27 March 2009

Fesbuk

Sebuah fenomena yang menggelegak terjadi di sebuah kampus Perguruan Tinggi Swasta yang konsen di bidang ICT. Dulunya penggunaan terbanyak dari bandwidth yang disediakan oleh kampus adalah jaringan sosial yang bernama Pertemanan. Memang mahasiswa banyak tersangkut dalam jaringan ini. Inilah penggunaan terbesar dari bandwidth.

Namun akhir-akhir ini penggunaan pun bergeser ke sebuah jaringan sosial yang lebih nyaman, dengan kecepatan akses yang tak lambat. Jaringan ini bernama Facebook.

Jaringan sosial yang menyediakan kemudahan untuk menuliskan sesuatu dengan ringan dan cepat. Tulisan-tulisan tentang kesedihan, kegembiraan, inovasi, kebrilianan, dengan ringan mengalir. Namun tak pelak, kata-kata jorok pun kadang kala muncul pula. Entah berapa server yang disediakan karena, tulisan-tulisan itu dapat tersaji dengan cepat. Walaupun memang lebih kepada tulisan yang senada dengan sms: 160 karakter. Foto bisa dipasang, kemudian dikomentari oleh berbagai teman yang ada.

Yang luar biasa dari jaringan sosial ini, tentunya adalah ide yang sebenarnya amat sederhana, yaitu: menjalin pertemanan dengan temannya teman. Anda bisa mendapatkan teman baru, karena teman anda yang sebelumnya. Jika anda punya teman A dan A mempunyai teman bernama B, maka oleh fasilitas yang disediakan oleh Fesbuk, maka anda akan ditawari untuk berteman dengan B. Sebuah pertemanan yang semakin lama semakin membludak. Selain itu, fesbuk menyediakan prasarana mencari teman berdasarkan informasi yang diberikan oleh data yang dimasukkan user. Maka dapat dicari teman-teman ketika di SD, dst.

Tak disangka setelah puluhan tahun aku tak berhasil kontak dengan temanku di SMP dan SMA, tiba-tiba dia muncul: hah! Sungguh mengharukan. Padahal dalam benakku berhari, berbulan, bertahun aku selalu ingin menyapanya. Miminal teman yang demikian sudah dua orang yang ketemu.

Yang satu terpisah sejak lulus SMA, persis setelah dinyatakan lulus SMA, langsung nggak pernah ketemu. Rumahnya di Gembong, suatu daerah di kaki bukit Gunung Muria, di sekitar waduk. Aku pernah ke rumahnya ketika masih SMP dan menginjakkan kaki di waduk tersebut, karena waduknya kering. Amat akrab dengan beliau. Orang tuanya menjadi guru. Idealismenya tentang Islam, ada lah. Yang menarik tentunya cinta monyetnya. Dia senang dengan seorang gadis. Dan ternyata setelah, saya kuliah, barulah aku tahu si gadis, seneng sama aku. Ha ha ha...

Dan yang kedua, dia teman kakakku di SMP swasta di Pati. Sungguh luar biasa, lulusan SMP bisa masuk SMA Negeri Pati. Karenanya prestasinya hebat juga. Dia yang menulis tentang masyarakat SAMIN. Masyarakat yang berbuat letterlijk. Naik ya naik ... bukan turun. Kalau mengatakan: naik angot, misalnya, maka mereka akan benar-benar naik sampai atap angkot. Terpisah sejenak ketika masuk perguruan tinggi. Kemudian sempat ketemu di Kramat Raya Jakarta, kemudian sama-sama ke rumah kakakku di Pulomas, diteruskan ke temoat kostnya di Bogor. Idealisme Islamnya sungguh luar biasa. Ketika dia kontak itulah aku baru tahu, jika dia bekerja di BEI Jakarta. Ayo maju lagi, Mas Sunardi, jangan mundur karena keadaan.

Inilah fesbuk yang telah mempertemukan kembali dengan teman-teman lama. Semoga anda-anda dapat segera kembali ke jalan yang baik, jalan mengantarkan keselamatan di dunia dan akhirat. Ayo kita raih....

2 comments:

  1. wah..wah...
    berjiwa muda kembali nih..
    critane romantika masa remaja pak..?

    ReplyDelete
  2. He he he...
    Ada komentar di fesbuk saya tentang tulisan ini, yang nulisnya yang kenanya. Ha ha ha...

    ReplyDelete