27 August 2008
Pernyataan Kemerdekaan Bangsa Indonesia
17 Agustus 2008, aku ditunjuk sebagai komandan upacara di IT Telkom. Hari Jum'at sebelum kegiatan upacara aku ditelpon dari pihak sekretariat, dan saat itu langsung aku jawab tentunya sambil mikir, aku sanggup. Namun hari Sabtu aku merasa flu agak terjadi pada diriku, sehingga keraguan pun sempat merayap ke dalam diriku. Benarkah aku siap menjadi komandan upacara?
Pengalaman sebagai komandan upacara, bagi diriku dimulai sejak kelas 5 atau kelas 6 SD. Suaraku yang keras, karena itu sering pula aku dikomplain sama teman-teman yang membutuhkan suara yang tak keras. Suara yang keras dan panjang seperti suara tentara yang memberi komando, biasa aku lakukan.
Ketika di SMP aku sudah langganan jadi komandan upacara. Pernah suatu kali aku dimarahi oleh guru SMP yang saat itu menjadi wakil kepala sekolah. Gara-gara aku bukan yang jadi komandan upacara tetapi sebagai komandan regu, ketika posisi siap aku seperti mengunyah-ngunyah, mulut bergerak-gerak. Dan ternyata seluruh petugas upacara mengalami masalah, ada aja masalahnya, bendera yang tak mulus naik ke atas. Komandan yang nggak serius, karena ketawa-tawa, dll.
Dingin rasanya kakiku ketika memberikan laporan kepada pemimpin upacara, gemetar juga. Aku tarik nafas agak dalam.
Lapor! Upacara bendera dalam rangka Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, siap dimulai!
Lantang aku ucapkan kalimat itu. Walaupun aku nggak yakin ada yang sadar, bahwa kalimatku tidak seperti biasanya. Padahal kalimat inilah yang benar. Lihat teks Proklamasi!
Bahwa proklamasi yang dibacakan dan dibuat Soekarno, bukanlah proklamasi sebuah negara Republik Indonesia, tetapi sebuah pernyataan proklamasi dari kumpulan orang yang tak terstruktur, yang disebut bangsa.
Ah... sudah dulu, nanti dilanjut lagi.
Sekarang (5/9/08) saya lanjutkan. Dengan proklamasi yang demikian, maka proklamasi tersebut memang tidak disiapkan secara seksama, dibuat dengan hanya sekedar didasarkan atas kondisi dan situasi yang sempit saja. Padahal BPUPKI yang bertugas merumuskan bagaimana negara yang ingin dibentuk, telah ada jauh sebelumnya. Dan lebih anehnya yang memerintahkan untuk membacakan proklamasi adalah anak-anak muda yang bukan anggota BPUPKI. Akibatnya unsur keterwakilan dalam badan suatu negara tak ada. Soekarno-Hatta hanya bersifat klaim saja. Secara de jure tentunya proklamasi ini dapat dipertanyakan. Bagaimana mungkin seseorang mengklaim dirinya sebagai Proklamator tanpa sah ditentukan dari badan (lembaga) negara?
Label:
Bangsa Indonesia,
Proklamsi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wah menarik Pak,..jadi kepikiran,mungkinkah saat itu Soekarno sudah berpikir bahwa Indonesia bisa jadi sebuah negara Komunis dan bukan Republik?? ;-)
ReplyDelete=-=-=-=-=-=
*clingak-clinguk,siap2 ditimpuk para Sukarnois :-P*
Klo bgitu saya termasuk peserta upacara yg ngga sadar,pak..
ReplyDeleteHehehe..maklum ikut upacara krn merasa itu adalah kewajiban bukan krn kesadaran...
Sepertinya perlu dikaji ulang pak.. apa klo 17an perlu upacara atau tidak..? Karena klo saya lihat sebagian besar peserta upacara lebih byk yg ngga seriusnya dp yg serius menghayati upacarana.. hehehe...
cm4nk, bagi saya berarti Proklamasi itu tidak disiapkan dengan baik, semua dilakukan dengan tergesa-gesa
ReplyDeleteaaaiiihhh... gagah pisan pak fotonya...
ReplyDeletebtw,,, itu ga pake kentut di depan lapangan kan pak...? :p
(hehehhee,, maklum, saya masih inget waktu bapak ngajar di depan kelas :-) )
pa jangan sombong dech lo!!!!
ReplyDeletePa fotony jutex bangetxx sichhh!!!!!
ReplyDeletesenyum dikit napa.....
baru sekarang yah jadi komandan upacara??
pantesan nerves abizzZZ
keliatan tau dari mukanya kayak orang nahan kentuttt.....
hahaaa haa haaaa
jusT keedding paaa!!!