tak sedikit tersedia. Amat dan amat banyak tersedia.

Memang yang kurang dari negara ini adalah kurangnya dana cash. Dana cash dimiliki oleh orang per orang, bukan oleh negara. Negara masih merasa kekurangan keberanian untuk menanamkan modalnya (dana cash yang tersedia), karena untuk menjalankan negara ini sudah amat banyak membutuhkan dana cash.

Memang ada pertanyaan yang menggelayut dalam diriku, mengapa pihak swasta mampu? Padahal yang disebut pihak swasta tersebut bukan menggunakan uang pribadinya, tetap saja mereka menggunakan uang yang berasal dari pinjaman, baik bank dalam negeri maupun bank luar negeri.

Kalau demikian, mengapa bukan pemerintah saja yang melakukan upaya peminjaman? Toh, akhirnya sama saja. Karena ketika ada masalah dengan hutang-hutang swasta akhirnya pemerintah pula yang menanggungnya, kita bisa melihat kasus BLBI, bukankah pemerintah yang akhirnya menalangi hutang-hutang swasta?

Disinilah, ketakutan hal-hal yang demikian ini akan terjadi ketika potensi daerah dijual ke asing. Permasalahan yang muncul pada kasus Freeport yang tak mampu diambil dengan lebih baik untuk kebaikan negara, akan menjalar pula ke daerah-daerah, apa sih kekuatan daerah jika kasus permasalahan ketidakseimbangan pendapatan antara 'pemilik modal' dengan pemilik potensi terjadi? Jangankan daerah, lha negara saja tak mampu berbuat apa-apa terhadap Freeport (90:5:5=pemilik modal asing:pemilik modal dalam negeri:pemerintah, sangat njomplang kan?)?

Melihat begitu amat sedikitnya tenaga ahli yang berada di daerah, ketakutan tersebut adalah sangat beralasan. Kecenderungan pengumpulan dana di kota-kota besar menyebabkan para tenaga ahli, lebih memilih berkiprah di kota-kota dibanding di desa-desa, selain itu ilmu tenaga ahli tersebut juga dicipta untuk mendukung kehidupan di kota, bukan di pedesaan. Inilah penjelasan lebih realitis mengapa tenaga ahli di daerah-daerah amat sedikit.

Dengan kondisi yang demikian ini, adalah amat besar kemungkinan potensi daerah akan diboyong, baik sumber dayanya maupun sumber dananya ke pihak asing.

Sebaiknya pemerintah mampu mendorong pemerataan dan penyebaran tenaga ahli yang sesuai dengan kompetensi dan lapangan kerja yang memang dipelajarinya.

Uang tunai yang saat ini 80% hanya beredar di Jakarta, harus dapat dipecah dan dibagi ke daerah-daerah.

Begitupun sarana dan prasarana yang saat ini amat banyak ada di Jakarta harus bisa dibawa ke daerah. Anda dapat membayangkan betapa murahnya biaya komunikasi di Jabodetabek, sebuah luasan yang jauh amat luas dibanding dengan Kota Bandung, biaya komunikasi di sana dihitung lokal.

Hal ini pula yang cenderung para ahli hanya berkumpul di kota-kota besar saja. Dan promosi penjualan potensi daerah, amat memungkinkan membuat blunder, pengerukan segala sumber daya daerah dibawa ke negara lain.

Bawang Merah

Akhir-akhir ini Brebes sedang panen bawang merah. Sebuah kebiasaan rutin, karena musim kemarau nyaris berakhir. Dan seperti biasa pula harga bawang merah pun segera anjlok di tingkat petani hanya sebesar Rp 2.000,- per kilogram sebuah harga yang lebih dibanding biaya untuk menghasilkan bawang merah yang mencapai Rp 3.000,- per kilogram.

Harga jual yang demikian rendah tentunya mampu membuat para petani hanya sekedar menumpuk hutang saja. Karena biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi bawang merah didapat dari pinjaman. Dan pinjaman ini tak akan mampu dibayar lantaran harga jual lebih rendah dari biaya produksi.

Biaya yang dibutuhkan meliputi: pengolahan tanah, biaya mendatangkan air karena saluran irigasi yang ada sudah tak sanggup mengatur air dengan baik, pemupukan, penyiangan untuk menghilangkan tanaman lain yang menjadi parasit maupun tanaman yang dapat mengurangi jatah makanan dari bawang merah, di lain pihak diperlukan pula obat-obat untuk menghilangkan hama tanaman, mulai ulat, tikus, dan lain-lain.

Dahulu pemerintah sangat tergerak untuk membangun dan memelihara saluran-saluran pengairan: waduk-waduk dibangun dengan tujuan menampung air sehingga air hujan tidak bersegera amblas ke laut, sehingga mampu lebih dimanfaatkan bagi kebaikan petani dan yang lainnya. Dibuat saluran primer sebagai backbone yang mengantar air menuju saluran sekunder maupun tersier. Semenjak negara ini mengubah kecenderungan perilakunya dari negara agraris menjadi negara industri, pengelolaan pengairan ini menjadi kurang diperhatikan lagi.

Padahal di daerah Tasikmalaya petani masih mempunyai kretifittas untuk membangun kincir air sendiri yang mampu menaikkan air sungai mencapai saluran sekunder maupun tersier. Namun pemerintah yang sudah cenderung meninggalkan produksi pertanian menjadikan ide-ide kreatif yang demikian ini tidak lagi didukung, para petani berkreatifitas sendiri.

Di lain pihak, dengan ide yang ketika jamannya rezim Soeharto sangat kencang didengungkan tentang Free Trade Area, baik ASEAN maupun Asia Pasifik, entah masih ada kaitan maupun tidak, begitu mudahnya barang-barang impor membanjiri Indonesia. Barang-barang produk luar tersebut dalam bentuk produk perkebunan, pertanian, teknologi maupun elektronik. Yang menakutkan harga-harga produk impor itu jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. Hal ini turut berperan pula dalam menganjlokkan harga jual bawang merah.

Jika pemerintah tak mampu membantu warga negaranya sendiri, tentunya usaha-usaha produksi tak akan mampu hidup dengan nyaman di negara ini. Akibatnya negara ini hanya akan mampu menjadi pemakai saja, sebagai akibat usaha-usaha hulu akan mati dengan segera, akibat selanjutnya negara ini akan sangat bergantung pada negara-negara produsen, sehingga dapat dipermainkan oleh orang lain.

Cita-cita menjadikan negeri yang mandiri yang mampu mengatur hidup dan kehidupan tanpa campur tangan dari negara lain akan sulit dilakukan. Bukankah yang demikian ini, cita-cita negara merdeka itu? Hidup tak bergantung pada negara lain, tetapi menjadi panutan oleh negara-negara lain. Merdeka!