13 March 2008

Kejar Mengejar

Entah mengapa hari ini, begitu banyak kemendadakan yang aku rasakan. Pertama kali ketika keluar dari rumah, mobil dimundurkan, tiba-tiba ada suara: "awas ada mobil, ada mobil!". Aku tengok ke sebelah kanan, sebuah gerobak bubur ada di samping mobil, persis. Memang tidak sampai menyenggolnya, namun sudah cukup membuat aku kaget dan membuat dada berdebar-debar. Di belokan Indosat Buah Batu, ketika posisi mobil nyaris lurus sejajar jalan, tiba-tiba terlihat motor persis disamping. Oh...

Mata rasanya perih, leher berat, perlu digoyang berkali-kali, diputar kiri, putar kanan. Mungkin ini adalah ciri kholesterol yang sedang naik. Badan agak pegal-pegal. Ataukah terlalu capek dan stress?

Hari kemarin memang yang terjadi kejar-kejaran, minimal pada pagi hari aku mengejar bola bulutangkis, yang lebih dikenal dengan nama shuttle cock. Fisik yang sudah kelebihan 15 kg membuat badan selalu terlambat mengantisipasi bola, ah, lebih tepat mengejar bola. Permainan yang rasanya tidak seimbang, ternyata dilakukan dengan nilai yang seimbang. Padahal, mana mungkin imbang, wong saya berpasangan dengan lelaki, sedangkan lawannnya berpasangan antara lelaki dan wanita, Anim namanya dan Ibu Ida. Permainan diselesaikan dengan skor 2-1, melalui rubber set, dengan point yang amat mepet, set pertama diselesaikan dengan 15-12 untuk kemenangan grup saya, set kedua diambil oleh lawan, 15-17, dan set ketiga kembali grup saya yang mengambilnya dengan 15-10.

Berikutnya sambil mendinginkan keringat, dikejar di ruang Bagian Kemahasiswaan (dulu aku pernah menjadi Kabag di sini), beliau Warek III (oh... sekarang sudah bernama Warek, dulunya Puket, kemudian berubah menjadi Waket, sekarang Warek, karena STT Telkom berubah menjadi IT Telkom, sebuah singkatan yang membuat agak sulit bagi lidah Jawa, biasa-biasa keseleo lidah), program/ kegiatan yang awalnya saya rancang, walaupun penuh dengan kelemahan teknis, namun sudah menampakkan hasilnya, dulu aku mengusulkan bernama TNK (Transkrip Nilai Kemahasiswaan), entah mengapa di sidang senat atau rapim, yang aku sudah tidak bisa lagi hadir di situ, berubah nama menjadi TAK (Transkrip Aktifitas Kemahasiswaan). TAK (yang akronim ini bernada negatif, yang sepadan dengan tidak atau not dalam bahasa Inggris) membuat Kopertis Sumatera (dalam hal ini diwakili oleh Padang) tertarik, karena di sana tidak ada, sehingga mereka meminta IT Telkom presentasi di sana. Hasil dari TAK memang sudah nampak, organisasi mahasiswa, kemudian bermunculan secara resmi, dengan demikian semakin semarak pula kegiatan kemahasiswaan. Dan industri (pengguna alumni) pun memang membutuhkannya, mereka yang diterima tidak hanya berdasarkan IPK semata, namun harus ada ketrampilan lain, selain akademik.

Ketika mau mandi, sudah melepas kaos, air ternyata tidak mengalir. Yah, terpaksalah saya mengejar yang mengurus pengairan di IT Telkom. Dan seperti biasa beliau sudah mafhum: "Ya, Pak, terima kasih infonya...". Sambil menunggu air mengalir ya... aku makan gorengan sambil ngobrol dengan para psikolog.

Selesai mandi, sedang istirahat, capek juga main badminton, tiba-tiba ada teriakan: "Pak Mahmud, gimana ini. Ini ada Pak Asep". Aku kaget:"Lho, aku nggak tahu, wong beliau mencari Pak Mif kok". Disela-sela mendengarkan paparan dari Pak Asep, Sudah ada teriakan (melalui HP) kembali dari teman sekabupaten: "Mud, proposal ayo cepat diselesaikan! Jangan mengecewakan pihak luar! Jelek Kinerja Direktorat Kerjasama, kalau begini". Aku dengan agak tenang menjawab: "Nanti dulu, sebentar. Ini ada rapat". Sebelum paparan dari Pak Asep selesai, si Boss sudah memerintahkan kembali: "Punten, PAk Asep, laporannya sudah bagus, yang perlu kami buat: 1) Invoice dan 2) Surat Permohonan Perpanjangan Waktu. Namun punten pisan, Pak Asep, saya ada perlu sedikit dengan PAk Mahmud dan Pak Lilik". Walah, kasus apalagi ini. "Tetapi Pak, aku harus menyelesaikan proposal ke Telkom dulu".
"Ah, hanya sebentar kok Pak Mahmud, paling lima menit".
Rapat bertiga ternyata butuh waktu lebih dari lima menit. Reminderku sudah berteriak: "Pak janjian. Pak Janjian..." Aku lirik sedikit: "Makaaaan" itu teriakan dari reminder. Aku matikan. Dan lanjutlah dengan rapat bertiga. Dan seperti biasa aku sedikit berbicara, banyak mendengar dan berpikir. Namun ketika aku mencoba mengorek dengan segera sang Boss, menutup: "Ah, nggak mungkin begitu". Aku kembali terdiam. Sambil berpikir: "Bagaimana caranya? Ah, kita lihat saja nanti". Itu keputusanku. Ternyata rapat belum selesai. Dipanggil satu orang lagi, jadilah berempat rapat, walaupun pada sesi ini hanya sekedar menyampaikan keputusan yang sebelumnya sudah diambil. "Oh... Pak, aku sungguh nggak tahu, dia melakukan itu" Dalam hati aku berucap: "Lho, ditanya juga tidak kok, dia sudah membela diri. Ha ha ha ..."

