Ada banyak berita menarik yang terjadi berkaitan dengan flu burung di negeri yang begitu banyak sumber daya ini. Apapun yang dibutuhkan dari Bumi Indonesia semua bisa didapat. Barang tambang tak sedikit jumlah dan jenisnya. Tongkat kayu dan batu menjadi tanaman. Sungguh subur negeri ini. Sungguh kaya negeri ini. Kalau kemudian menjadi begitu mudah digoyang oleh negeri lain? Tak tahulah aku, walaupun mudah ditebak dan dirasa.
Setahun dua tahun tiga tahun yang lalu musibah ini terjadi nyaris berbarengan dengan ambisi Amerika Serikat menguasai perminyakan di negeri yang dulunya amat kesohor (Babilonia) yang saat ini bernama Irak. Amerika Serikat menyerbu Irak dengan dalih yang tak disetujui oleh Dewan Keamanan PBB, Irak mempunyai senjata pemusnah massal. Muncul wabah yang mematikan yaitu kasus flu burung, munculnya bukan dari negeri yang banyak memelihara atau men-ternakkan unggas. Dan bukan pula dari burung-burung yang beterbangan. Dan anehnya pula ternyata flu burung bukan virus yang sudah lama muncul. Rasanya tiba-tiba saja muncul dan sungguh mengagetkan: virus ini mematikan! Hanya tinggal 20% kesempatan hidup bagi yang terkena virus ini.
Di Indonesia orang-orang yang terkena virus ini sudah demikian banyak, bahkan Rumah Sakit yang telah dipilih oleh Pemerintah sebagai Rumah Sakit Rujukan, rasanya sudah mencapai angka seratusan. Hanya sedikit yang mampu melawan dan bertahan terhadap serangan virus ini. Menteri Kesehatan pun harus turun tangan langsung memperbincangkannya dan menebar upaya untuk mencegahnya.
Bahasa asingnya Avian Influenza, inilah flu burung, yang dalam terjemahan aslinya adalah flu yang terjadi pada unggas (burung, ayam, itik, dll yang mempunyai bentuk bersayap). Penyebab flu burung adalah sejenis virus H5N1. Kemampuan virus ini sungguh luar biasa, menyebabkan demam tinggi, napas terengah-engah, sesak napas. Awalanya virus ini tidak menular ke manusia. Namun dengan campur tangan manusialah, virus ini berubah menjadi suka untuk berkembang biak di tubuh manusia. Entahlah, manusia mana yang telah merangsang virus ini begitu suka ke tubuh manusia.
Beberapa pakar telah mengungkapkan bahwa begitu mudah menghancurkan virus flu burung. Virus ini tidak tahan terhadap air, artinya terhadap suhu air pun virus ini tidak mampu bertahan lama. Sehingga tak mampulah berkembang biak di negeri ini. Dan mati juga virus ini terhadap pemanasan yang baik saat memasak. Suhu masak-memasak biasanya berkisar pada 100-200 derajat Celcius. Artinya virus ini mampu dan suka hidup dalam suhu 20 - 100 derajat Celcius. Mudah sebenarnya virus ini dilawan. Cukup dengan membasuh, dicuci, dan dimasak. Namun mengapa kemudian menjadi amat mematikan di tubuh manusia? Siapakah yang telah berulah menjadikan virus ini menjadi demikian kuat dan berbahaya?
Setelah berbulan mereda kasus flu burung, kepanikan muncul lagi, beberapa orang telah terjangkit flu burung, mulai anak kecil umuur 3tahunan hingga orang dewasa, mulai hanya satu dua orang, hingga sekumpulan orang yag berjumlah tujuh orang. Artinya telah terjadi begitu banyak perubahan.
Dengan kondisi yang baru inilah, membuat pemerintah pusat dan daerah membuat kebijakan yang dalam pandangan saya amat tergesa-gesa dan penuh kontroversi. Semua unggas (burung dan ayam) yang dipelihara oleh orang per orang bukan dalam bentuk perusahaan yang cukup bermodal akan dihapuskan dari bumi Indonesia. Perusahaan-perusahaan besar (peternak unggas) dianggap telah memenuhi standart pemeliharaan yang mampu menjauhkan diri dari virus flu burung, sedangkan orang per orang dianggap tak memenuhi standard kesehatan.
Tentunya orang-orang yang dirugikan dengan kebijakan tersebut adalah orang-orang miskin, yang mencoba menambah gizi keluarganya atau menambah kemampuan ekonominya dengan sedikit memanfaatkan lahan yang ada, serta dengan memanfaatkan makanan orang-orang yang mungkin terbuang karena sudah merasa kenyang. Makanan kelebihan atau tak mampu dikonsumsi kembali oleh manusia inilah yang biasanya menjadi makanan bagi ayam-ayam yang dipelihara oleh orang-orang kecil ini. Namun dengan kebijakan ini membuat orang-orang kecil tak mempunyai kesempatan untuk menambah sedikit kemampuan ekonomi.
Dan yang lebih parah lagi adalah akan hilangnya ayam kampung yang dianggap lebih baik nilai gizinya dibanding ayam negeri (ayam peliharaan peternak). Tak terbayangkan olehku bagaimana jika yang ada nanti hanya ayam produk-produk peternak yang disebut banyak mempunyai kelemahan karena dipelihara dengan cara dirangsang menggunakan makanan yang amat dilebihkan nilai gizi bagi ayam. Kita pun bisa merasakan bagaimana nanti jika telur ayam yang ada adalah telur yang dirangsang dikeluarkan dari indung telur melalui makanan, bukan melalui rangsangan sperma ayam jantan. Telah banyak bukti-bukti yang diungkap tentang kelemahan dan ketidakbaikan dari produk ayam yang dirangsang dengan tidak wajar ini. Salah satunya lendir ayam yang tak mampu dilenyapkan atau diolah oleh tubuh.
Kebijakan ini tentunya dipengaruhi oleh kartel bisnis ayam potong yang bermodal kuat dan dekat dengan kekuasaan. Mereka tidak rela usahanya yang demikian besar modal kerjanya dikalahkan oleh orang-orang kecil yang bermodal ayam 2-3 ekor saja.
Karena penyebab flu burung adalah virus dan virus itu berada di luar tubuh manusia, maka terjangkitnya seseorang oleh flu burung dikarenakan kondisi tubuh kurang fit. Jika tubuh manusia kuat dan sehat maka virus tak akan mamu memoengaruhi tubuh tersebut. Dengan banyaknya pasien flu burung, berarti juga kondisi tubuh pasien tersebut kurang fit, sebelum terkena virus H5N1. Kalau kemudian dikaitkan dengan penambahan gizi orang kecil dengan menambah asupan daging ayam, melalui usaha kecil-kecilan beternak ayam kampung, maka dengan kebijakan pemerintah, maka gizi orang kecil akan semakin rendah. Oh ...
Solusi untuk mencegah terjangkit flu burung adalah jaga kondisi badan, makan sehat, olah raga, olah akal dan pikiran, istirahat yang cukup, ingat Yang Maha Berkehendak, karena rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan sugesti yang boleh jadi menjadikan diri kita semakin rentan terhadap penyakit ini.
29 January 2007
Matematika di atas Daun
Sabtu ini, tanggal 27 Januari 2007, ada peristiwa yang saya hadiri (rencananya), yaitu: Sarasehan Tiga Pihak: Mahasiswa, Dosen dan Alumni Matematika ITB yang tergabung maupun tak tergabung dalam wadah yang dulu dan hingga sekarang bernama Himatika (Himpunan Mahasiswa Matematika) ITB. Sebuah wadah yang mempunyai yel-yel yang cukup menggetarkan hati, karena Himatika ingin jaya.
Ingin rasanya saya dapat hadir dengan waktu yang sesuai undangan panitia, yaitu mulai sekitar jam 13 sampai dengan jam 16 atau 17 dan dilanjut malam harinya. Namun apa daya kondisi badan tak sampai. Setelah sekeluarga (Diriku, Dua Anakku dan Istriku ditambah tetanggaku dan asistennya) pergi berobat di Cibaduyut, sampailah di rumah sekitar jam 12-an, ternyata badannya harus diistirahatkan terlebih dahulu, tidur. Istrku telah mencoba membangunkanku hingga tiga kali.
