Tulisan ini adalah copy dari www.ittelkom.ac.id/staf/mhd karena pada blog tersebut amat lambat dibanding dengan pada blog alamat ini.
Walaupun secara resmi, waktu kampanye pemilihan presiden belum ditabuh, namun berbagai calon pres dan wapres mulai bergelayut menyampaikan berbagai pandangannya bagaimana mengelola negeri ini?
Dan sesuai dengan kengototan PDIP agar minimal Calon didukung oleh 20% suara, menghasilkan hanya tiga calon saja. Itupun sudah begitu ramai menampaki hari-hari ini dengan gempita tentang pencalonan tersebut. Cukup tiga calon! Sudah bisa mengharu biru, negeri ini.
Berbagai strategi telah disampaikan oleh para Calon dan para Pengawalnya (Tim Sukses). Mulai terlihat pula para capres saling melempar sesuatu yang dapat membuat kuping calon yang lain berkomentar.
Ketika tahun 2004, kerendah-hatian SBY begitu nampak. Namun pada hari-hari ini, terlihat jawaban-jawaban SBY terhadap statement para lawan politik mulai tak rendah hati lagi. Terasa getaran nada bicara, begitu jengkel. Wajah demikian tegang. Dan mulai memanas. Ah… dimana sejukmu wahai Bapak Presiden?
Di lain pihak, PKS pun mulai hati-hati (lebih tepatnya mulai ketakutan) kuatir SBY tak berhasil menjadi pemenang. Statement JK yang menyatakan: “Kami calon yang Islami. Lihatlah istri-istri kami berkerudung”. Membuat berbagai kalangan di PKS bisa pindah hati, karena kerudung. Tentunya kubu SBY harus pula memperhatikan tampilan fisik yang demikian ini. Jangan anggap suara ibu-ibu yang tak amat berpengaruh.
Sesuatu yang terasa aneh yang lain adalah beberapa sidang kabinet seperti melemparkan jauh-jauh peran dari Wakil Presiden. Terlihat dalam beberapa sidang kabinet JK tidak hadir. Lho kok aneh, negeri ini sudah tidak membutuhkan Wakil Presiden? Dimana perannya selama ini? Apakah keberangan SBY sudah sedemikian panas? Sehingga Wakil Presiden tak pernah lagi dihadirkan dalam sidang kabinet?
Tadi malam aku lihat Rizal Mallarangeng yang mewakili kubu SBY, tak sanggup lagi menahan diri, hingga beberapa kali diingatkan untuk tidak memotong pembicaraan orang lain. Namun beberapa kali pula, Rizal ngotot untuk ngomong. Sampai-sampai volume microphonenya dikecilkan. Sudah demikiankah panasnya mereka?
Lihatlah betapa Ganjar mampu berbicara dengan tenang, walaupun kalimat-kalimatnya galak juga. Padahal beliau dari kubu Mega yang terkenal kalimatnya galak juga dan tidak tenang (tidak sabaran).
Semoga negeri ini aman dari kebijakan-kebijakan yang liberal maupun yang neoliberal. Menjadi sebuah negeri yang aman sentausa, dan berpendirian yang teguh untuk keselamatan di dunia dan akhirat.