28 November 2007

STT Telkom Menuju Institut Teknologi Telkom

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) melalui direktur-nya yaitu Bapak Iwan Tresna Dermawan Kunaefi yang saat itu hadir di Pimnas di Universitas Lampung (Unila) meminta (mendesak) STT Telkom mengembangkan dirinya, dan saat itu pun sebenarnya wacana untuk mengembangkan STT Telkom menjadi Institut Teknologi Telkom sedang dimatangkan.

Perubahan ini akan berdampak positif bagi civitas academica, karena keinginan untuk tampil sebagai World Class University menyebabkan harus mempunyai yang dikenal di dunia internasional, yang biasanya bernama Institut (minimal) atau yang lebih terkenal adalah University. Dengan mempertimbangkan berbagai alasan, kesiapan, dst, akhirnya ingin mengubah diri menjadi Institut.

Persyaratan dari Dikti adalah Institut harus memiliki minimal 7 program studi, maka harus dibentuklah program studi tersebut, dan jumlahnya sudah cukup daripada persyaratannya, yaitu:
1. S1 Teknik Telekomunikasi (yang sejak awal sudah ada)
2. S1 Teknik Industri (idem)
3. S1 Teknik Informatika (mulai tahun 1992)
4. D3 Teknik Telekomunikasi (mulai tahun 1993)
5. D3 Teknik Informatika (mulai tahun 1993)
6. S1 Teknik Komputer (mulai tahun 2007)
7. S1 Teknik Elektro (mulai tahun 2007)
8. S1 Sistem Informasi (sudah disetujui, tetapi belum ada SK)
9. S1 Teknik Perangkat Lunak (sudah disetujui, tetapi belum ada SK)
Jadi? Semakin ramailah STT Telkom (heh... Institut Teknologi Telkom, nama ini pun sudah disetujui oleh Dikti, tetapi belum ada SK juga)

Kalau menurut Shanghai Jao Tong University kriteria sebuah Perguruan Tinggi berkriteria WCU ada empat, yaitu:
1. Penghargaan Nobel atau Field Medal untuk alumni
2. Penghargaan Nobel atau Field Medal untuk dosen
3. Riset diacu secara internasional
4. Performance antara mahasiswa dan dosen yang bertaraf internasional

Kapan STT Telkom mampu mencapai predikat ini? Mungkin masih mengambil acuan dari Dikti saja, yaitu:
1. Ada kerjasama dengan Perguruan Tinggi ternama dari Luar Negeri
2. Ada mahasiswa asing
3. Ada kelas berbahasa internasional

Walaupun target STT Telkom tidak terlalu muluk, cukup masuk ke dalam 500 ranking dunia yang disampaikan oleh THES-QS. THES menggunakan 4 kriteria utama dalam menentukan skor rangking universitas di dunia, yaitu:
1. Kualitas Penelitian (Research Quality)
2. Kesiapan Kerja Lulusan (Graduate Employability)
3. Pandangan Internasional (International Outlook)
4. Kualitas Pengajaran (Teaching Quality)

Semoga berhasil!!! Dan selamat sampai 2017

22 November 2007

Link and Match

Konsep link and match telah dikumandangkan sejak tahun 1990-an. Saat itu wacana yang muncul Perguruan Tinggi hanya sekedar menyiapkan lulusan yang siap training, siap dimodifikasi, dan siap ditambahkan ilmu. Padahal tuntutan para pengguna lulusan Perguruan Tinggi adalah siap pakai, siap bekerja, dst. Intinya industri tidak ingin hanya sekedar terkena beban kembali, dengan biaya yang cukup tinggi, untuk selain memberi gaji pada karyawan juga harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk kembali melatih.

Memang perdebatan pun sengit terjadi banyak pihak yang berkomentar, konsep menyiapkan lulusan Perguruan Tinggi siap bekerja adalah nonsen dan tak mungkin terjadi. Dari pihak Perguruan Tinggi ternama pastilah tetap dengan gaya lama, yaitu menyiapkan para mahasiswa untuk setelah lulus, siap mengembangkan ilmunya dan mudah mengikuti keinginan pengguna untuk dilatih secara praktis. Kesannya bekerja adalah kegiatan amat teknis dan praktis saja. Padahal bekerja ada beberapa level mulai dari sangat teknis (mengetik, mengarsip, dll) hingga level strategis bagaimana membangun pasar, menciptakan image bahwa produk yang dihasilkan adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Di sisi lain, produk dari Perguruan Tinggi menghasilkan sesuatu yang amat berharga dan bukan hanya sekedar kertas tanpa makna, yaitu produk kepakaran, produk pemikiran dan kerja laboratorium. Produk-produk ini masih sangat jarang dilirik oleh industri di Indonesia. Produk kepakaran yang sering dipakai adalah yang bersifat konsultatif. Tetapi produk hasil laboratorium belum di akomodasi dengan baik.