Akhirnya sekitar jam 15 aku mampu bangun, lemas rasanya, beberapa kali aku sms dengan temanku yang sering berfikir secara out of the box, bahwa sebaiknya Ketua Ikatan Alumni Matematika si Itu saja, namun temanku tadi menginginkan aku tetap hadir, bahkan ditunggu sama beliau.
Ya, di tempat mantan sekretariat LFM (Liga Film Mahasiswa) itulah aku akhirnya bertemu dengan teman-teman sejawatku, mantan para mahasiswa Matematika angkatan 86. Dia adalah: Maman si botak yang mempunyai kondisi badan masih tetap seperti saat kuliah dulu, hobbinya termasuk langka di Indonesia ini, yaitu Panjat Tebing, pernah dia jatuh hingga terpaksa menggendong tangannya beberapa hari (atau bulan) sambil kuliah yang setengah serius dan setengah tak serius. Saat itu dia seringkali berambut gondrong, dan sungguh jawaban dia yang membuat saya terhenyak: "Al-Ghozali pun berambut gondrong!".
Maman saat ini menjadi Presiden (Sekjen? aku agak lupa) Federasi Panjat Tebing Indonesia, membuat salah satu jalur panjat tebing di Citatah yang mempunyai kesulitan amat tinggi, yang orang awam jika melihat jalur tersebut akan terperanjat, ah, mana mungkin dipanjat! jalur tersebut diberi nama jalur Duloh!
Berikutnya Sucipto, orang keturunan Madura yang berasal dari Malang, dia orang yang sedikit kaku, pernah ikutan marching band, badannya tegap (pantas untuk bermain marching band), saat ini dia kerja di sekuritas, perusahaan pialang saham, setelah sebelumnya masuk juga ke jajaran penerbangan di Indonesia yang baru berdiri mengingati kasus beramai-ramainya orang-orang yang mempunyai modal untuk membangun maskapai penerbangan. Badannya sudah agak berkembang.
Dondi, asal Rumbai, Kepulauan Riau. Gaya biacaranya seperti kebiasaan orang seberang, suara yang terdengar agak dikulum, bagiku kurang jelas. Perawakannya hanya berubah sedikit dari yang dulu. Pengalaman kerjanya sungguh amat berharga, jatuh bangunnya dalam meraih kehidupan perekonomian begitu menarik hati. Pernah kerja di perusahaan yang saat ini pemiliknya menjadi menteri, yang terkenal dengan lambang bintangnya. Di perusahaan ini sempat merasa mapan bekerja, namun ketika krisis moneter di Indonesia, terjadilah kejadian yang sangat mengharukan, perusahaan kolaps, dan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja termasuk Dondi. Kegoncangan itu membuat dirinya sempat limbung dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumahnya, namun kesadaran yang pelan-pelan tumbuh kembali bahwa Yang Maha Pemberi Rejeki tak akan melupakannya, membuat dirinya kembali tegar dan kokoh dalam menghadapi hidup ini. Dia bekerja di sekuritas. Dan sudah mulai enjoy bekerja di bidang ini, terbukti bisa menarik Cipto untuk bekerja di bidang ini.
Satu lagi yang saya temui dalam kesempatan ini adalah Arif MA'87, angkatan yang satu tahun lebih muda daripada diriku. Wajahnya yang cukup membuat para wanita kagum, memang gaya bicaranya amat santun. Rasanya sejak dulu masih seperti yang dulu, santun, agak mendekati gaya bicara kaum wanita. Pernah ikutan di STEMA (kelompok teater mahasiswa ITB), bekerja di PT Dirgantara Indonesia, perusahaan industri penerbangan di Indonesia yang saat ini terasa banyak masalah, karena PHK besar-besaran yang dilakukannya, karena para ekonom (yang menguasai peri kehidupan di negeri ini) tak menginginkan negara Indonesia mempunyai kemampuan di bidang yang tak menghasilkan dana dengan cukup, padahal tonggak sumber daya manusia untuk mengejar teknologi tinggi berasal dari perusahaan ini. Masih banyak perkerjaan yang dapat dikerjakan di perusahaan ini, namun tinggal orang-orangnya saja yang memandang: ini kewajiban atau tidak.
Memang saya hadir bukan dalam forum resmi yang diadakan oleh panitia, acara resminya sudah selesai yang akan dilanjut pada malam harinya, yaitu Ramah Tamah dalam bentuk yang kuduga akan ada pemilihan Ketua Ikatan Alumni Matematika ITB, namun entahlah aku belum tahu. Saat ini Ketua Ikatan Alumni Matematika ITB adalah dari angkatanku,
karena saat itu yang hadir terbanyak dari MA'86, jadi pantaslah jika Ketuanya dari angkatanku. Entah pada malam tanggal 27 itu, apakah terjadi pergantian atau tidak.
Di sekitar sekretariat LFM itulah dengan gayeng, kami ngobrol sambil menunggu Dondi mengobrol dengan Arif. Berbagai topik dibicarakan mulai dari Keprihatinan ITB terhadap lulusannya, hingga pekerjaan, dan tak lupa masa lalu yang penuh dengan keceriaan, keprihatinan, dan masa depan yang hendak diraih. Orang-orang yang hadir dalam kesempatan itupun sempat dibicarakan pula Isa (MA'85) yang menjadi salah satu Direktur di Departemen Keuangan, Desimon yang menjadi Direktur di TriMegah sekuritas, Yusman yang teman seangkatan dengan Isa dengan posisi jabatan yang jauh
tertinggal dengan Isa, dan saat kuliah lebih sering bertemu dengan angkatan '86. Sendang Drajat dan wow banyak lagi.
Ternyata alumni Matemtika telah tersebar begitu luas, bukan hanya dalam satu bidang pekerjaan saja, banyak diantaranya yang bekerja di Bank, di Perminyakan, di Saham, dosen, Industri manufaktur Penerbangan, dan lainnya.
Bicara kondisi Aceh saat tsunami yang membuat banyak orang tercengang, begitu banyak mayat, begitu banyak yang harus dibantu. Nah Maman inilah yang terjun langsung di Aceh, dia yang hanya membawa dua orang dokter dan sedikit obat-obatan tidak berani mengaku membawa dua hal itu. Dengan kemampuan membuka wacana out of the box-lah, berfikir di luar kotak yang sudah pakem, dia membuka diri. Nggak mungkin dia membantu masyarakat yang demikian banyak untuk dibantu dengan dua orang dokter dan sedikit obat-obatan, bisa-bisa dia akan dikerubungi oleh demikian banyak orang
dan mungkin sekali dia akan dikeroyok, bahkan mungkin sekali akan menyebabkan bencana baru bagi dirinya.Kemampuan berfikir di luar jalur itulah, yang membawanya ide untuk menemukan ide baru: apa yang dapat dilakukan oleh segelintir orang ini dengan sediki peralatan dan bantuan yang ada?
Sesaat merenung, sesaat berfikir apa yang mesti dilakukannya? Ide itu timbul dan muncul dengan gempita: pendataan! Maka dilakukan ide tersebut, dia dan hanya dalam hitungan jari orang yang bersama rombongannya, melakukan tugas pendataan yang belum dilakukan saat itu. Dia data orang-orang yang butuh bantuan dan apa jenis bantuan yang diperlukannya. Saat itu, ide ini tidak ada yang mengerjakannya.
Dalam kesempatan obrolan ini, muncul perbincangan tentang perubahan yang dilakukan ITB dalam penerimaan mahasiswa baru, mungkin setelah melihat Perguruan Tinggi lain. Dengan lebih mengedepankan Fakultas dan Sekolah, saat penerimaan, maka mahasiswa dikelompokkan pertama kali didalamnya. Tentunya ini memudahkan dalam rangka memberi bekal bagi mahasiswa baru yang tergabung dalam tahap pertama. Mahasiswa baru yang diberi bekal berdasarkan Fakultas atau Sekolahnya. Setelah setahun, barulah mahasiswa dimasukkan kedalam Departemen, dan persaingan pun akan muncul, untuk kasus Fakultas MIPA yang terdiri dari Departemen Matematika, Fisika, Kimia dan Astronomi terdapat 330 orang mahasiswa dan 130 memilih Departemen Matematika, sehingga kuota Departemen Matematika terpaksa dinaikkan menjadi 100 orang (dulu biasanya hanya 50-60 orang), artinya pula peminat di bidang Matematika yang terkenal rumit, sulit, tegas, hitam putih, semakin banyak dan menarik. Sebuah fenomena baru, orang Indonesia sebagian mulai tertarik dengan sesuatu yang bersifat kaku dan logis.
