Ada banyak berita menarik yang terjadi berkaitan dengan flu burung di negeri yang begitu banyak sumber daya ini. Apapun yang dibutuhkan dari Bumi Indonesia semua bisa didapat. Barang tambang tak sedikit jumlah dan jenisnya. Tongkat kayu dan batu menjadi tanaman. Sungguh subur negeri ini. Sungguh kaya negeri ini. Kalau kemudian menjadi begitu mudah digoyang oleh negeri lain? Tak tahulah aku, walaupun mudah ditebak dan dirasa.
Setahun dua tahun tiga tahun yang lalu musibah ini terjadi nyaris berbarengan dengan ambisi Amerika Serikat menguasai perminyakan di negeri yang dulunya amat kesohor (Babilonia) yang saat ini bernama Irak. Amerika Serikat menyerbu Irak dengan dalih yang tak disetujui oleh Dewan Keamanan PBB, Irak mempunyai senjata pemusnah massal. Muncul wabah yang mematikan yaitu kasus flu burung, munculnya bukan dari negeri yang banyak memelihara atau men-ternakkan unggas. Dan bukan pula dari burung-burung yang beterbangan. Dan anehnya pula ternyata flu burung bukan virus yang sudah lama muncul. Rasanya tiba-tiba saja muncul dan sungguh mengagetkan: virus ini mematikan! Hanya tinggal 20% kesempatan hidup bagi yang terkena virus ini.
Di Indonesia orang-orang yang terkena virus ini sudah demikian banyak, bahkan Rumah Sakit yang telah dipilih oleh Pemerintah sebagai Rumah Sakit Rujukan, rasanya sudah mencapai angka seratusan. Hanya sedikit yang mampu melawan dan bertahan terhadap serangan virus ini. Menteri Kesehatan pun harus turun tangan langsung memperbincangkannya dan menebar upaya untuk mencegahnya.
Bahasa asingnya Avian Influenza, inilah flu burung, yang dalam terjemahan aslinya adalah flu yang terjadi pada unggas (burung, ayam, itik, dll yang mempunyai bentuk bersayap). Penyebab flu burung adalah sejenis virus H5N1. Kemampuan virus ini sungguh luar biasa, menyebabkan demam tinggi, napas terengah-engah, sesak napas. Awalanya virus ini tidak menular ke manusia. Namun dengan campur tangan manusialah, virus ini berubah menjadi suka untuk berkembang biak di tubuh manusia. Entahlah, manusia mana yang telah merangsang virus ini begitu suka ke tubuh manusia.
Beberapa pakar telah mengungkapkan bahwa begitu mudah menghancurkan virus flu burung. Virus ini tidak tahan terhadap air, artinya terhadap suhu air pun virus ini tidak mampu bertahan lama. Sehingga tak mampulah berkembang biak di negeri ini. Dan mati juga virus ini terhadap pemanasan yang baik saat memasak. Suhu masak-memasak biasanya berkisar pada 100-200 derajat Celcius. Artinya virus ini mampu dan suka hidup dalam suhu 20 - 100 derajat Celcius. Mudah sebenarnya virus ini dilawan. Cukup dengan membasuh, dicuci, dan dimasak. Namun mengapa kemudian menjadi amat mematikan di tubuh manusia? Siapakah yang telah berulah menjadikan virus ini menjadi demikian kuat dan berbahaya?
Setelah berbulan mereda kasus flu burung, kepanikan muncul lagi, beberapa orang telah terjangkit flu burung, mulai anak kecil umuur 3tahunan hingga orang dewasa, mulai hanya satu dua orang, hingga sekumpulan orang yag berjumlah tujuh orang. Artinya telah terjadi begitu banyak perubahan.
Dengan kondisi yang baru inilah, membuat pemerintah pusat dan daerah membuat kebijakan yang dalam pandangan saya amat tergesa-gesa dan penuh kontroversi. Semua unggas (burung dan ayam) yang dipelihara oleh orang per orang bukan dalam bentuk perusahaan yang cukup bermodal akan dihapuskan dari bumi Indonesia. Perusahaan-perusahaan besar (peternak unggas) dianggap telah memenuhi standart pemeliharaan yang mampu menjauhkan diri dari virus flu burung, sedangkan orang per orang dianggap tak memenuhi standard kesehatan.