Kenyataan-kenyataan yang demikian ini mendorong diperlukannya kedekatan antara industri dengan Perguruan Tinggi, baik kedekatan dalam makna emosional maupun kedekatan dalam makna sejalannya pemikiran pengembangan Sumber Daya Manusia yang sesuai dan sepakat diminta dan dipenuhi oleh Perguruan Tinggi dan industri. Kedekatan tersebut dapat dibangun karena memang secara fisically memang dekat, membuat satu kawasan antara Perguruan Tinggi dengan Industri, maupun dalam makna komunikasi yang cukup intens.

Memang semua ini hanya mungkin dicapai melalui komunikasi yang terus menerus, sedangkan dari industri pun tak ragu untuk meminta ke Perguruan Tinggi. Sedangkan dari Perguruan Tinggi tak ragu pula untuk mendatangi industri. Memberikan berbagai kemampuan yang ada, mampu menyampaikan berbagai kemampuan yang dibutuhkan.

Contoh dari negeri jiran, yang melaksanakan konsep link and match antara Perguruan Tinggi dengan industri adalah UPM (Universiti Putra Malaysia, dulunya Pertanian) dengan Sightech (Significant Technologies sdn bhn). UPM berhasil dengan risetnya mengembangkan device yang menambah kinerja dari Fiber Optic menjadi berkali lipat, sedangkan Sigtech memproduksi menjadi barang yang dapat diproduksi secara massal.

Kedekatan yang bermakna demikian inilah yang mesti diwujudkan, bukan hanya sekedar diperbincangkan, dan didiskusikan.

Dalam kaitan yang demikian inilah STT Telkom terus mendekati industri dan beberapa industri pun menghampiri STT Telkom. Untuk menjalin komunikasi yang baik, sehingga dapat dicapai kesepahaman yang setara dan saling memahami. Industri hadir dalam bentuk kegiatan executive gathering untuk memberikan masukan apa yang dibutuhkan oleh mereka. Mereka (industri) tidak hanya butuh hardskill (kemampuan technical) saja, melainkan pula kemampuan softskill yang bermakna bagaimana membangun hubungan inter dan intra personal juga. Di pihak lain, STT Telkom pun merancang dibentuknya techno park suatu kawasan industri dan/ atau kegiatan administrasinya (office) yang masih menyatu dengan STT Telkom. Beberapa industri yang sudah menyatakan minatnya untuk mengisi kawasan ini adalah: Jasnita Telekomindo, dan Sigtech Malaysia. Semoga konsep kesatuan dalam bentuk istilah link and match dapat terwujud di STT Telkom. Semoga...

19 November 2007

Kumpulan Alumni

Sungguh gempita di Jalan Ganesha dan sekitarnya mampu mengalah hujan rintik-rintik pada siang dan sore hari. Jalan Ganesha di penuhi tak kurang dari 4000 orang alumni. Sungguh jumlah yang tergolong luar biasa dibanding kegiatan sejenis pada waktu-waktu sebelumnya. Dan se Indonesia lebih dari 9000 orang alumni yang memberikan hak suaranya untuk satu hajatan yang biasa terjadi yaitu: Konggres Alumni dan Pemilihan Ketua Umum yang baru, dan hasilnya sungguh pula mencengangkan diri nyaris menembus angka 50% pemilih (lebih dari 49%), memilih Hatta Rajasa yang saat ini menjadi Menteri Sekretaris Negara.

Gempita ini mesti dibarengi dengan sesuatu yang harus dibuktikan. Selama ini para calon selalu menyampaikan apa yang akan dilakukannya ketika terpilih. Dari Betti Alisyahbana menjanjikan akan keluar dari IBM jika terpilih menjadi Ketua. Dari Hatta Rajasa menjanjikan akan memberikan bantuan untuk lab-lab yang ada di ITB. Dari Zaid menjanjikan yang muda yang progresif. Dari yang lainnya saya kurang tahu.

Tentunya janji-janji ini harus dibuktikan untuk waktu-waktu mendatang. Dan biasanya ketua ikatan alumni tak memenuhi janjinya, seperti Laksamana Sukardi yang saat itu menjanjikan dana dengan angka menyentuh M, namun segera diralat oleh beliau bahwa tidak benar, beliau menjanjikan dana yang segitu. Ha ha ha...