Dengan demikian, apakah STT Telkom yang Perguruan Tinggi Swasta berani mengambil langkah untuk membuka Departemen ini? Mengingat teknologi telekomunikasi begitu kental dengan Matematika, dan Statistik? Sebuah sokongan yang kuat untuk mengembangkan teknologi telekomunikasi. Bagaimana Departemen Sains STT Telkom? Siapkah untuk membuka Program Studi baru dengan basis Matematika dan Statistik? Ingatlah, saat ini masyarakat sudah berubah cara pandangnya. Lihatlah fenomena yang muncul di perguruan tinggi tetangga kita.
Ingin rasanya saya dapat hadir dengan waktu yang sesuai undangan panitia, yaitu mulai sekitar jam 13 sampai dengan jam 16 atau 17 dan dilanjut malam harinya. Namun apa daya kondisi badan tak sampai. Setelah sekeluarga (Diriku, Dua Anakku dan Istriku ditambah tetanggaku dan asistennya) pergi berobat di Cibaduyut, sampailah di rumah sekitar jam 12-an, ternyata badannya harus diistirahatkan terlebih dahulu, tidur. Istrku telah mencoba membangunkanku hingga tiga kali.
Akhirnya sekitar jam 15 aku mampu bangun, lemas rasanya, beberapa kali aku sms dengan temanku yang sering berfikir secara out of the box, bahwa sebaiknya Ketua Ikatan Alumni Matematika si Itu saja, namun temanku tadi menginginkan aku tetap hadir, bahkan ditunggu sama beliau.
Ya, di tempat mantan sekretariat LFM (Liga Film Mahasiswa) itulah aku akhirnya bertemu dengan teman-teman sejawatku, mantan para mahasiswa Matematika angkatan 86. Dia adalah: Maman si botak yang mempunyai kondisi badan masih tetap seperti saat kuliah dulu, hobbinya termasuk langka di Indonesia ini, yaitu Panjat Tebing, pernah dia jatuh hingga terpaksa menggendong tangannya beberapa hari (atau bulan) sambil kuliah yang setengah serius dan setengah tak serius. Saat itu dia seringkali berambut gondrong, dan sungguh jawaban dia yang membuat saya terhenyak: "Al-Ghozali pun berambut gondrong!".
Maman saat ini menjadi Presiden (Sekjen? aku agak lupa) Federasi Panjat Tebing Indonesia, membuat salah satu jalur panjat tebing di Citatah yang mempunyai kesulitan amat tinggi, yang orang awam jika melihat jalur tersebut akan terperanjat, ah, mana mungkin dipanjat! jalur tersebut diberi nama jalur Duloh!
Berikutnya Sucipto, orang keturunan Madura yang berasal dari Malang, dia orang yang sedikit kaku, pernah ikutan marching band, badannya tegap (pantas untuk bermain marching band), saat ini dia kerja di sekuritas, perusahaan pialang saham, setelah sebelumnya masuk juga ke jajaran penerbangan di Indonesia yang baru berdiri mengingati kasus beramai-ramainya orang-orang yang mempunyai modal untuk membangun maskapai penerbangan. Badannya sudah agak berkembang.
Dondi, asal Rumbai, Kepulauan Riau. Gaya biacaranya seperti kebiasaan orang seberang, suara yang terdengar agak dikulum, bagiku kurang jelas. Perawakannya hanya berubah sedikit dari yang dulu. Pengalaman kerjanya sungguh amat berharga, jatuh bangunnya dalam meraih kehidupan perekonomian begitu menarik hati. Pernah kerja di perusahaan yang saat ini pemiliknya menjadi menteri, yang terkenal dengan lambang bintangnya. Di perusahaan ini sempat merasa mapan bekerja, namun ketika krisis moneter di Indonesia, terjadilah kejadian yang sangat mengharukan, perusahaan kolaps, dan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja termasuk Dondi. Kegoncangan itu membuat dirinya sempat limbung dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumahnya, namun kesadaran yang pelan-pelan tumbuh kembali bahwa Yang Maha Pemberi Rejeki tak akan melupakannya, membuat dirinya kembali tegar dan kokoh dalam menghadapi hidup ini. Dia bekerja di sekuritas. Dan sudah mulai enjoy bekerja di bidang ini, terbukti bisa menarik Cipto untuk bekerja di bidang ini.
Satu lagi yang saya temui dalam kesempatan ini adalah Arif MA'87, angkatan yang satu tahun lebih muda daripada diriku. Wajahnya yang cukup membuat para wanita kagum, memang gaya bicaranya amat santun. Rasanya sejak dulu masih seperti yang dulu, santun, agak mendekati gaya bicara kaum wanita. Pernah ikutan di STEMA (kelompok teater mahasiswa ITB), bekerja di PT Dirgantara Indonesia, perusahaan industri penerbangan di Indonesia yang saat ini terasa banyak masalah, karena PHK besar-besaran yang dilakukannya, karena para ekonom (yang menguasai peri kehidupan di negeri ini) tak menginginkan negara Indonesia mempunyai kemampuan di bidang yang tak menghasilkan dana dengan cukup, padahal tonggak sumber daya manusia untuk mengejar teknologi tinggi berasal dari perusahaan ini. Masih banyak perkerjaan yang dapat dikerjakan di perusahaan ini, namun tinggal orang-orangnya saja yang memandang: ini kewajiban atau tidak.
Memang saya hadir bukan dalam forum resmi yang diadakan oleh panitia, acara resminya sudah selesai yang akan dilanjut pada malam harinya, yaitu Ramah Tamah dalam bentuk yang kuduga akan ada pemilihan Ketua Ikatan Alumni Matematika ITB, namun entahlah aku belum tahu. Saat ini Ketua Ikatan Alumni Matematika ITB adalah dari angkatanku,
karena saat itu yang hadir terbanyak dari MA'86, jadi pantaslah jika Ketuanya dari angkatanku. Entah pada malam tanggal 27 itu, apakah terjadi pergantian atau tidak.
Di sekitar sekretariat LFM itulah dengan gayeng, kami ngobrol sambil menunggu Dondi mengobrol dengan Arif. Berbagai topik dibicarakan mulai dari Keprihatinan ITB terhadap lulusannya, hingga pekerjaan, dan tak lupa masa lalu yang penuh dengan keceriaan, keprihatinan, dan masa depan yang hendak diraih. Orang-orang yang hadir dalam kesempatan itupun sempat dibicarakan pula Isa (MA'85) yang menjadi salah satu Direktur di Departemen Keuangan, Desimon yang menjadi Direktur di TriMegah sekuritas, Yusman yang teman seangkatan dengan Isa dengan posisi jabatan yang jauh
tertinggal dengan Isa, dan saat kuliah lebih sering bertemu dengan angkatan '86. Sendang Drajat dan wow banyak lagi.
Ternyata alumni Matemtika telah tersebar begitu luas, bukan hanya dalam satu bidang pekerjaan saja, banyak diantaranya yang bekerja di Bank, di Perminyakan, di Saham, dosen, Industri manufaktur Penerbangan, dan lainnya.
Bicara kondisi Aceh saat tsunami yang membuat banyak orang tercengang, begitu banyak mayat, begitu banyak yang harus dibantu. Nah Maman inilah yang terjun langsung di Aceh, dia yang hanya membawa dua orang dokter dan sedikit obat-obatan tidak berani mengaku membawa dua hal itu. Dengan kemampuan membuka wacana out of the box-lah, berfikir di luar kotak yang sudah pakem, dia membuka diri. Nggak mungkin dia membantu masyarakat yang demikian banyak untuk dibantu dengan dua orang dokter dan sedikit obat-obatan, bisa-bisa dia akan dikerubungi oleh demikian banyak orang
dan mungkin sekali dia akan dikeroyok, bahkan mungkin sekali akan menyebabkan bencana baru bagi dirinya.Kemampuan berfikir di luar jalur itulah, yang membawanya ide untuk menemukan ide baru: apa yang dapat dilakukan oleh segelintir orang ini dengan sediki peralatan dan bantuan yang ada?
