20 September 2007

Bilangan Riil Nol

Dalam bilangan riil dikenal sifatnya dalam bentuk selang sistem bilangan
riil yang padat tanpa sela sedikit pun, tidak ada bolong dalam selang bilangan riil, pada setiap bilangan riil, maka di sebelahnya juga terdapat bilangan riil, baik di kiri maupun di kanan.

Dalam sistem bilangan riil ini, saling bersebelahan antara bilangan rasional dan irasional. Bilangan rasional memiliki bentuk a/b dimana b tidak boleh sama dengan nol, dan jika dituliskan dalam bentuk desimal, maka akhir ekspresi desimal itu berupa bilangan yang berulang. Sebagai contoh:
2,34513451 terus berulang dibagian akhir 3451, bilangan tersebut diwakili dalam bentuk a/b oleh 23449/9999 yang dapat diperoleh dari rangkaian operasi berikut:

x=2,34513451 (1)
jika dikalikan dengan 10000 didapat:
10000x=23451,34513451 (2)
kemudian dikurangkan persamaan (1) dengan persamaan (2), didapat:
- 9999x=-23449
sehingga:
x=23449/9999

Sedangkan pernyataan desimal berakhir itu juga dapat diwakili dengan berulang nol, karena bilangan nol tak bermakna pada akhir dari setiap bilangan setelah tanda koma, maka lebih sering tidak dituliskan.

Keistimewaan untuk tidak membolehkan membagi dengan bilangan nol membawa kepada konsistensi konsep-konsep bilangan riil. Jika pembagian dengan nol, maka akan meruntuhkan konsep-konsep yang lain. Ilustrasinya sebagai berikut:

0x3=0x1 (pernyataan ini benar, karena ruas kanan akan bernilai 0 dan ruas kiri juga bernilai 0).

Jika diperbolehkan membagi dengan 0 pada kedua ruas, tentunya 0/0=1 sebagaimana 5/5=1, maka diperoleh:

1x3=1x1

berarti

3=1

sebuah kemustahilan konsep yang kokoh dari kehidupan selama ini, karena satuan dan bilangan dasarnya sama antara ruas kiri dan ruas kanan, tentunya tidak akan ada perbedaan simbol.

Walaupun bagaimanapun sebagian besar ummat manusia mengakui kebenaran 3=1 (walaupun dengan kesamaan bilangan dasar dan satuan). Mungkin salah satunya disebabkan keinginan untuk berbeda dengan konsep dan aturan yang selama ini disepakati
1 adalah 1, tidak mungkin 1 adalah 3 atau yang lain, selain 1.

Jika tetap diyakini berlaku kondisi pada paragraf di atas, tentunya tidak ada lagi konsep konsistensi kebenaran dalam segala bidang, kacaulah semua hal yang ada selama ini.

Semoga hal ini dapat disadari oleh kita semua untuk kembali kepada keinginan kita bersama untuk memulai hidup dengan konsistensi yang dapat dipertanggungjawabkan dan dipegang dengan baik, sehingga jelas yang benar dan jelas pula yang salah.

2 comments:

  1. Kalo udah posting begini, keliatan aslinya. :D
    Lanjut, pak. Kasih tahu ilmu yang lain.

    ReplyDelete
  2. Tadi ngobrol dg paman. Kayaknya, tahun 2020 profesi yg diperlukan adalh filsuf! Selama ini filsuf yg dikenal semacam plato, dkk. Ternyata, banyak kekacauan di dunia saat ini. Jangan-jangan, memang sudah saatnya ada pemikir aksioma baru di dunia ini karena aksioma-aksioma lama ternyata ketika dikembangkan, hasilnya adalah sesuatu yg salah, menimbulkan kekacauan, hehehe....

    ReplyDelete