24 April 2007

Kemahasiswaan STT Telkom

Hampir tiada hari tanpa ada kegiatan kemahasiswaan di STT Telkom ini. Smeoga ini adalah sebuah kesadaran yang terus didengungkan selama ini mulai mendapat sambutan. Dengungan tadi adalah tidak cukup kuliah itu hanya sekedar megejar nilai-nilai akademik saja, kemampuan di luar itu yang amat dan sangat penting dalam pergaulan kehidupan selanjutnya dan juga saat ini, di dalam pergaulan bermasyarakat amat dan sangat penting, bahasa kerennya diistilah dengan sop sikil (softskill).

Kesadaran bahwa manusia bukan hanya dapat dilihat dari satu sisi saja, melainkan harus dilihat dari keseluruhan sisi yang ada pada diri manusia. Manusia dibekali oleh Yang Maha Membekali bukan hanya akal saja yang tergabung dalam ruhaniyah semata, namun pula ada jasmaniyah. Di golongan ruhaniyah selain akal, terdapat pula hati dan nafsu. Sedangkan jasmaniyah merupakan potensi fisik manusia, jantung, hati (fisik hati, limpha), tangan, kaki, nafas, paru-paru, dll. Dimana pada jasmaniyah menyangkut organ fisik pendengaran, dan penglihatan. Walaupun penglihatan dan pendengaran tidak hanya dalam bentuk fisik. Mengingati pula walaupun orang buta, tetap saja mereka mempunyai kemampuan untuk melihat yang salah satunya direpresentasikan dengan meraba atau mendengar. Begitupun pendengaran, walaupun tuli, manusia masih mempunyai kemampuan mendengar, baik dari gerak bibir ataupun dengan melihat gerak tubuh lawan bicaranya atau obyek yang didengarnya.

Kedua potensi tersebut mestilah diupayakan untuk terus digunakan dan dikembangkan lebih lanjut sehingga mampu optimal dalam menopang kehidupannya. Jika hanya salah satu saja yang diolah, yang dikembangkan, maka akan terjadi kepincangan-kepincangan dan akan membuat kondisi yang tidak baik pada suatu saat nanti.

Potensi ruhaniyah akal, sebagian telah diolah dan dikembangkan dalam bentuk kegiatan akademik dan penalaran. Panalaran merupakan pencarian metodologi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, mulai dari membaca situasi hingga menemukan masalah, yang dinyatakan dalam rumusan masalah, membayangkan bagaimana masalah tertulis dengan batasan yang harus dibuat agar masalah tidak melebar kemana-mana, merumuskan solusi yang dibuat dari masalah tersebut, membuat alternatif solusi yang bisa menjawab masalah-masalah tersebut, membuat ukuran ketercapaian masalah, membuat solusi, dan mengukur kinerja solusi yang dihasilkan. Semua ini dicoba didekati dengan kemampuan-kemampuan akademik yang tertulis dalam apa yang disebut kurikulum. Perkembangan tentang definisi kurikulum mulai bukan hanya dalam bentuk daftar matakuliah. Telah berkembang kurikulum di Indonesia harus disusun dalam bentuk silabus singkat, keterkaitan antar matakuliah, matakuliah prasyarat dapat dilihat dari diagram pohon kurikulum, bahkan telah pula diminta membuat tujuan (objektif) dari kurikulum, lebih detil lagi tujuan per mata kuliah, bahkan diminta pula metode dan/ atau cara evaluasi per matakuliah. Lebih jauh lagi, diminta pula untuk membuat metode penyampaian matakuliah. Semua ini hanya mampu membentuk sebagian kecil dari potensi ruhaniyah-akal. Namun biasanya akan menyangkut jumlah waktu yang terbesar dan terberat di bangku kuliah.

Padahal patut disadari, industri ataupun wirausaha yang akan dilakoni oleh mantan mahasiswa ternyata, tidak hanya sekedar kemampuan akademik tersebut. Berbagai kasus dari alumni STT Telkom yang terpaksa diminta pindah kerja, bukan karena ketakmampuan akademik (hardskill) namun lebih dikarenakan masalah kemampuan sosialisasi, masalah kemampuan komunikasi, masalah kemampuan kerjasama dengan orang lain, masalah kemampuan berdaptasi, dll (yang cenderung tak mampu dibangun/ dikembangkan di bangku kuliah yang cenderung statis). Kemampuan-kemampuan ini kemudian diberi nama softskill sebagai komplemen dari hardskill (akademik).