Sesaat merenung, sesaat berfikir apa yang mesti dilakukannya? Ide itu timbul dan muncul dengan gempita: pendataan! Maka dilakukan ide tersebut, dia dan hanya dalam hitungan jari orang yang bersama rombongannya, melakukan tugas pendataan yang belum dilakukan saat itu. Dia data orang-orang yang butuh bantuan dan apa jenis bantuan yang diperlukannya. Saat itu, ide ini tidak ada yang mengerjakannya.
Dalam kesempatan obrolan ini, muncul perbincangan tentang perubahan yang dilakukan ITB dalam penerimaan mahasiswa baru, mungkin setelah melihat Perguruan Tinggi lain. Dengan lebih mengedepankan Fakultas dan Sekolah, saat penerimaan, maka mahasiswa dikelompokkan pertama kali didalamnya. Tentunya ini memudahkan dalam rangka memberi bekal bagi mahasiswa baru yang tergabung dalam tahap pertama. Mahasiswa baru yang diberi bekal berdasarkan Fakultas atau Sekolahnya. Setelah setahun, barulah mahasiswa dimasukkan kedalam Departemen, dan persaingan pun akan muncul, untuk kasus Fakultas MIPA yang terdiri dari Departemen Matematika, Fisika, Kimia dan Astronomi terdapat 330 orang mahasiswa dan 130 memilih Departemen Matematika, sehingga kuota Departemen Matematika terpaksa dinaikkan menjadi 100 orang (dulu biasanya hanya 50-60 orang), artinya pula peminat di bidang Matematika yang terkenal rumit, sulit, tegas, hitam putih, semakin banyak dan menarik. Sebuah fenomena baru, orang Indonesia sebagian mulai tertarik dengan sesuatu yang bersifat kaku dan logis.
Dengan demikian, apakah STT Telkom yang Perguruan Tinggi Swasta berani mengambil langkah untuk membuka Departemen ini? Mengingat teknologi telekomunikasi begitu kental dengan Matematika, dan Statistik? Sebuah sokongan yang kuat untuk mengembangkan teknologi telekomunikasi. Bagaimana Departemen Sains STT Telkom? Siapkah untuk membuka Program Studi baru dengan basis Matematika dan Statistik? Ingatlah, saat ini masyarakat sudah berubah cara pandangnya. Lihatlah fenomena yang muncul di perguruan tinggi tetangga kita.
Label:
Matematika Wow
22 January 2007
Keprihatinan ITB
Hari Minggu kemarin, 21/01/007, sekitar jam 9 sampai dengan 13, saya menyempatkan diri hadir dalam ngariung gelar tikar bersama para dedengkot yang dulu ketika masih mahasiswa mampu menghasilkan karya yang salah satunya bernama Gamais ITB (keluarGA MAhasiswa ISlam ITB). Kegiatan ini dalam rangka syukuran atas kembalinya Saudara Putut Wijanarko (ITB’83) yang saat itu dan sekarang bekerja di Mizan, setelah melanglang buana di negeri Paman Sam, menempuh pencarian ilmu di bidang Media dalam tingkat PhD. Hadir saat itu orang-orang yang sudah cukup berumur dalam pandangan saya, karena yang hadir angkatan ’82 dan ’83, saya yang ’86 masih merasa muda.
Dalam obrolan di De'QUR yang gayeng dan penuh canda tawa, hina-menghina, jatuh-menjatuhkan, dll, ternyata terkuak pula informasi yang membuat saya miris.
1. Sebuah perusahaan meminta tolong ke ITB untuk mendapatkan tenaga kerja.
Namun dari seratusan yang mengajukan lamaran ternyata tak ada satupun yang lolos seleksi.
Apakah karena nilai akademik yang rendah? Bukan! Nilai akademik yang mengajukan lamaran sudah dipastikan minimal 3,00!
Apakah karena terlambat lulus? Bukan! Karena yang terlambat lulus umumnya sudah bekerja duluan sehingga tak mau lagi melakukan lamaran pekerjaan.
Ternyata yang tidak lulus, bukan dalam hal kemampuan hardskill, namun dalam kemampuan softskill. Kemampuan menyampaikan ide, kemampuan mendengar pertanyaan, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan menalar dari masalah yang disampaikan dan pelamar menjawab dengan runutan yg telah terpatri sebelumnya.
2. Di cerita lain dalam obrolan di De’qur tadi, seseorang yang menjadi proyektor (ahli mendapatkan proyek) memberikan tawaran kepada mahasiswa ITB untuk mengerjakan proyek tersebut (maaf saat ngobrol itu tidak diungkapkan apa nama proyeknya). Beliau (si pemilik proyek) memberikan waktu satu bulan untuk menyelesaikan dua proyek tersebut. Ternyata sang mahasiswa ITB, sanggupnya tiga bulan, namun apa yang terjadi ketika ditawarkan ke mahasiswa ITHB? Mereka berhasil menyelesaikan dalam waktu dua minggu dan bukan hanya dua proyek, namun 10-an proyek. (Catatan: angka-angka ini tidak persis seperti yang diomongkan kemarin, namun sebagai gambaran saja, banyak dan sedikit saja).
3. Bahkan muncul statement alumni D3 Unpad lebih baik (lebih bisa dipercaya) dibanding lulusan ITB. STT Telkom pun sudah mengalami pula kondisi yang demikian ini. Apakah dapat dipercaya, karena faktor loyalitas? Ataukah kondisi masyarakat Indonesia yang sudah demikian terasuki nilai-nilai uang (materialistis)?
Evaluasi yang sempat terucap adalah dorongan untuk terus mempercepat masa studi, mendorong mereka tidak mampu mengembangkan kemampuan di luar yang tercantum dalam kurikulum. Karenanya ide yang coba dikembangkan oleh tim kurikulum ITB adalah membuat kurikulum ekstrakurikuler.
Dari sisi saya, ada kekwatiran jika kurikulum ekstrakuler dibuat rigid dan kaku akan membuat fleksibilitas yang mestinya muncul dalam kegiatan ekstrakurikuler akan hilang, sehingga semangat hidup, semangat berkompetisi, semangat bekerjasama, semangat saling menolong, semangat untuk berkomitmen, semangat loyal, dll yang dapat diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler, bisa muncul.
Kami (yah bisa disebut sebagai pendiri Gamais, walaupun yang hadir ternyata tak semua hadir saat deklarasi Gamais di BLK Lembang) pernah membangun sebuah LSM (beberapa tahun kemudian LSM sangat trend, saat kami sih biasa-biasa saja) yang bernama Megabit, mencoba untuk membangun/ membangkitkan kembali wadah ini. Di Megabit kami ada yang berkecimpung di bidang tulis-menulis, seperti Putut yang menjadi direktur di Mizan, ada juga bermain dalam bidang Latihan Kepemimpinan dan Organisasi. Semoga torehan Megabit dapat membangkitkan kembali semangat untuk mencari kesucian hati, tak dirundung dengan malang oleh kondisi masyarakat yang memang semakin matrialistis.
Mestinya sebagai penghasil lulusan yang sudah mulai diterima masyarakat, STT Telkom pun harus berbuat sesuatu yang sehingga lulusan dapat 'dijual' dengan baik, harga yang tinggi, mempunyai komitmen untuk memajukan bangsa sendiri, sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang dulunya belajar dari kita, dan saat ini telah jauh meninggalkan kita. Apa yang diperbuat?
Dalam obrolan di De'QUR yang gayeng dan penuh canda tawa, hina-menghina, jatuh-menjatuhkan, dll, ternyata terkuak pula informasi yang membuat saya miris.
1. Sebuah perusahaan meminta tolong ke ITB untuk mendapatkan tenaga kerja.
Namun dari seratusan yang mengajukan lamaran ternyata tak ada satupun yang lolos seleksi.
