Mau bagaimanapun, harus diyakini bahwa hidup ini bukan hanya di dunia saja. Banyak fakta yang menyatakannya, Harun Yahya telah pula mencoba untuk membuktikannya. Walaupun memang sulit untuk membuktikannya, karena alam nanti tidak sama dengan alam saat ini. Namun berbagai macam kitab suci, baik yang Islam maupun non Islam telah pula menyatakannya. Lantas mengapa masih ada ragu?
Pernyataan ini membuat kita harus berbuat sesuatu bukan lagi hanya ukurannya yang terasa di dunia saja, melainkan harus pula sampai terasa di akhirat kelak.
Secara keduniaan kita bisa melakukan kegiatan yang bersifat keduniaan, namun akan sampai di akhirat kelak. Kegiatan ini secara teknis memang kegiatan keduniaannya, misalnya makan, minum, mengetik, bekerja, berfikir untuk melakukan kegiatan, merencanakan kegiatan, menyapu, menulis buku, menulis blog, dll. Jadi? Jangan sampai kita mengatakan semua kegiatan itu tak dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Untuk dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, jelas kita harus hidup benar, hidup yang memang ujungnya adalah hasil di akhirat, sekali lagi, sekalipun kegiatan tersebut hanya terlihat keduniaan semata, karena memang berkesan dilakukan di dunia saja.
Hidup benar ini ditandai oleh kata-kata ibadah.
Dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (Ku-nya Allah juga)
Yang artinya jika kita berbuat sesuatu untuk beribadah kepadaNYA lantas untuk apa? Bukankah yang demikian ini berarti perbuatan tersebut tidak bermakna? Tidak ada nilai benarnya? Karena kontradiksi dengan harapan dari Yang Maha Mencipta? Tetapi apakah perbuatan itu hanya khusus saja, misalnya apakah hanya maghdlah saja (sholat, puasa, zakat, haji)? Tentunya perbuatan itu tidak hanya maghdlah saja, tetapi semua kegiatan itu bisa bermakna ibadah, bisa juga tak bermakna ibadah.
Hidup benar adalah ibadah kepada-NYA
03 October 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment