Mengagetkan memang, tahun 2007 ini. Tanggal awal tahun baru dimulai dengan jatuhnya pesawat Boeing 737 seri 400 milik Maskapai Adam Air. Padahal saya ketika ke Balikpapan juga naik pesawat jenis ini dan dari maskapai ini pula.
Berita yang saya dapatkan sampai hari ini, masih hanya seputar ditemukannya remukan, atau runtuhan atau kepingan dan sedikit informasi sekelumit lainnya. Ada potogan meja lipat yang biasa dipakai untuk makan, ada busa yang ternyata ada rambutnya, ada kerlipan avtur yang diduga milik pesawat tersebut, dll yang jumlahnya sudah tidak sedikit lagi, nyaris menembus angka 200 kepingan. Namun tetap saja keberadaan pesawat Boeing 737-400 masih tertelan bumi. Belum jelas dimana letaknya.
Tak kalah ributnya adalah tenggelamnya KMP Senopati Nusantara, kapal laut yang diperkirakan memuat nyaris angka 800 orang penumpang, yang saat ini baru ditemukan korban baik hidup maupun meninggal tak kurang dari 300-an orang, jadi masih menyisakan tak sedikit penumpang yang lain, nyaris menembus angka 500 orang.
Tak seperti dua di atas, terdapat pula kecelakaan kapal laut yang lain, yang tak begitu ramai diperbincangkan, baik kapal dalam ukuran cukup besar, maupun ukuran cukup kecil. Di sekitar pula Sulawesi bagian bawah, terdengar berita KM Mandiri juga tenggelam dan bahkan yang lebih mengharukan kapal lain yang berupaya melakukan kegiatan SAR, malah ikutan hilang.
Ada juga pesawat terbang lain, yang tergelincir di bandara Makassar, pesawat ini dioperasikan oleh Maskapai Penerbangan Lion Air.
Barusan tadi aku dengar di radio sepanjang perjalanan dari rumah ke STT Telkom, serangkaian gerbong Kereta Api mengalami anjlok, bahkan satu gerbong dikabarkan terguling masuk sungai sedalam 5 meter.
Di Sumatera Barat longsor membawa petaka bagi tak sedikit orang, mestinya kasus bencana walaupun hanya mengorbankan satu orang, terasa amat dan sangat hebat bencana tersebut. Di Aceh, pulau yang malang yang terlalu sering dilanda air, baik tsunami yang menghancur luluhkan seluruh bagian pantai kepulauan Aceh, ternyat masih juga merasakan banjir.
Di Kalimantan, banjir pun terjadi pula.
Di Poso pergolakan berdarah pun terjadi kembali, akibat polisi salah menembak orang yang dikira DPO, sehingga masyarakat menyerang polisi preman hingga tewas, dan dilanjut tadi malam sempat terjadi baku tembak.
Jadi? Pada lima belasan hari, sejak tahun baru, sudah tak sedikit lagi bencana yang terjadi. Puluhan bencana terjadi. Apakah ini kita sebut bukan kesalahan manusia? Ataukah alam yang memang digariskan untuk men-tasbih-kan meMaha Sucikan Allah dalam bentuk yang demikian ini, kita sebut sebagai biang keladinya?
Negeri ini memang luar biasa, tak sedikit potensi yang dikandungnya. Namun jika hanya dikenang, dianggap sesuatu yang terus luar biasa, tanpa dapat dikelola dengan sebaik-baiknya, menghindarkan dengan segala kemungkinan untuk mengurangi bencana yang dapat ditimbulkannya, maka inilah akibatnya.
Padahal potensi yang demikian kaya raya membuat sesuatu yang kadangkala terasa menyayat hati, bayangkan di negeri yang tongkat batu pun dapat jadi tanaman, ada orang-orang yang mendiaminya harus makan nasi aking, karena harga beras begitu melonjak, tetapi harga beras yang melonjak itu tidak dibarengi dengan pendapatan yang melonjak pula. Dan harga beras yang melonjak ini, bukan dirasakan oleh petani penggarap, melainkan pihak lain yang rasanya sampai saat ini belum ketahuan batang hidungnya. Siapakah dia?
Bahkan untuk kasus pesawat Adam Air dan KMP Senopati Nusantara, siapa yang diuntungkan? Amerika katanya memberi bantuan kapal yang mempunyai kemampuan sonar, namun harus gigit jari, karena kemampuannya ternyata tak seberapa. Begitupun Singapura mengirimkan pesawat Fokker 28-nya untuk membantu, namun apa yang bisa diperbuat oleh pesawat yang pabriknya saja sudah tutup? Apakah benar mereka (AS dan Singapura) benar-benar membantu dengan ikhlas ataukah ada udang dibalik kawasan pantai dan daratan Sulawesi? Bukankah misi pesawat Fokker Singapura salah satunya akan melakukan foto udara kawasan Sulawesi? Siapakah yang menanggung beban operasional kedua kendaraan dari dua negara tersebut? Mengapa KM Baruna milik BPPT kalah canggih dengan Kapal milik AS yang harus gigit jari? Apakah kedua negara ini benar-benar membantu? Ataukah ngrepotin saja?
Bagi orang cerdas, dia tahu apa yang dilakukannya....
16 January 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Greatt blog post
ReplyDelete