Apakah karena nilai akademik yang rendah? Bukan! Nilai akademik yang mengajukan lamaran sudah dipastikan minimal 3,00!
Apakah karena terlambat lulus? Bukan! Karena yang terlambat lulus umumnya sudah bekerja duluan sehingga tak mau lagi melakukan lamaran pekerjaan.
Ternyata yang tidak lulus, bukan dalam hal kemampuan hardskill, namun dalam kemampuan softskill. Kemampuan menyampaikan ide, kemampuan mendengar pertanyaan, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan menalar dari masalah yang disampaikan dan pelamar menjawab dengan runutan yg telah terpatri sebelumnya.
2. Di cerita lain dalam obrolan di De’qur tadi, seseorang yang menjadi proyektor (ahli mendapatkan proyek) memberikan tawaran kepada mahasiswa ITB untuk mengerjakan proyek tersebut (maaf saat ngobrol itu tidak diungkapkan apa nama proyeknya). Beliau (si pemilik proyek) memberikan waktu satu bulan untuk menyelesaikan dua proyek tersebut. Ternyata sang mahasiswa ITB, sanggupnya tiga bulan, namun apa yang terjadi ketika ditawarkan ke mahasiswa ITHB? Mereka berhasil menyelesaikan dalam waktu dua minggu dan bukan hanya dua proyek, namun 10-an proyek. (Catatan: angka-angka ini tidak persis seperti yang diomongkan kemarin, namun sebagai gambaran saja, banyak dan sedikit saja).
3. Bahkan muncul statement alumni D3 Unpad lebih baik (lebih bisa dipercaya) dibanding lulusan ITB. STT Telkom pun sudah mengalami pula kondisi yang demikian ini. Apakah dapat dipercaya, karena faktor loyalitas? Ataukah kondisi masyarakat Indonesia yang sudah demikian terasuki nilai-nilai uang (materialistis)?
Evaluasi yang sempat terucap adalah dorongan untuk terus mempercepat masa studi, mendorong mereka tidak mampu mengembangkan kemampuan di luar yang tercantum dalam kurikulum. Karenanya ide yang coba dikembangkan oleh tim kurikulum ITB adalah membuat kurikulum ekstrakurikuler.
Dari sisi saya, ada kekwatiran jika kurikulum ekstrakuler dibuat rigid dan kaku akan membuat fleksibilitas yang mestinya muncul dalam kegiatan ekstrakurikuler akan hilang, sehingga semangat hidup, semangat berkompetisi, semangat bekerjasama, semangat saling menolong, semangat untuk berkomitmen, semangat loyal, dll yang dapat diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler, bisa muncul.
Kami (yah bisa disebut sebagai pendiri Gamais, walaupun yang hadir ternyata tak semua hadir saat deklarasi Gamais di BLK Lembang) pernah membangun sebuah LSM (beberapa tahun kemudian LSM sangat trend, saat kami sih biasa-biasa saja) yang bernama Megabit, mencoba untuk membangun/ membangkitkan kembali wadah ini. Di Megabit kami ada yang berkecimpung di bidang tulis-menulis, seperti Putut yang menjadi direktur di Mizan, ada juga bermain dalam bidang Latihan Kepemimpinan dan Organisasi. Semoga torehan Megabit dapat membangkitkan kembali semangat untuk mencari kesucian hati, tak dirundung dengan malang oleh kondisi masyarakat yang memang semakin matrialistis.
Mestinya sebagai penghasil lulusan yang sudah mulai diterima masyarakat, STT Telkom pun harus berbuat sesuatu yang sehingga lulusan dapat 'dijual' dengan baik, harga yang tinggi, mempunyai komitmen untuk memajukan bangsa sendiri, sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang dulunya belajar dari kita, dan saat ini telah jauh meninggalkan kita. Apa yang diperbuat?
Label:
ITB prihatin
16 January 2007
Tahun Baru, Bencana Baru
Mengagetkan memang, tahun 2007 ini. Tanggal awal tahun baru dimulai dengan jatuhnya pesawat Boeing 737 seri 400 milik Maskapai Adam Air. Padahal saya ketika ke Balikpapan juga naik pesawat jenis ini dan dari maskapai ini pula.
Berita yang saya dapatkan sampai hari ini, masih hanya seputar ditemukannya remukan, atau runtuhan atau kepingan dan sedikit informasi sekelumit lainnya. Ada potogan meja lipat yang biasa dipakai untuk makan, ada busa yang ternyata ada rambutnya, ada kerlipan avtur yang diduga milik pesawat tersebut, dll yang jumlahnya sudah tidak sedikit lagi, nyaris menembus angka 200 kepingan. Namun tetap saja keberadaan pesawat Boeing 737-400 masih tertelan bumi. Belum jelas dimana letaknya.
Tak kalah ributnya adalah tenggelamnya KMP Senopati Nusantara, kapal laut yang diperkirakan memuat nyaris angka 800 orang penumpang, yang saat ini baru ditemukan korban baik hidup maupun meninggal tak kurang dari 300-an orang, jadi masih menyisakan tak sedikit penumpang yang lain, nyaris menembus angka 500 orang.
Tak seperti dua di atas, terdapat pula kecelakaan kapal laut yang lain, yang tak begitu ramai diperbincangkan, baik kapal dalam ukuran cukup besar, maupun ukuran cukup kecil. Di sekitar pula Sulawesi bagian bawah, terdengar berita KM Mandiri juga tenggelam dan bahkan yang lebih mengharukan kapal lain yang berupaya melakukan kegiatan SAR, malah ikutan hilang.
Ada juga pesawat terbang lain, yang tergelincir di bandara Makassar, pesawat ini dioperasikan oleh Maskapai Penerbangan Lion Air.
Barusan tadi aku dengar di radio sepanjang perjalanan dari rumah ke STT Telkom, serangkaian gerbong Kereta Api mengalami anjlok, bahkan satu gerbong dikabarkan terguling masuk sungai sedalam 5 meter.
Di Sumatera Barat longsor membawa petaka bagi tak sedikit orang, mestinya kasus bencana walaupun hanya mengorbankan satu orang, terasa amat dan sangat hebat bencana tersebut. Di Aceh, pulau yang malang yang terlalu sering dilanda air, baik tsunami yang menghancur luluhkan seluruh bagian pantai kepulauan Aceh, ternyat masih juga merasakan banjir.
Di Kalimantan, banjir pun terjadi pula.
Di Poso pergolakan berdarah pun terjadi kembali, akibat polisi salah menembak orang yang dikira DPO, sehingga masyarakat menyerang polisi preman hingga tewas, dan dilanjut tadi malam sempat terjadi baku tembak.
Jadi? Pada lima belasan hari, sejak tahun baru, sudah tak sedikit lagi bencana yang terjadi. Puluhan bencana terjadi. Apakah ini kita sebut bukan kesalahan manusia? Ataukah alam yang memang digariskan untuk men-tasbih-kan meMaha Sucikan Allah dalam bentuk yang demikian ini, kita sebut sebagai biang keladinya?
Negeri ini memang luar biasa, tak sedikit potensi yang dikandungnya. Namun jika hanya dikenang, dianggap sesuatu yang terus luar biasa, tanpa dapat dikelola dengan sebaik-baiknya, menghindarkan dengan segala kemungkinan untuk mengurangi bencana yang dapat ditimbulkannya, maka inilah akibatnya.
Padahal potensi yang demikian kaya raya membuat sesuatu yang kadangkala terasa menyayat hati, bayangkan di negeri yang tongkat batu pun dapat jadi tanaman, ada orang-orang yang mendiaminya harus makan nasi aking, karena harga beras begitu melonjak, tetapi harga beras yang melonjak itu tidak dibarengi dengan pendapatan yang melonjak pula. Dan harga beras yang melonjak ini, bukan dirasakan oleh petani penggarap, melainkan pihak lain yang rasanya sampai saat ini belum ketahuan batang hidungnya. Siapakah dia?
