16 February 2009

Jangan Cemas, Santai sajalah

Pagi ini, aku berjanji menerimanya sekitar jam 07.00-08.00. AKu sampai kantor dan membuka e-mail untuk membalas dan menambahkan berbagai catatan dalam email-email tersebut. Tidak lupa aku buka facebook, sebuh kegemaran baru.

SMS berdering: "Pak, saya menemui Bapak dimana?" nomor yang tercantum memang belum masuk ke phone book saya, namun aku ingat beberapa hari yang lalu, aku sudah menerima SMS-nya maka aku jawab segera: "Di gedung D lantai 3".
"Ok!" Jawabnya.

Asyik aku buat catatan di email tentang kegiatan Pelaksanaan PHK Institusi, memang mestinya aku bersegera mem-publish notulen rapat rutin Pelaksanaan PHK Institusi, namun berbagai pertimbangan dan kendala menghadang, betapa hidup di IT Telkom begitu sibuk... Pas hari ini aku baca email dan menemukan subyek yang sesuai dengan notulen, yah, aku tulislah beberapa kesepakatan yang telah dicapai pada hari Kamis tersebut... Selesai aku tulis catatan, aku baca FB dan sekali-kali aku add permintaan pertemanan atau aku menawarkan pertemanan.

Suara lantai berdegung... ada suara langkah kaki berjalan cepat dan keras. Aku kenal langkah kaki ini. "Ah, ngapain, lari-lari segala! Tenanglah atur nafas". Dan suara jawaban yang aku kenal menyahutnya.

Mengapa sih... hidup harus penuh ketergesa-gesaan? Mengapa tidak dilaksanakan dengan ketenangan dan sedikit kegembiraan? Mengapa garis-garis dijidat selalu terbentuk? Santailah... hidup, tidak harus dilalui dengan kecemasan. Itu saranku kepadanya. Cobalah bersantai, tertawa, bacalah dengan keisengan FB, dll.

Iya... inilah hidup, terimalah apa yang terjadi dan terima pula apa-apa yang tidak terjadi walaupun kita menginginkan hal itu terjadi. Jangan terlalu sering cemas, jangan terlalu stress. Stress harus dimenej. Tidak boleh terlalu, kurang pun jangan.

"Pak, saya habis kehilangan HP, notebook saya OS-nya ngadat, file-filenya beberapa hilang, dst".

"Tadi saya sudah di jalan eh... bukunya kelupaan"

"Dan sekarang... aku bawa buku yang ternyata abstraknya belum ada"

Aku hanya ... "aduh... kasihan anak ini" dalam hatiku berkata.

Aku memang sudah dengar berkali-kali anak ini begitu mudah mendapatkan hal-hal yang buruk, seperti motornya ditabrak motor yang lain, jatuh dari motor hingga kaki patah. Dan pelupa....

"Itulah kenyataan yang harus dihadapi, terimalah dengan ikhlas"

Saat awal masuk ke ruangan pun aku tak mau langsung membicarakan Tugas Akhirnya. Ayo tarik nafas dulu, aturlah nafas hingga tidak memburu-buru nafasnya.

"Ya, inilah saya, Pak".

"Ya, aku terima kenyataanmu, karenalah cobalah lebih rilex"

Semangatnya memang luar biasa.

"Pak, TA ini masih ada kurang ini ... ini... dan ini.."

Aku menukasnya:"Sudahlah, nggak usah dipikirkan bagian itu, kamu sudah berapa tahun mengerjakan TA?" Tak tanggung-tanggung dia telah tak kuliah (artinya hanya sekedar mengerjakan TA saja, tanpa matakuliah yang lain) selama 2 tahun. Sebuah waktu yang teramat lama. "Sudahlah kamu harus segera sidang bulan ini"

"Ya, Pak".

Inilah salah satu mahasiswa IT Telkom, apakah banyak mahasiswa yang begini? Tentunya sebuah lembaga pendidikan yang baik, bukan hanya mengurusi hardskill semata, namun mengerjakan yang di luar hardskill, tentunya sesuai dengan kemampuannya. Jangan sampai seperti pernyataan seorang alumni dari sebuah Perguruan Tinggi, yang karena ada yang meninggal, langsung heboh, dan alumni tersebut menyatakan: memangnya Perguruan Tinggi ini telah ngapain terhadap mahasiswanya? bukankah selama ini mahasiswa dibiarkan saja? setelah ada yang meninggal, baru ribut.

No comments:

Post a Comment