Penasaran aku buka file proposal. Aku kutrak-katrik sebentar. Perut keroncongan. "Ah... tidak... aku harus selesaikan proposal ini" Aku paksakan untuk berpikir dan mengetik. Namun sungguh susah. Ah, mending aku selesaikan dengan makan dulu. Di tempat makan pun bicara tentang pekerjaan. Wow, luar biasa, hidup rasanya tiada henti dari bekerja.

Sampai di ruangan sekitar jam 13. Bergegas sholat. Dan segera mahasiswa yang antri ingin bertemu, dilayani. Satu orang berbicara tentang Proyek Akhir (dia anak D3). Dan satu lagi anak yang sepertinya kurang berniat untuk kuliah. Lha, wong perwalian sudah lama lewat, bahkan PRS, kok sekarang baru mengurus perwalian. "Ah, mestinya aku tanya dengan sedikit ketenangan, mengapa dia melakukan hal itu. Jangan-jangan dia kekurangan dana. Wong biaya masuk pertama kalipun baru selesai dibayar padahal dia angkatan 2003. Kasihan..."

Sesegera mungkin aku selesaikan mengejar proposal yang dari sisi waktu memang sudah terlambat, wong, yang mendapatkan berita dari Telkom, mestinya sudah minggu yang lalu, bukan hari ini, namun proposal PHK Institusi harus pula kelar minggu kemarin, walaupun tetap saja bersyukur hari Senin 10 Maret 2008 jam 16.00 sebagai batas akhir pengumpulan proposal biasa dilewati dengan baik, aku kumpulkan proposal jam 14.10 pada hari terakhir. Inilah keterlambatan proposal Telkom.

Aku masukan gambar desain dari Pak Arif (yang Bijaksana, lho Arif kan memang searti dengan Bijaksana?), aku atur lay out-nya, aku warnai, anggaran aku buat bordernya dan diatur supaya bisa masuk pas di setiap halamannya. Sedikit tulisan ditambahkan. Alhamdulillah selesai pula. Aku kirim via email ke Telkom. Aku kirim pula via email ke Ibu-ibu untuk membuat covernya dan diprint serta dijilid. Aku selesaikan hal itu sekitar jam 15.02.

Aku masuk ruangan Boss: "Aku ke sidang PA dulu ya..."
Turun ke mobil, masuk mobil, melempar tas. Dan nggereeeeng... Menuju Departemen Teknik Informatika. Keluar mobil. Ah, ada masalah penjepit buku PA hilang, walah terpaksa harus dikumpulkan satu demi satu sang kertas. Berlari mengejar waktu. HP berdering: "Pak, sampai mana?"
"Lho, aku sudah sampai gedung F"
"Di sebelah mana, Pak?"
"Lho, itu kamu kelihatan"
"O, iya... Terima kasih, Pak"
Bergegas dia mengejar aku. "Pak, gimana, saya Pak. Dua jam sebelum sidang prosessornya kebakar. Program Utama nggak jalan. Kalau yang insert, update data sih bisa..."
"Lho, ya, sudah tho... nggak usah sedih, kita tunda saja, sidangnya..."
Akhirnya sidang ditunda menjadi besok Kamis jam 15.
Sholat ashar. Dan ... aku mengejar pulang.
Oh, hidup kok begini. Isinya kejar mengejar saja. Memang kadangkala ada pameo untuk menyenang-nyenangkan diri. Ah, hidup kan ibadah...
Memang hidup yang begini ibadah?

2 comments:

  1. "Pak, gimana, saya Pak. Dua jam sebelum sidang prosessornya kebakar. Program Utama nggak jalan. Kalau yang insert, update data sih bisa..."
    --> Astagfirullah, ini bener2 cobaanya mahasiswa mo sidang TA/PA, kok bisa2nya prosesor kebakar 2 jam sebelum sidang.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, akhirnya yang bersangkutan dapat melakukan sidang PA-nya pada hari berikutnya dengan mendapat nilai A

    ReplyDelete