Bahkan untuk kasus pesawat Adam Air dan KMP Senopati Nusantara, siapa yang diuntungkan? Amerika katanya memberi bantuan kapal yang mempunyai kemampuan sonar, namun harus gigit jari, karena kemampuannya ternyata tak seberapa. Begitupun Singapura mengirimkan pesawat Fokker 28-nya untuk membantu, namun apa yang bisa diperbuat oleh pesawat yang pabriknya saja sudah tutup? Apakah benar mereka (AS dan Singapura) benar-benar membantu dengan ikhlas ataukah ada udang dibalik kawasan pantai dan daratan Sulawesi? Bukankah misi pesawat Fokker Singapura salah satunya akan melakukan foto udara kawasan Sulawesi? Siapakah yang menanggung beban operasional kedua kendaraan dari dua negara tersebut? Mengapa KM Baruna milik BPPT kalah canggih dengan Kapal milik AS yang harus gigit jari? Apakah kedua negara ini benar-benar membantu? Ataukah ngrepotin saja?
Bagi orang cerdas, dia tahu apa yang dilakukannya....
Berita yang saya dapatkan sampai hari ini, masih hanya seputar ditemukannya remukan, atau runtuhan atau kepingan dan sedikit informasi sekelumit lainnya. Ada potogan meja lipat yang biasa dipakai untuk makan, ada busa yang ternyata ada rambutnya, ada kerlipan avtur yang diduga milik pesawat tersebut, dll yang jumlahnya sudah tidak sedikit lagi, nyaris menembus angka 200 kepingan. Namun tetap saja keberadaan pesawat Boeing 737-400 masih tertelan bumi. Belum jelas dimana letaknya.
Tak kalah ributnya adalah tenggelamnya KMP Senopati Nusantara, kapal laut yang diperkirakan memuat nyaris angka 800 orang penumpang, yang saat ini baru ditemukan korban baik hidup maupun meninggal tak kurang dari 300-an orang, jadi masih menyisakan tak sedikit penumpang yang lain, nyaris menembus angka 500 orang.
Tak seperti dua di atas, terdapat pula kecelakaan kapal laut yang lain, yang tak begitu ramai diperbincangkan, baik kapal dalam ukuran cukup besar, maupun ukuran cukup kecil. Di sekitar pula Sulawesi bagian bawah, terdengar berita KM Mandiri juga tenggelam dan bahkan yang lebih mengharukan kapal lain yang berupaya melakukan kegiatan SAR, malah ikutan hilang.
Ada juga pesawat terbang lain, yang tergelincir di bandara Makassar, pesawat ini dioperasikan oleh Maskapai Penerbangan Lion Air.
Barusan tadi aku dengar di radio sepanjang perjalanan dari rumah ke STT Telkom, serangkaian gerbong Kereta Api mengalami anjlok, bahkan satu gerbong dikabarkan terguling masuk sungai sedalam 5 meter.
Di Sumatera Barat longsor membawa petaka bagi tak sedikit orang, mestinya kasus bencana walaupun hanya mengorbankan satu orang, terasa amat dan sangat hebat bencana tersebut. Di Aceh, pulau yang malang yang terlalu sering dilanda air, baik tsunami yang menghancur luluhkan seluruh bagian pantai kepulauan Aceh, ternyat masih juga merasakan banjir.
Di Kalimantan, banjir pun terjadi pula.
Di Poso pergolakan berdarah pun terjadi kembali, akibat polisi salah menembak orang yang dikira DPO, sehingga masyarakat menyerang polisi preman hingga tewas, dan dilanjut tadi malam sempat terjadi baku tembak.
Jadi? Pada lima belasan hari, sejak tahun baru, sudah tak sedikit lagi bencana yang terjadi. Puluhan bencana terjadi. Apakah ini kita sebut bukan kesalahan manusia? Ataukah alam yang memang digariskan untuk men-tasbih-kan meMaha Sucikan Allah dalam bentuk yang demikian ini, kita sebut sebagai biang keladinya?
Negeri ini memang luar biasa, tak sedikit potensi yang dikandungnya. Namun jika hanya dikenang, dianggap sesuatu yang terus luar biasa, tanpa dapat dikelola dengan sebaik-baiknya, menghindarkan dengan segala kemungkinan untuk mengurangi bencana yang dapat ditimbulkannya, maka inilah akibatnya.
Padahal potensi yang demikian kaya raya membuat sesuatu yang kadangkala terasa menyayat hati, bayangkan di negeri yang tongkat batu pun dapat jadi tanaman, ada orang-orang yang mendiaminya harus makan nasi aking, karena harga beras begitu melonjak, tetapi harga beras yang melonjak itu tidak dibarengi dengan pendapatan yang melonjak pula. Dan harga beras yang melonjak ini, bukan dirasakan oleh petani penggarap, melainkan pihak lain yang rasanya sampai saat ini belum ketahuan batang hidungnya. Siapakah dia?
Bahkan untuk kasus pesawat Adam Air dan KMP Senopati Nusantara, siapa yang diuntungkan? Amerika katanya memberi bantuan kapal yang mempunyai kemampuan sonar, namun harus gigit jari, karena kemampuannya ternyata tak seberapa. Begitupun Singapura mengirimkan pesawat Fokker 28-nya untuk membantu, namun apa yang bisa diperbuat oleh pesawat yang pabriknya saja sudah tutup? Apakah benar mereka (AS dan Singapura) benar-benar membantu dengan ikhlas ataukah ada udang dibalik kawasan pantai dan daratan Sulawesi? Bukankah misi pesawat Fokker Singapura salah satunya akan melakukan foto udara kawasan Sulawesi? Siapakah yang menanggung beban operasional kedua kendaraan dari dua negara tersebut? Mengapa KM Baruna milik BPPT kalah canggih dengan Kapal milik AS yang harus gigit jari? Apakah kedua negara ini benar-benar membantu? Ataukah ngrepotin saja?
Bagi orang cerdas, dia tahu apa yang dilakukannya....
Label:
Bencana Baru
04 January 2007
Alumni STT Telkom
Setelah bertemu pada bulan Nopember pada saat TEMANS 2006, yang menelorkan web site www.temans.org (waduh aku lupa nama persisnya). Ada yang ingat?
Kemudian dilanjut pertemuan di MCC jl. Cisanggarung, dan berikutnya bertemu dengan Ketua STT Telkom, maka saat ini mereka telah membuat kesekretariatan yang merupakan bagian yang bermain di bidang kesekretariatan.
Tadi malam saya telah mendapat info, bahwa semalam mereka telah bertemu kembali yang salah satunya mereka membutuhkan ruangan untuk sekretariat. Wuih, cukup sulit juga, karena tingkat okupansi ruangan di STT Telkom pun demikian padat. Memang akan segera ada gedung baru yang berupa asrama. Sayang disebut sayang, asrama ini akan digunakan untuk asrama putri, akibatnya jika mereka ingin membuat sekretariat di situ akan rikuh juga, jika yang hadir lelaki. Berita ini diperoleh dari Pak Catur (alumni yang bekerja di STT Telkom)
Maka mereka diminta membuat surat kebutuhan sekretariat termasuk perabotnya, namun dilampiri dengan program kerja yang telah disusun mereka, serta juga kemampuan dalam mewujukan program kerja ini. Semoga mereka berhasil mewujudkan alumni yang guyub, yang akrab, sehingga berguna bagi nusa, bangsa dan agama, dengan berdasarkan asas: dari, untuk dan oleh alumni. Monggoo... Ditunggu suratnya.
Tak lupa ternyata mereka ingin me-launching kepengurusan ini pada bulan Februari 2007, semoga berhasil acara ini. Selamat!
Kemudian dilanjut pertemuan di MCC jl. Cisanggarung, dan berikutnya bertemu dengan Ketua STT Telkom, maka saat ini mereka telah membuat kesekretariatan yang merupakan bagian yang bermain di bidang kesekretariatan.