Lain dari itu, mestilah sebagai penggede di dunia akademik tingkat tinggi (kan mereka lulusan perguruan tinggi) berfikir bukan lagi hanya sekedar Perguruan Tingginya yang dipikirkan melainkan negeri yang sakit ini terasa begitu sakit. Karenanya jalinan antar ikatan alumni perguruan tinggi haruslah dilakukan, banyak perguruan tinggi yang ada di Indonesia, walaupun biasanya hanya menyebut 5-10 Perguruan Tinggi dan khususnya Perguruan Tinggi Negeri, padahal di luar itu terdapat ribuan Perguruan Tinggi Swasta, tak kurang 2600 Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia yang telah terdata di Direktorat Jenderal Dikti.

Mengapa jalinan ini penting? Bukankah kehidupan para lulusan perguruan tinggi amat beragam? Bukankah banyak lulusan perguruan tinggi yang melakukan kesalahan dalam prosedur kehidupan bernegara? Bukankah banyak pula lulusan perguruan tinggi yang mampu menjadi penggerak wilayah atau tempat mereka bekerja? Mengapa tidak dilakukan sinergi antar mereka? Sudah saatnya lulusan perguruan tinggi juga berbuat lintas bidang, tidak lagi hanya sekedar mengurus bidang yang digeluti saja namun berfikir pula untuk menentukan arah pendidikan yang sekarang kacau balau? Di Bali kemarin dalam Rapat Nasional Aptikom, terungkap terdapat data bahwa begitu banyak lulusan, namun dilain pihak begitu banyak kebutuhan lulusan, sehingga data ini tidak nyambung, mengapa? Inilah yang mesti dicari para pengurus ikatan lulusan perguruan tinggi, mengapa hal tersebut terjadi? Bagaimana solusinya?

Saya pribadi pun ingin FAST memberikan ucapan selamat kepada Ketua IA-ITB yang baru sebagai salah satu bentuk mulai menjalin komunikasi antar ikatan alumni. Monggo...

12 November 2007

Akankah Negeri ini Rusak?

Ini sederet catatan yang ada dari saya tentang kondisi yang bersifat negatif dari negeri ini, mestinya aku tulis dengan lebih panjang sehingga jelas maksudnya, namun waktu menulis yang rasanya semakin sempit, mempersulit saya menuangkan gagasan dengan baik:

Bencana Tak Kunjung Henti
- Tsunami
- Gempa Bumi
- Banjir
- Longsor

Bencana Sumber Daya Alam
- Pengekspor yg Menangis karena Harga Naik, Kok Aneh?
- Sumber Daya Alam dikeruk Asing dgn Penipuan, Tak Mampu
Kita Menolak, Mengapa?

Bencana Transportasi
- Kereta Api: Loko tua? Pencurian Baut, Gergaji Rel
- Laut: Over Load, Kapal Mogok
- Mobil Penumpang Umum: sopir tak sadar, pembangunan jalan
yang macet, tanpa jaminan membuat kelancaran
- Mobil Pribadi: produksi tanpa henti, tanpa meng-grounded
mobil yang kedaluwarsa
- Pesawat Udara: hilang berbulan-bulan, ketika ketemu tak
mampu membuat kesimpulan sendiri, harus dibawa pada
produsennya, jujurkah?

Kepemimpinan yang Tak Jujur
- Darimana dana pimpinan?
- Struktur Penggajian yang Menyebabkan Korupsi Abadi

Perekonomian
- Judi dilarang, kecuali yang Tak Mampu Dilarang
- Pendapatan Kecil, membuat Stress, Biaya Hidup Mahal
- Pendapatan Atas, tanpa Batas
- Barang Yang Tak Aneh Dianggap Aneh, Harga Tak Wajar
- Harga Tak Menunjukkan Barang/ Jasa

Internasional
- Negeri yang dilecehkan Jiran
- Daerah Perbatasan: tak jelas arah mengarah
- Silakan ambil hasil karya kami, kami tak mampu mengurusnya
- Dipercaya untuk Mematuhi Kehendak G8

Pendidikan
- Tak Jelas, Arah Hendak Diraih
- Antara Konsep dan Kenyataan Tak Tersambung
- Pendidik, harus Nyambi
- Riset? Mimpi para Pimpinan pendidik

Jadi? Apa masalahnya?
- Dari Pimpinan Puncak
- Jaringan Kepemimpinan
- Dari Pimpinan Terbawah

Adakah Solusi?
- Yang Bersih Yang Muda
- Potong Generasi, mengapa Perlu? Dan Bisakah?