06 November 2008

Pemanasan Amat Penting!

Sabtu, 1 Nopember 2008 sore sekitar jam 14, aku datang terlambat, dan pas antrian untuk main badminton. Ada keraguan aku untuk langsung main. Minimal harus gerak badan ringan, untuk mempersiapkan fisik siap on. Namun kondisi menghendaki, tepat antrian sebelumnya selesai.

Maka mainlah aku, level permainan lawan mah setaralah dengan kemampuan diriku. Maka kejar mengejar angka pun terjadi. Mepet selisihnya. Sebuah smashku berhasil membuat lawan mati langkah. Shuttle cock dilempar, aku akan service. Namun ketika membungkuk hendak mengambil shuttle cock. Ufff... pinggang terasa sakit dengan amat. Terpaksa kaki ditekuk, untuk mengambilnya. Service berhasil dilakukan dengan baik. Pengembalian bola yang dekat diriku, namun aku tak mampu melangkahkan kaki. Sejak itu keraguan, meneruskan permainan berkecamuk. Satu set selesai. Kalah. Namun aku sudah tak sanggup main lagi.

Sulit duduk, apalagi bangun dari duduk. Membungkuk untuk rukuk pun tak mampu aku lakukan. Padahal aku harus ketemu sama teman-teman, minimal hingga jam 20-an. Oh... betapa.

Minggu amat pagi aku hubungi, Pak Aang, tukang pijit langganannya Bu Endang, dan beberapa dosen di IT Telkom. Beliau minta di-sms-kan alamat rumahku dan ancar-ancar untuk mencapainya. Aku minta beliau ke rumah sekitar jam 14. Pagi temanku mau datang ke rumah. Ketika temanku datang, aku tak sanggup menerimanya dalam kondisi duduk dengan nyaman. Ada sederet bantal di belakang punggungku. Beberapa kali terpaksa merebahkan diri. Sakitnya bukan hanya sekedar di pinggang, sudah terasa pula di perut bagian bawah, seperti tertusuk/ ada sesuatu yang menusuk.

Ternyata Pak Aang tak bisa hadir ke rumah, akibat hujan mengguyur. Nggak mungkin aku begini terus, malam terus aku berpikir siapa selain Pak Aang. Beberapa orang yang kukenal pandai masalah urut-mengurut telah kuhubungi. Namun nggak berhasil sampai malam terlewati.

Senin pagi, aku sudah kontak kembali ke Pak Aang. Alhamdulillah, beliau akhirnya memijitku. Kelemahanku memang di situ, yaitu, begitu terpesona dengan omongan beliau, yang aku sampaikan hanya sulit duduk. Dipijit. Langsung aku sudah bisa duduk dengan nyaman, dan sekaligus berdiri. Bahwa ada gerakan kaki dan pinggang yang lain, yang aku segera lupa.

Ternyata aku belum bisa membungkuk. Sakit sekali, kalau dipaksa membungkuk. Selasa aku masih berpikir-pikir berangkatkah aku ke IT Telkom? Aku coba masuk ke mobil, ya ampuuun... ketika kaki kiri diangkat masuk ke mobil, rasanya... masya Allah, aku coba keluar, rasanya malah lebih-lebih, aku nggak jadi ngantor. Ingin sebenarnya aku segera menelpon kembali Pak Aang. Namun beliau memang meminta, 3 hari lagi beliau kembali. Wah, nggak mungkin kelamaan di rumah. Walaupun dalam kondisi sakit ini, tetap koordinasi pekerjaan dilakukan, dan sekarang kan jaman teknologi jempol, mengapa sulit?

Terpaksa Rabu pagi kontak kembali ke Pak Aang, dan alhamdulillah siang sekitar jam 11 beliau hadir. Seluruh badan diurut. Mulai kaki, pinggang, punggung, tangan, sampai dengan kepala. Mulai dari diurut, sruut, hingga tangan kiri dikeluarkan dari bawah badan, dan ditarik, hruut. Ada suara keletuk.

Maka dicoba lagi duduk, langsung berdiri. Sambil tiduran angkat pantat. Membungkuk. Alhamdulillah bisa. Memang masih ada sedikit-sedikit rasa sakit. Katanya karena efek sakit.

Rabu ini memang ada undangan dari wali kelas anakku yang nomor empat. Anakku memang ada kekurangan pendengaran. Akhirnya aku berangkat ke sekolah anakku. Lho, kok nggak ke kantor. Lha, wong aku berangkat dari rumah saja sekitar jam 14.

Acara dengan Ibu Wali kelas, ternyata membahas masalah kelemahan anakku, yah... aku tahu ... memang aku harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan alat yang baik untuk anakku, harga Rp15juta sehingga sepasang Rp30juta.

Anakku yang lain, mengetahui Bapak dan Ibunya ke sekolah, semua ngabur masuk mobil. Jadilah mobil keluarga: 6 anak dan 2 orang tuanya. Delapan orang!
Pulangnya lewat Antapani karena mau berobat, mampirlah ke rumah makan Ayam Kremesan Ny Hj Imam. Disini kami malah ditawari untuk hadir di cabang Naripan nanti jam 18.30 karena ada shooting Rumah Makan Ayam Kremesan Ny Hj Imam.

Yah, orang memang nggak akan percaya bahwa baru hari Rabu aku bisa keluar rumah. Betapa tidak? aku kan gagah. Ha ha ha ... Selain itu, memang watakku: sedih tertawa, senang tertawa, bingung .... tertawa juga. Pokoknya serba tertawa. Sehingga nggak nyangka aku separah itu kondisinya, membalik badan saja, sakitnya bukan main.

Jadilah, malam aku ke Naripan, masih dengan rombongan anak-anakku lengkap enam orang masih pakai baju sekolah pula, walaupun beberapa pakai kamuflase sweater.

Hari ini (Kamis 6 Nopember 2008) aku ngantor, aku pikir notebook, yang paling berberat tak lebih dari lima kilo, dapat aku tenteng dengan nyaman. Namun masya Allah, perjalanan dari gedung C ke gedung D, aku lalui dengan berkali-kali nyegir. Sakit setiap langkah terayun. Nasib, kelihatannya kumat lagi. Padahal aku sudah pakai setagen.

Ampuun dah... kalau seperti gini gimana nasibku.
Inilah makhluk betapapun gagahnya makhuk tetap saja makhluk yang punya kelemahan. Padahal hanya satu urat/ syaraf mengalami masalah, namun seluruh badan terasa sakitnya. Maka apa yang dicari dalam hidup ini? Yang Maha Kuasa, Yang Maha Mencipta telah membentuk manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Mengapa tidak percaya bahwa Yang Maha Mengatur telah memberikan aturan Yang Terbaik dan tak ada lagi Aturan yang lebih baik daripada Aturan Yang Telah Beliau Siapkan untuk manusia.

3 comments:

  1. Ikut prihatin pa, semoga cepat sembuh yach pa

    ReplyDelete
  2. wah ternyata belum bisa pulih seperti awalnya padahal sudah dipijit 3 kali. Jadi hati-hatilah

    ReplyDelete
  3. Pak semangat,,,,,,,,,kami mahasiswa ciNta semangat bapak!!!!!!!!!!!!

    ReplyDelete