Tadi malam saya telah mendapat info, bahwa semalam mereka telah bertemu kembali yang salah satunya mereka membutuhkan ruangan untuk sekretariat. Wuih, cukup sulit juga, karena tingkat okupansi ruangan di STT Telkom pun demikian padat. Memang akan segera ada gedung baru yang berupa asrama. Sayang disebut sayang, asrama ini akan digunakan untuk asrama putri, akibatnya jika mereka ingin membuat sekretariat di situ akan rikuh juga, jika yang hadir lelaki. Berita ini diperoleh dari Pak Catur (alumni yang bekerja di STT Telkom)
Maka mereka diminta membuat surat kebutuhan sekretariat termasuk perabotnya, namun dilampiri dengan program kerja yang telah disusun mereka, serta juga kemampuan dalam mewujukan program kerja ini. Semoga mereka berhasil mewujudkan alumni yang guyub, yang akrab, sehingga berguna bagi nusa, bangsa dan agama, dengan berdasarkan asas: dari, untuk dan oleh alumni. Monggoo... Ditunggu suratnya.
Tak lupa ternyata mereka ingin me-launching kepengurusan ini pada bulan Februari 2007, semoga berhasil acara ini. Selamat!
Tata Aturan Penulisan Ilmiah
Tata Aturan ini dikeluarkan oleh Direktorat Akademik dan Kemahasiswaan untuk semua lomba yang diadakan oleh Direktorat ini.
PENULISAN KARYA TULIS
A. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan hendaknya berisi rancangan yang teratur sebagai berikut:
1. Bagian Awal
a Halaman judul
(1) Judul diketik dengan huruf besar (capital), hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk penafsiran ganda.
(2) Nama penulis dan nomor induk mahasiswa ditulis dengan jelas.
(3) Perguruan tinggi asal ditulis dengan jelas.
(4) Tahun penulisan
b Lembar Pengesahan.
(1) Lembar pengesahan memuat judul, nama penulis, dan nomor induk
(2) Lembar pengesahan ditandatangani oleh Dosen Pembimbing, dan Wakl/ Pembantu Rektor/Ketua/Direktur Bidang Kemahasiswaan lengkap dengan stempel perguruan tinggi.
(3) Lembar pengesahaan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan.
c Kata Pengantar dari penulis
d Daftar isi dan daftar lain yang diperlukan seperti daftar gambar, daftar table, dan daftar lampiran.
e Ringkasan karya tulis disusun sebanyak-banyaknya dua halaman yang mencerminkan isi keseluruhan karya tulis, mulai dari latar belakang, tujuan, landasan teori yang mendukung, metoda penulisan, pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.
2. Bagian Inti
a Pendahuluan
Bagian Pendahluan berisi hal-hal sebagai berikut :
(1) Perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan mengangkat masalah tersebut menjadi karya tulis, dan penjelasan tentang makna penting serta menariknya masalah tersebut untuk ditelaah.
(2) Uraian singkat mengenai gagasan kreatif yang ingin disampaikan.
(3) Mengandung pertanyaan yang akan dijawab melalui penulisan.
(4) Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan.
b Landasan Teori
Landasan Teori berisi :
(1) Uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang dikritisi/dibahas.
(2) Uraian mengenai pendapat orang lain yang yang berkaitan dengan caramencari jalan keluar dari masalah yang diajukan.
(3) Uraian mengenai implementasi kebijakan atau pengalaman – pengalaman yang sudah berhasil diterapkan pada tempat lain.
c Bagian isi/Pembahasan
(1) Analisis permasalahan didasarkan pada data dan / atau informasi serta telaah pustaka untuk menghasilkan alternative model pemecahan masalah atau gagasan/ ide yang kreatif, inovatif, idealis, logis dan dinamis serta realistis untuk dapat diimplementasikan.
(2) Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan
(3) Rekomendasi berupa transfer gagasan, langkah-langkah kegiatan untk menjawab permasalahan dan implementasinya di masyarakat.
3. Bagian Akhir
a Daftar pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga membaca dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan.
(1) Penulisan daftar pustaka untuk buku dimulai dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, tempat terbit, dan nama penerbit.
(2) Penulisan daftar pustaka untuk jurnal dimulai dengan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomor halaman.
(3) Penulisan daftar pustaka yang diperoleh dari internet ditulis alamat web site-nya dan tanggal pengambilan informasi.
b Daftar Riwayat Hidup (bio data atau curriculum vitae) peserta minimal mencakup nama lengkap, tempat dan tangal lahir, karya-karya ilmiah yang pernah dibuat, penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih.
c Lampiran (jika diperlukan)
B. Persyaratan Penulisan:
1. Naskah ditulis mengunakan Bahasa Indonesia yang baku, minimal 10 halaman dan maksimal 20 halaman. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan ketentuan jumlah halaman tersebut dapat mengurangi penilaian.
2. Bahasa Indonesia yang digunakan hendaknya baku dengan tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, jelas, satu kesatuan, mengutamakan istilah yang mudah dimengerti, tidak menggunakan singkatan seperti tdk, tsb, yg, dgn, dll., dsb.
C. Pengetikan
1. Tata Letak
a Karya tulis 1,5 spasi pada kertas berukuran A4, (font 12, times New Roman style).
b Batas pengetikan :
(1) Samping kiri 4 cm
(2) Samping kanan 3 cm
(3) Batas atas dan bawah masing-masing 3 cm
(4) Batas pengetikan 2 cm pada bagian bawah
c Jarak pengetikan, Bab, Sub-sub dan perinciannya
(1) Jarak pengetikan antara Bab, danSub-bab 3 spasi, Sub-bab dan kalimat dibawahnya 2 spasi.
(2) Judul Bab diketik-ditengah tengah dengan huruf besar dan dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa digaris-bawahi
(3) Judul Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf capital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
(4) Judul anak Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan indensi 5 (lima) pukulan yang diberi garis bawah. Huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf capital) kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
(5) Jika sudah ada sub judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada butir (3) di atas, lalu diikuti oleh kalimat berikutnya.
2. Pengetikan Kalimat
Alinea baru diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi. Pengetikan kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1 spasi menjorok kedalam dan semuanya tanpa diberi tanda petik.
3. Penomoran Halaman
a Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama/daftar anggota kelompok, kata daftar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan diketik sebelah kanan bawah (i, ii dan seterusnya)
b Bagian tubuh / pokok sampaimdengan bagian penutup memakai angka arab dan diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1.5 cm dari tepi atas (1,2,3 dan seterusnya)
c Nomor halaman pertama dari tiap Bab tidak ditulis tetapi tetap diperhitungkan.
PENULISAN KARYA TULIS
A. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan hendaknya berisi rancangan yang teratur sebagai berikut:
1. Bagian Awal
a Halaman judul
(1) Judul diketik dengan huruf besar (capital), hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk penafsiran ganda.
(2) Nama penulis dan nomor induk mahasiswa ditulis dengan jelas.
(3) Perguruan tinggi asal ditulis dengan jelas.
(4) Tahun penulisan
b Lembar Pengesahan.
(1) Lembar pengesahan memuat judul, nama penulis, dan nomor induk
(2) Lembar pengesahan ditandatangani oleh Dosen Pembimbing, dan Wakl/ Pembantu Rektor/Ketua/Direktur Bidang Kemahasiswaan lengkap dengan stempel perguruan tinggi.
(3) Lembar pengesahaan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan.
c Kata Pengantar dari penulis
d Daftar isi dan daftar lain yang diperlukan seperti daftar gambar, daftar table, dan daftar lampiran.
e Ringkasan karya tulis disusun sebanyak-banyaknya dua halaman yang mencerminkan isi keseluruhan karya tulis, mulai dari latar belakang, tujuan, landasan teori yang mendukung, metoda penulisan, pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.
2. Bagian Inti
a Pendahuluan
Bagian Pendahluan berisi hal-hal sebagai berikut :
(1) Perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan mengangkat masalah tersebut menjadi karya tulis, dan penjelasan tentang makna penting serta menariknya masalah tersebut untuk ditelaah.
(2) Uraian singkat mengenai gagasan kreatif yang ingin disampaikan.
(3) Mengandung pertanyaan yang akan dijawab melalui penulisan.
(4) Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan.
b Landasan Teori
Landasan Teori berisi :
(1) Uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang dikritisi/dibahas.
(2) Uraian mengenai pendapat orang lain yang yang berkaitan dengan caramencari jalan keluar dari masalah yang diajukan.