Hardskill dan softskill saling komplemen untuk saling melengkapi, kemampuan yang satu tak mampu dipisahkan dari kemampuan yang satunya lagi. Karenanya tidak boleh mahasiswa mempunyai hanya satu kecenderungan saja.

Masalahnya softskill, lebih merupakan skill (kemampuan) bukan dalam makna wawasan, pengetahuan (knowldge), tetapi berupa tindakan, dan kegiatan. Softskill dikelompokkan oleh Pak Iwan (Dir. PAK Dikti) menjadi tiga kelompok, yaitu: leadership, communication skill, dan lifeskill (kemampuan berdaya tahan terhadap segala kemungkinan lingkungan yang dihadapinya). Masalah kemudian timbul, bagaimana men-deploy kemampuan yang bersifat lunak ini dalam kancah kehidupan mahasiswa. Salah satunya sebenarnya dengan memberikan pengertian tentang pentingnya kegiatan kemahasiswaan, dan memberikan reward and punishment terhadap mahasiswa yang melakukan dan/ atau tak melakukan kegiatan kemahasiswaan. Tentunya pula kegiatan kemahasiswaan ini jangan hanya sekedar didikte oleh para pejabat kampus, namun pejabat kampus lebih banyak memberikan arahan, dan menjamin kesopanan dan bertutur dan bertindak.

Hari Senin, 23 April 2007 aku tersenyum melihat halaman gedung I, yang terkenal diubah wajahnya oleh Kopma STT Telkom menjadi BIP (saya tidak tahu apa singkatan dari BIP, mungkin nama ini terinspirasi sebagai Bandung Indah Plasa-nya STT Telkom) di situ berbagai macam kegiatan bisnis dan sosial versi mahasiswa diadakan. Tiang-tiang koridor yang sudah kusam dilapisi dengan kertas warna-warni sungguh meanrik hati. Inilah mahasiswa STT Telkom! Hari ini, Selasa 24 April 2007 saya lebih tersenyum lagi. BIP lebih semarak. Inilah mahasiswa STT Telkom! Dengan segala kemampuannya mereka mengerahkan segala daya dan upaya untuk keberhasilan kegiatannya.

Saya ingat, bagaimana pejabat kampus tunduk pada kemampuan mahasiswa melakukan negoisasi dengan paksa, dan ketundukkan ini mengakibatkan keluarnya dana yang begitu dan amat besar bagi suatu kegiatan mahasiswa. Luar biasa mereka!

Mahasiswa penuh dengan kreatifitas dan kemampuan yang luar biasa! Mereka mampu menyelenggarakan kegiatan yang jika dilakukan oleh dosennya akan memakan biaya jauh dan amat jauh lebih besar, namun jika mahasiswa yang menyelenggarakan sungguh cukup 5jutaan, dan kegiatan itu berlangsung dengan baik.

Dan pejabat itu tunduk dengan tekanan kata-kata dari mahasiswa: Lho ini kan demi nama STT Telkom. Saya tersenyum kembali. Inilah mahasiswa STT Telkom, kreatif, inovatif, dan lihatlah setiap hari tiada kata, kecuali mahasiswa STT Telkom penuh dengan kegiatan kemahasiswaan.

Selamat bagi mahasiswa STT Telkom! Maju terus pantang mundur!
Perjuangan? Tiada kata henti, kecuali mati!

2 comments:

  1. BIP itu... Bazar gedung I Punya (kalo nggak salah)...

    but, kalo saya boleh ber-opini pak..STT Telkom sepertinya masih kurang serius terhadap pengembangan yang bapak maksud itu, terkadang fokusnya sebagai komunitas intelektual sering terabaikan, lah kok malah ada approve-ment untuk acara2x yg terkesean tidak intelek,
    ...
    pak skrang rajin ngeblog nih...mentang2x dah ngak jadi orang sibuk lagi ya..??

    ReplyDelete
  2. Jadi? Baiknya bagaimana? Apa kriteria kegiatan yang tidak intelek itu?

    Kalo nge-blog kegiatan intelek kan?

    ReplyDelete