13 October 2008

Jualan Abab

Abab dalam bahasa Jawa, makna yang sebenarnya adalah uap mulut, tak ada barang, hanya omongan doang, tak ada sesuatu yang riil. Menjelang Idul Fitri saya baca koran tanggal 17 September Lehman and Brothers yang saat itu menjadi bahan pembicaraan, mengalami goncangan yang dahsyat akibat rontoknya harga saham dari sekitar 67 dollar turun amat drastis menjadi 23sen. Sebuah fenomena yang sangat luar biasa dahsyat menghancurkan. Rontoknya harga saham ini sebagai akibat lanjutan dari gonjang-gonjing pemberian kredit besar-besaran di AS sono, yaitu dikenal dengan kasus Mortgage Sub Prime, pemberian kredit pada sektor properti.

Efek domino di Indonesia terasa ketika Idul Fitri terjadi, sekitar seminggu setelahnya, yaitu BEI (dulu BEJ=Bursa Efek Jakarta) dinyatakan ditutup. Beberapa menteri bertemu bahkan tanpa menunggu kehadiran Presiden untuk membahas masalah harga saham tersebut. Barulah secara resmi Presiden memimpin Rapat Terbatas membahas masalah ini, dan beliau menyempatkan diri menyampaikan krisis komoditi (saham), bukan krisis ekonomi bagi Indonesia. Namun apalah arti kalimat ini. Dan ditambahkan pula yang disitir berkali-kali oleh sebuah ditayangkan oleh sebuah stasiun TV: fully under control. Benarkah hal ini terjadi?

Ketika aku mendengar dari stasiun TV bahwa BEI ditutup, aku menelpon teman-teman yang bermain di saham (banyak alumni MA86 ITB yang bermain di saham). Maka komentarnya senada dengan kalimat Presiden. Fundamental ekonomi Indonesia amat kuat, sehingga perubahan menjadi krisis ekonomi tahap II di Indonesia akan dapat dihindarkan. Sebuah stasiun TV memang berkali-kali pula melakukan upaya konfirmasi dan kajian ke Direksi BEI, pengamat ekonomi, ahli saham (bursa), dan bahkan politikus DPR. Kalimatnya memang senada, tidak akan terjadi goncangan (krisis) ekonomi di Indonesia.

Namun sungguh, ketika saya hadir di kantor Operator Telekomunikasi terbesar di Indonesia di Jakarta mendapatkan berita yang mengagetkan Group Bakrie terkena imbas kasus ini, menembus angka Trilyunan. Tanpa penjelasan yang jelas, group Bakrie melakukan rasionalisasi, yang muncul adalah karena Group Bakrie menanggung hutang sebesar 1,2T. Apakah ini berkait? Aku tidak tahu.

Tambahan lagi, Senat AS yang akhirnya setuju dengan usulan presiden untuk mem-bail out sebesar 700M dollar US. Namun beberapa pengamat menyatakan tak cukup menggunakan dana sebesar itu untuk menutup perusahaan kapitalisasi yang demikian besar, mestinya mencapai T-an US $ (informasi dari milis: mestinya 5T US $) untuk mengamankan perusahaan kapitalisasi tersebut di AS. Dan yang masih menjadi gejolak, angka 700M$US itupun masih belum cair.

Dengan harga saham yang anjlok ini, beberapa (11) BUMN diperintahkan oleh Presiden untuk buy back. Namun sampai berita tadi malam, belum sampai angka 11 yang menyatakan mau buy back, baru sekitar 6 BUMN. Dalam kondisi harga saham turun, biasanya saatnya untuk membeli, namun dari temanku yang bermain saham, belum saatnya membeli, karena kemungkinan besar akan turun kembali. Bisa dibayangkan saham Lehman dari 67 dollar menjadi hanya 23 sen. Berapa % jatuhnya?

Beberapa pelaku pasar saham memang sedang mengalami goncangan yang berat dari info temen: ada yang kemarin sebelum jatuh nilai investasinya menembus angka 100M Rp namun dengan krisis ini, nilai menjadi hanya 10M-an, dan ada pula yang menulis di milis bahwa dengan berbagai portofolio investasi (salah satunya ada di saham) maka total kekayaannya tinggal 30% saja. Memang dari jualan abab ini ada yang gembira amat sangat, bahkan salah satu karyawan perusahaan pialang sampai memilih keluar kerja, karena kekayaannya kemarin-kemarin sudah 10M Rp, namun segera rontok pula, sehingga harus memilih masuk kembali ke dunia kepegawaian, milih jadi pegawai lagi, mulai dari awal lagi.

Inilah yang saya sebut Jualan Abab, karena barangnya sebenarnya tak ada yang diperjual belikan, hanya janji yang diberikan. Inilah permainan orang-orang yang bermain dengan informasi. Walaupun salah jika informasi tersebut diulang-ulang terus, maka akan menjadi informasi yang benar. Karena itu, upaya yang harus kita lakukan adalah mencari informasi yang benar, bukan lagi hanya berdasarkan berita yang diulang-ulang, salah-salah keyakinan yang sudah terpatri tercerabut karena informasi yang salah. Kewaspadaan harus ditingkatkan karena saat ini yang berkuasa memang orang-orang yang menjanjikan syurga semacam ini. Bukan janji yang sudah pasti ditepati.

Apakah anda termasuk yang tertipu oleh janji yang tak kuat dasar filosofinya?

No comments:

Post a Comment