(3) Uraian mengenai implementasi kebijakan atau pengalaman – pengalaman yang sudah berhasil diterapkan pada tempat lain.
c Bagian isi/Pembahasan
(1) Analisis permasalahan didasarkan pada data dan / atau informasi serta telaah pustaka untuk menghasilkan alternative model pemecahan masalah atau gagasan/ ide yang kreatif, inovatif, idealis, logis dan dinamis serta realistis untuk dapat diimplementasikan.
(2) Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan
(3) Rekomendasi berupa transfer gagasan, langkah-langkah kegiatan untk menjawab permasalahan dan implementasinya di masyarakat.
3. Bagian Akhir
a Daftar pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga membaca dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan.
(1) Penulisan daftar pustaka untuk buku dimulai dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, tempat terbit, dan nama penerbit.
(2) Penulisan daftar pustaka untuk jurnal dimulai dengan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomor halaman.
(3) Penulisan daftar pustaka yang diperoleh dari internet ditulis alamat web site-nya dan tanggal pengambilan informasi.
b Daftar Riwayat Hidup (bio data atau curriculum vitae) peserta minimal mencakup nama lengkap, tempat dan tangal lahir, karya-karya ilmiah yang pernah dibuat, penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih.
c Lampiran (jika diperlukan)
B. Persyaratan Penulisan:
1. Naskah ditulis mengunakan Bahasa Indonesia yang baku, minimal 10 halaman dan maksimal 20 halaman. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan ketentuan jumlah halaman tersebut dapat mengurangi penilaian.
2. Bahasa Indonesia yang digunakan hendaknya baku dengan tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, jelas, satu kesatuan, mengutamakan istilah yang mudah dimengerti, tidak menggunakan singkatan seperti tdk, tsb, yg, dgn, dll., dsb.
C. Pengetikan
1. Tata Letak
a Karya tulis 1,5 spasi pada kertas berukuran A4, (font 12, times New Roman style).
b Batas pengetikan :
(1) Samping kiri 4 cm
(2) Samping kanan 3 cm
(3) Batas atas dan bawah masing-masing 3 cm
(4) Batas pengetikan 2 cm pada bagian bawah
c Jarak pengetikan, Bab, Sub-sub dan perinciannya
(1) Jarak pengetikan antara Bab, danSub-bab 3 spasi, Sub-bab dan kalimat dibawahnya 2 spasi.
(2) Judul Bab diketik-ditengah tengah dengan huruf besar dan dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa digaris-bawahi
(3) Judul Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf capital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
(4) Judul anak Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan indensi 5 (lima) pukulan yang diberi garis bawah. Huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf capital) kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
(5) Jika sudah ada sub judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada butir (3) di atas, lalu diikuti oleh kalimat berikutnya.
2. Pengetikan Kalimat
Alinea baru diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi. Pengetikan kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1 spasi menjorok kedalam dan semuanya tanpa diberi tanda petik.
3. Penomoran Halaman
a Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama/daftar anggota kelompok, kata daftar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan diketik sebelah kanan bawah (i, ii dan seterusnya)
b Bagian tubuh / pokok sampaimdengan bagian penutup memakai angka arab dan diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1.5 cm dari tepi atas (1,2,3 dan seterusnya)
c Nomor halaman pertama dari tiap Bab tidak ditulis tetapi tetap diperhitungkan.
2007!
Tak kukira umurku sudah nambah lagi, rambut pun harus bertambah jumlah putihnya. Yah... tak terasa rambutnya sudah semakin panjang, dan terasa awut-awutan, istriku pun sudah berkali-kali meminta untuk memotong. Aku suka potongan rambut pendek sekitar 1/2 cm, sehingga nggak perlu membawa sisir atau susah payah menyisir, lumayan ngirit, sampho dan sebangsanya.
Dan bagiku tak terasa sudah meninggalkan tanggal 1 Januari 2007, karena libur dan harus menyelesaikan kegiatan di perdombaan, sehingga tanggal 2 pun ikutan terlewat. Sekarang udah tanggal 4 Januari 2007.
Semangat! Itu yang mesti terus dibawa, karena secara fisik pun sudah agak lemah, badan rasanya sudah cepat lelah. Tadi aku sempat tertidur di kursi, sehingga harus bangun, menelpon untuk beli Coca Cola! Ternyata coca cola kurang terasa nyesss-nya. Nggak tahu apakah karena badan begitu lelah ataukah terbuka tutupnya? Atau sudah dikocok berkali-kali?
Yang jelas sekarang aku bangun dan mencoba berbuat sesuatu dan sesuatu itu adalah menulis blog! Ha ha ha... terasa lucu juga aku ... menulis blog tanpa konsep dan terasa hanya menulis untuk menghilangkan kejenuhan. Padahal di kepala di dada dan dimana-mana terasa begitu banyak hal yang harus ditulis.
Ada lomba PPKM yang telah ditawarkan oleh Direktorat Akademik dan Kemahasiswaan di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Namun rasanya peminat dalam kegiatan ini masih amat kosong dan belum memiliki semangat untuk menulis. Duh... keselnya. Padahal kegiatan tulis menulis dirasa menjadi kelemahan yang semakin menjadi di kalangan mahasiswa. Masih sangat kesulitan mereka untuk menuliskan apa yang dipikirkan dan apa yang dinyatakan. Apa lagi yang mesti dilakukan? Agar mahasiswa berminat dalam menulis?
Memang web forum students.stttelkom.ac.id demikian ramai, bahkan mencapai bilangan 608 pengakses pada hari ini jam segini 15:40. Betapa dalam sehari mereka mampu mencapai ribuan. Namun tetap saja apa yang ditulis banyak kurang berbobot. Kapan ya mahasiswa STT Telkom mau menggeser agak serius dalam menulis?
Yah, lumayan aku sudah mulai semangat kembali... Jika kondisi down begini sering aku bertanya, dimanakah Syurga-ku? Dapatkah aku mencapainya? Padahal mungkin karena fisik yang kurang terolah dengan baik.
Selamat berkarya dan bekerja!
Dan bagiku tak terasa sudah meninggalkan tanggal 1 Januari 2007, karena libur dan harus menyelesaikan kegiatan di perdombaan, sehingga tanggal 2 pun ikutan terlewat. Sekarang udah tanggal 4 Januari 2007.
Semangat! Itu yang mesti terus dibawa, karena secara fisik pun sudah agak lemah, badan rasanya sudah cepat lelah. Tadi aku sempat tertidur di kursi, sehingga harus bangun, menelpon untuk beli Coca Cola! Ternyata coca cola kurang terasa nyesss-nya. Nggak tahu apakah karena badan begitu lelah ataukah terbuka tutupnya? Atau sudah dikocok berkali-kali?
Yang jelas sekarang aku bangun dan mencoba berbuat sesuatu dan sesuatu itu adalah menulis blog! Ha ha ha... terasa lucu juga aku ... menulis blog tanpa konsep dan terasa hanya menulis untuk menghilangkan kejenuhan. Padahal di kepala di dada dan dimana-mana terasa begitu banyak hal yang harus ditulis.
Ada lomba PPKM yang telah ditawarkan oleh Direktorat Akademik dan Kemahasiswaan di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Namun rasanya peminat dalam kegiatan ini masih amat kosong dan belum memiliki semangat untuk menulis. Duh... keselnya. Padahal kegiatan tulis menulis dirasa menjadi kelemahan yang semakin menjadi di kalangan mahasiswa. Masih sangat kesulitan mereka untuk menuliskan apa yang dipikirkan dan apa yang dinyatakan. Apa lagi yang mesti dilakukan? Agar mahasiswa berminat dalam menulis?
Memang web forum students.stttelkom.ac.id demikian ramai, bahkan mencapai bilangan 608 pengakses pada hari ini jam segini 15:40. Betapa dalam sehari mereka mampu mencapai ribuan. Namun tetap saja apa yang ditulis banyak kurang berbobot. Kapan ya mahasiswa STT Telkom mau menggeser agak serius dalam menulis?
Yah, lumayan aku sudah mulai semangat kembali... Jika kondisi down begini sering aku bertanya, dimanakah Syurga-ku? Dapatkah aku mencapainya? Padahal mungkin karena fisik yang kurang terolah dengan baik.
Selamat berkarya dan bekerja!
Label:
2007
Subscribe to:
Posts (Atom)