Tentunya orang-orang yang dirugikan dengan kebijakan tersebut adalah orang-orang miskin, yang mencoba menambah gizi keluarganya atau menambah kemampuan ekonominya dengan sedikit memanfaatkan lahan yang ada, serta dengan memanfaatkan makanan orang-orang yang mungkin terbuang karena sudah merasa kenyang. Makanan kelebihan atau tak mampu dikonsumsi kembali oleh manusia inilah yang biasanya menjadi makanan bagi ayam-ayam yang dipelihara oleh orang-orang kecil ini. Namun dengan kebijakan ini membuat orang-orang kecil tak mempunyai kesempatan untuk menambah sedikit kemampuan ekonomi.
Dan yang lebih parah lagi adalah akan hilangnya ayam kampung yang dianggap lebih baik nilai gizinya dibanding ayam negeri (ayam peliharaan peternak). Tak terbayangkan olehku bagaimana jika yang ada nanti hanya ayam produk-produk peternak yang disebut banyak mempunyai kelemahan karena dipelihara dengan cara dirangsang menggunakan makanan yang amat dilebihkan nilai gizi bagi ayam. Kita pun bisa merasakan bagaimana nanti jika telur ayam yang ada adalah telur yang dirangsang dikeluarkan dari indung telur melalui makanan, bukan melalui rangsangan sperma ayam jantan. Telah banyak bukti-bukti yang diungkap tentang kelemahan dan ketidakbaikan dari produk ayam yang dirangsang dengan tidak wajar ini. Salah satunya lendir ayam yang tak mampu dilenyapkan atau diolah oleh tubuh.
Kebijakan ini tentunya dipengaruhi oleh kartel bisnis ayam potong yang bermodal kuat dan dekat dengan kekuasaan. Mereka tidak rela usahanya yang demikian besar modal kerjanya dikalahkan oleh orang-orang kecil yang bermodal ayam 2-3 ekor saja.
Karena penyebab flu burung adalah virus dan virus itu berada di luar tubuh manusia, maka terjangkitnya seseorang oleh flu burung dikarenakan kondisi tubuh kurang fit. Jika tubuh manusia kuat dan sehat maka virus tak akan mamu memoengaruhi tubuh tersebut. Dengan banyaknya pasien flu burung, berarti juga kondisi tubuh pasien tersebut kurang fit, sebelum terkena virus H5N1. Kalau kemudian dikaitkan dengan penambahan gizi orang kecil dengan menambah asupan daging ayam, melalui usaha kecil-kecilan beternak ayam kampung, maka dengan kebijakan pemerintah, maka gizi orang kecil akan semakin rendah. Oh ...
Solusi untuk mencegah terjangkit flu burung adalah jaga kondisi badan, makan sehat, olah raga, olah akal dan pikiran, istirahat yang cukup, ingat Yang Maha Berkehendak, karena rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan sugesti yang boleh jadi menjadikan diri kita semakin rentan terhadap penyakit ini.
29 January 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah solusi pencegahan dari bapak masih bersifat personal, mungkin pemerintah menilai aturan secara keseluruhan..., but saya juga nggak setuju siih...kalo semua yang milik pribadi dimusnahkan...
ReplyDeletekalo dijakarta kata bang Yos, tetep boleh punya unggas asal ada sertifikasinya....
sekedar menambahkan untuk mencegah tertularnya flu burung pada makanan cukup masak makanan diatas 60 derajat.
ReplyDeleteKarena itu mestinya tidak harus dimusnahkan, bayangkan jika orang miskin yang ingin mendapatkan tambahan gizi dengan memelihara ayam, namun ayamnya harus dimusnahkan. Mana benar aturan ini?
ReplyDeleteSaya nggak bisa masuk shoutbox. Nggak tau kenapa.
ReplyDeleteHalah......Ha ha ha...masih inget aja deh Pak Mahmud...iya saya udah tahu, kan dia tuh kakak temen saya. Siakan berkunjung ke blog saya Pak Mahmud, http://deshinta.multiply.com. Insha Allah bulan Mei saya ke Los Angeles. Selamat yah, wah udah 7 yah anaknya, Dulu terakhir ketemu baru 5 kan... Selamat, selamat...